Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research)

 

 

  1. PENGERTIAN

 

Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.

 

Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.

 

Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.

 

Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.

 

Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.

 

Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research

 

Penelitian Formal

 

Classroom Action Research

 

Dilakukan oleh orang lain

 

Dilakukan oleh guru/dosen

 

Sampel harus representatif

 

Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan

 

Instrumen harus valid dan reliabel

 

Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan

 

Menuntut penggunaan analisis statistik

 

Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit

 

Mempersyaratkan hipotesis

 

Tidak selalu menggunakan hipotesis

 

Mengembangkan teori

 

Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung

 

 

 

  1. Mengapa Penelitian Tindakan Kelas Penting ?

 

Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang guru :

 

  • PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan muridnya
  • PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya.
  • Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
  • Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
  • Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
  • Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.

 

  1. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas

 

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.

 

PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.

 

Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukan mengenai hakikat PTK.

 

Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta–pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).

 

Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997).

 

Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.

 

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.

 

Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua “ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.

 

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.

 

Jenis dan Model PTK

 

Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

 

Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.

 

  1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
  2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
  3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.
  4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
  5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.
  6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.

 

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.

 

  1. MODEL – MODEL ACTION RESEARCH

 

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

 

Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama

 

  1. MASALAH CAR

 

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah CAR.

 

  1. Banyaknya Masalah yang Dihadapi Guru

 

Setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk CAR sungguh ironis. Merenunglah barang sejenak, atau ngobrollah dengan teman sejawat, Anda akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah merepotkan Anda selama ini.

 

  1. Tiga Kelompok Masalah Pembelajaran

 

Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting.

 

  1. Masalah yang Berada di Bawah Kendali Guru

 

Jika Anda yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan CAR untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya.

 

  1. Masalah yang Terlalu Besar

 

Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Anda pecahkan.

 

  1. Masalah yang Terlalu Kecil

 

Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.

 

  1. Masalah yang Cukup Besar dan Strategis

 

Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas.

 

  1. Masalah yang Anda Senangi

 

Akhirnya Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang Anda teliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran Anda terhadap masalah itu dan keinginan Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan.

 

  1. Masalah yang Riil dan Problematik

 

Jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar).

 

  1. Perlunya Kolaborasi

 

Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam collaborative action reseach Anda perlu bertukar fikiran dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan masalah.

 

  1. IDENTIFIKASI, PEMILIHAN, DESKRIPSI, DAN RUMUSAN MASALAH

 

  1. Identifikasi Masalah

 

Dalam mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua masalah yang Anda rasakan selama ini.

 

  1. Pemilihan Masalah

 

Anda tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu action research yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya Anda pilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”

 

  1. Deskripsi Masalah

 

Setelah Anda memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci mungkin untuk memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu untuk dipecahkan ditinjau dari pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang terlibat.

 

Contoh: “Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi, dan sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke pelajaran lain. Pelajaran yang saya berikan adalah geografi, tetapi saya sering mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah. Ketika saya minta siswa mengemukakan hipotesis tentang pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran geografi. Saya khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata pdlajaran lain.”

 

4.Ruiusan Masalah

 

Setelah Alda me-ilih satu lasalah secara seksama, selanjutnya Anda perlu merumuskan marahah itq secara komprehensif dan jelas. Sagor (1992) merinci rumusan maqalah action research menggunakan lima pertanyaan:

  1. Siapa yang terk%na dampak negapifnya=
  2. Siapa atat apa yang dipdrkirakan sebagai penyebab masalah itu?
  3. Masalah apa sebenarnya itu?
  4. Siapa yang menjadi tujuaj perbaikan?
  5. Apa qang akan dilakukan untuk meng`tasi hal itu? (tidak wajib, merupakan hipotesis tindakan).

 

CoNtoh rumusan masalah:

 

  • Siswa di SLTP-X tidak dapat melihat hubungan antar` mata pelajaran yang satu dengan yang lain di sekolah (Ini ienjawab pertanyaan 1 dan 3)
  • Grup action rdsearch perbaya bahwa hal ini merupakan hasi, dari jadwal mata pelajaran dan cara gurq mengajarkan materi tersebut (Ini menjawab per4anyaan 2)
  • Jita menginginkan para siswa melihat rdlevansi kurikulum sekohah, mengapresiasi hubunfan antara disiplin-disiplin akademis, dan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam sa0u mat` pelajaran untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran lail (Ini m%njawab pertanyaan 4)
  • Oleh karena itu kita merencanakan integrari pembelajaran IPA, matematika, bahasa, dan IPS dalam qatuan pelajaran ilterdisiplin berjudul MasyaPaiat dan Teknologi (Ini manjawab pert!nyaan 5)

 

Cnntoh pertanyaan pene$ithan8

 

  1. Kdsthitan apa yang dialami siswa dalam mentransder keterampilan dari ratu mata pdlajaran satu ke m`ta pdhajaran lain?
  2. Apakah siswa dapat mentr`sfer keterampilan labih mudah antara dua mata pelajaranyang disukAi?
  3. Apa yang menyebabkan riswa menyukai sqapu mata pelajaran>
  4. Apakah ada perbedaan ant`ra prestasi belajar sista yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan merek` yang dalam kelas mata pelaj`ran tunggal?
  5. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

 

  1. Kajian Taori

 

D!lam mdmbuat rumusan ma3alah di atas sebenarnya Anda telah melakukan “analisis penyebab masalah” sekaligus membqat “hipotesis tindakan” yang akan diberakan untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan diberikan, Anda perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya sekedar meyakinkan bahwa apa yang Anda lakukan dapat dipertanggungjawabkan secara profesional. Dalam hal ini proses kolaborasi memegang peranan yang sangat penting.

 

Anda juga perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk CAR, siapa tahu apa yang akan Anda lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang lain; Anda dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang itu. Manfaat lain yang lebih penting, Anda akan mengetahui trend-trend baru yang sedang diperhatikan atau diteliti oleh para guru di seluruh dunia. Sekarang ini sedang nge-trend pembelajaran yang bernuansa quantum teaching, quantum learning, contextual learning, integrated curriculum, dan competency based curriculum yang semua berorientasi pada kepentingan siswa. Jika penelitian Anda masih berkutat pada pemberian drill dan PR agar nilai UAN mereka meningkat, tanpa memperdulikan rasa ketersiksaan siswa, profesionalisme Anda akan dipertanyakan.

 

  1. Hipotesis Tindakan

 

Lakukanlah analisis penyebab masalah secara seksama agar tindakan yang Anda rencanakan berjalan dengan efektif. Hipotesis tindakan dapat Anda tuliskan secara eksplisit, tetapi dapat juga tidak karena pada dasarnya Anda belum tahu tindakan mana yang akan berdampak paling efektif.

 

  1. METODOLOGI

 

  1. Setting Penelitian

 

Setting penelitian perlu Anda uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian Anda.

 

  1. Perbedaan Mengajar Biasa dengan CAR

 

Dalam melakukan CAR kegiatan mengajar standar (biasa) berlangsung secara alami; tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi perlakuan secara khusus dan diamati dampaknya secara seksama. Langkah-langkah seperti pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, lembaran kerja, dan alat bantu pembelajaran lainnya adalah langkah pembelajaran standar, bukan CAR. Asumsinya CAR dilaksanakan oleh guru yang sudah melaksanakan pembelajaran standar secara lengkap tetapi belum berhasil. Ia akan memodifikasi bagian-bagian tertentu dari pembelajaran standar itu. Bagian yang dimodifikasi itulah fokus dari CAR Anda.

 

  1. Tahap Perencanaan

 

Tahap perencanaan CAR sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan CAR. Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya bagian yang diubah saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jika perubahan itu diletakkan dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar perubahan yang dilakukan. Perangkat-perangkat pembelajaran juga hanya tambahannya yang diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar telah dilaksanakan dengan baik perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk CAR dengan sendirinya sebagian besar sudah tersedia.

 

Yang sering terjadi dalam CAR selama ini pembelajaran standar belum dilaksanakan sehingga CAR menjadi wahana untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu terlihat dari latar belakang yang diuraikan secara emosional oleh peneliti, umumnya menggambarkan pembelajaran yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah standar. Setelah sekolah mendapat bantuan dana peningkatan kualitas pembelajaran pun uraian latar belakang itu tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Secara tidak langsung ditunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh pemberi dana selama ini berlalu tanpa bekas.

 

Tahap perencanaan bisa memerlukan waktu setengah bulan karena harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk di dalamnya adalah penyusunan jadwal, pembuatan instrumen, dan pemilihan kolaborator.

 

  1. Siklus-siklus

 

Dalam CAR siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis lain; oleh karena itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian biasa. Dalam penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam CAR hasil yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.

 

Siklus terdiri dari (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi; dan (5) perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang dimodifikasi melalui action reseach, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research yang berskala kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah.

 

Misalnya Anda akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan carta. Dalam “perencanaan” yang Anda uraikan adalah tentang carta itu saja, misalnya “Tiap pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.” Dalam “pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap pertemuan hanya dapat dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengelaborasi “pelaksanaan” itu dengan menyebutkan carta-carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb., dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.

 

Dalam action reseach selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.

 

  1. Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak dapat dilihat bagian yang sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah secara total melalui CAR, dan sebelumnya pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di bawah standar.
  2. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara tarus-menerus selama periode terpentu, sampai data pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan pola yang menedap) dan dipernleh d`ri berbag`i sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama catu minggu suhu badan pasien melufjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 350 C; 37,50 C; 37,50 C9 37,50 B; dapatl`h disimpulkan bahva condisinya telah kembali nmrmal, Itu digabungkan dengan data pengamatan lain selama seminggu juga seperti perilaku, nafsu makan, dal denyut nadi pasien, yang bersifat trianeulatif.
  3. Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius: siklus pertama dengaj metode ceramah, siklus kedta dengaj demonstrasi, dan siklus ketiga denean eksPerimen, hanya ilgin menunjukkan bahwa metode eks`erimen adalah yanf terbaik. Peneliti ifh lupa bahwa metode harus disesuaikal ddngan karakteristik materi pelajaran. Ultuk materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.
  4. Instrumel

 

Instrumen merupakan bafian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaaj C@R. Jenic instrumen harus resuai dengan karakteristik variabel xang diamati. Trianculasi dan saturasi (kejenuhan )nforlasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.

 

  1. HASIL PENELITIAN

 

  1. Sikhus-siklus Penelitian

 

Hasil penelatian AAR tidak hanya berisi data hashl obsdrvasi, melainkan justru proses perbaikaj xang `ilakukan. Untuk itu sijlus adalah cara xane tepat untuk menyajikan h`shl pene,itian. Data hasil observasi tidak dasajikan secara terpirah melainkan dalam konpeks siklus-siklus yang telah dilakukan.

 

  1. Tabel, Diagram, `an Grafik

 

Tabel, diagram, dan grafik sanfat baik digunakan untuk menyajikan data hasil obserrasi. GunanYa agar refleksi dapat dilakukan lebih mudah. Tetapi sajian yanc cantik itu bisa menjadi `lunder manakala angka-angkanya diatur re`emikain rupa sehilgea terkesan artificial. Hasil yang bagite spektakeler seringkali tidak disertai denfan “bagaimana” proses untuk mencapainya, sehingga pembaca akan makin ragu.

 

  1. @asil)hasil yan’ Otentik

 

Hasil-hasil yang ntentik seperti karangan siswa, gambar hasil karya siswa, dan foto tentang proyek yang dilakukan siswa akan sangat baik dicantumkan sebagai hasil penelitian.

 

  1. KESIMPULAN CAR

 

  1. Kesimpulan

 

Kesimpulan tentu saja harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis yang telah dikemukakan. Pertanyaan penelitian pada bagian D4 di atas di samping menuntut jawaban yang berupa hasil juga menuntut prosesnya. Marilah kita lihat pertanyaan-pertanyaan itu sekali lagi.

 

  • Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain ? Jawaban atas pertanyaan ini bisa diperoleh melalui tes awal dan atau selama proses pembelajaran berlangsung. Walaupun baru berupa daftar kesulitan yang dialami siswa, temuan ini cukup berarti bagi guru-guru lain. Kita sendiri pada saat ini belum bisa membayangkan kesulitan-kesulitan tersebut.
  • Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai ? Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah guru menghubungkan berbagai mata pelajaran dalam materi tes awal atau selama pembelajaran berlangsung, misalnya antara fisika dengan biologi, ekonomi dengan sejarah, dan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.
  • Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran ? Kesimpulan ini dapat diperoleh melalui kuesioner dan atau wawancara pada awal pembelajaran atau selama pembelajaran berlangsung.
  • Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal ?Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah siswa diberi perlakukan yang berbeda; misalnya satu kelas diberi pelajaran multi disiplin, dan kelas lain diberi pelajaran yang terpisah-pisah, seperti biasanya. Ini tampaknya merupakan fokus dari CAR. Jika ditemukan bahwa mata pelajaran multidisiplin lebih berhasil dalam mengembangkan kemampuan transfer keterampilan antar mata pelajaran, peneliti perlu mengelaborasi bagaimana proses pembelajaran model multidisiplin tersebut berlangsung.

 

Jadi kesimpulan penelitian CAR akan kurang bermanfaaat jika bunyinya hanya seperti: “Pembelajaran dengan media akan meningkatkan hasil belajar siswa.” Kesimpulan ini mirip dengan yang diinginkan penelitian kuantitatif. Guru lain yang membaca kesimpulan ini tentu ingin mengetahui bagaimana prosesnya sehingga media itu bisa meningkatkan hasil belajar. Jadi kesimpulan itu masih harus diikuti dengan proses atau rinciannya, seperti a) Transparansi OHP lebih disukai siswa daripada media lain, b) Paling banyak hanya 10 transparansi dapat ditunjukkan dalam satu presentasi, jika lebih dari itu siswa akan bosan; c) Presentasi pada awal pembelajaran cenderung lebih disukai; d) Penjelasan yang terlalu lama terhadap satu transparansi cenderung membuat siswa bosan; dan e) Satu kali presentasi sebaiknya tidak lebih dari 20 menit.

 

  1. Saran

 

Karena CAR bersifat kontekstual, pemberian saran kepada orang lain berdasarkan hasil penelitian tersebut sebenarnya kurang bermanfaat. Deskripsi konteks penelitian secara rinci sudah cukup untuk memberikan informasi bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan Anda. Saran seperti “Program CAR ini perlu lanjutkan dan diperluas untuk tahun-tahun mendatang,” juga kurang begitu perlu, bahkan kurang relevan.

 

Saran CAR diperlukan misalnya jika temuan penelitian menyangkut sistem yang lebih luas dari sekedar kelas, misalnya menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal pelajaran di sekolah. Dalam hal itu peneliti dapat menyarankan tentang jadwal yang diinginkan kepada fihak sekpolah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PRINSIP-PRINSIP PTK

 

Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran,  Action Research berkembang menjadi classroom Action Research (CAR) = Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebagai suatu penelitian terapan, PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan proses dan kualitas atau hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan penyelesaikan bagi masalah yang terjadi di kelasnya sendiri, dan bukan di kelas guru yang lain. Tentu saja dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu, sebagai peneliti praktis, PTK dilaksanakan bersamaan guru melaksanakan tugas utama yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda, yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti

 

  1. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan atau proses belajar mengajar. Menurut Hopkins (1993: 57-61), pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang kebetulan diterapkan, seyogyanya tidak berdampak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar. Ada 3 hal yang dapat dikemukakan berkenaan dengan prinsip pertama ini. Pertama, dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran yang baru, selalu ada kemungkinan bahwa setidak-tidaknya pada awal-awalnya hasilnya kurang memuaskan dari yang dikehendaki. Bahkan mungkin kurang dari yang diperoleh dengan “cara lama” Karena bagaimanapun tindakan perbaika tersebut masih dalam taraf dicobakan. Guru harus menggunakan pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya dalam menimbang-nimbang : jalan keluar” yang akan mereka tempuh dalam rangka memberikan yang terbaik kepada siswa. Kedua,  iterasi dari siklus tindakan juga dilakukan dengan mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, khususnya dari segi pembentukan pemahaman yang mendalam yang ditandai oleh kemampuan menerapkan pengetahuan yang dipelajari melalui analisis, sintesis dan evaluasi informasi, bukan terbatas dari segi tersampaikannya GBPP kepada siswa dalam rukun waktu yang telah ditentukan. Ketiga,  penetapan siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap perancangan, dan sama sekali tidak mengacu kepada kejenuhan informasi sebagaimana lazim dipedomani dalam proses iteratif pengumpulan data penelitian kualitatif.

 

  1. Masalah guru. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukannya, dan berpijak dari tanggung jawab profesionalnya. Guru sendiri harus memiliki komitmen ini juga diperlukan sebagai motivator intrinsik bagi guru untuk “bertahan” dalam pelaksanaan kegiatan yang jelas-jelas menuntut lebih dari yang sebelumnya diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas mengajarnya secara rutin. Dengan kata lain, pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa. Dilihat dari sudut pandang ini, desakan untuk sekedar menyampaikan pokok bahasan sesuai dengan GBPP dapat dan perlu ditolak karena alasan profesional yang dimaksud .

 

  1. Tidak terlalu menyita waktu. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan bagi guru, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Sebagai gambaran, penggunaan tape recorder memang akan menghasilkan rekaman yang lengkap dibanding dengan perekaman manual, namun peningkatan waktu yang diperlukan untuk mencermati data melalui pemutaran ulang mungkin akan segera terasa berlebihan. Oleh karena itu, dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup signifikan serta dapat dipercaya.

 

  1. Metode dan teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut dari segi kemampuan maupun waktunya.

 

  1. Metodologi yang digunakan harus terencana cermat, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Guru dapat mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakan oleh karena itu, meskipun pada dasarnya “terpaksa” memperbolehkan “kelonggaran – kelonggaran” namun penerapan asas – asas dasar telaah taan kaidah tetap harus dipertahankan.

 

  1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar – benar nyata, menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk meningkatkan diri.

 

  1. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu – rambu pelaksanaan yang berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasional, sehingga penyelenggaraannya pun harus mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada rekan – rekan dalam lembaga terkait, dilakukan sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan subjek didik.

 

  1. Kegiatan penelitian tindakan pada dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan ( on – going ), karena skope peningkatan dan pengembangan memang menjadi tantangan sepanjang waktu. Meskipun kelas, sekaligus mata pelajaran merupakan cakupan tanggung jawab bagi seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom exceeding perspective dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan / atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Perspektif yang lebih luas ini akan terlebih – lebih lagi terasa urgensinya, apabila dalam suatu PTK, terlibat lebih dari seorang peneliti. Dapat juga dilakukan kolaborasi di antara dua atau lebih guru dalam satu sekolah dan / atau guru dari sekolah lain, termasuk dosen LPTK.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PANDUAN

PENYUSUNAN USULAN DAN LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

 

 

  1. Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain: melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya  akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.

Upaya peningkatan kemampuan meneliti di masa lalu cenderung dirancang dengan pendekatan research-development-dissemination (RDD). Pendekatan ini lebih menekankan perencanaan penelitian yang bersifat top-down dan bersifat kuat orientasi teoritiknya. Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Pendekatan MPMBS menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate  endeavor for quality improvement), dan bersifat pragmatis naturalistik.

MPMBS mengisyaratkan pula adanya kemitraan antar jenjang dan jenis pendidikan, baik yang bersifat praktis maupun dalam tataran konsep. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat dan produktif, yang dikembangkan atas prinsip kesetaraan sudah sangat mendesak. Kemitraan  yang sehat antara LPTK dan sekolah adalah sesuatu yang penting, lebih-lebih lagi dalam era otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Penelitianpun hendaknya dikelola berdasarkan atas dasar kemitraan yang sehat (kolaboratif), sehingga kedua belah pihak dapat memetik manfaat secara timbal balik (reciprocity of benefits).

Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan dosen di LPTK, dan guru-siswa di sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.

 

 

 

 

  1. Tujuan
    1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK).
    2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
    3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
    4. Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).
    5. Meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK.
    6. Meningkatkan kerjasama profesional di antara pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK.

 

  1. Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas
    1. Masalah belajar siswa di sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi).
    2. Desain dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa).
    3. Alat bantu, media dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat).
    4. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi).
    5. Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya (termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik- peserta didik dan orangtua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik).
    6. Masalah kurikulum (termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi KBK, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar).

 

  1. Luaran Penelitian Tindakan Kelas

Luaran umum yang diharapkan dihasilkan dari PTK adalah sebuah peningkatan atau perbaikan (improvement and theraphy), antara lain sebagai berikut.

  1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.
  2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.
  3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
  4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
  5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
  6. Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

 

 

  1. Pengusul Penelitian Tindakan Kelas
    1. Semua dosen LPTK (keguruan dan non keguruan) negeri maupun swasta dari semua program studi yang berkolaborasi dengan guru (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK) di sekolah/madrasah.
    2. Khusus untuk dosen LPTK non keguruan dapat mengusulkan PTK dengan catatan mereka harus berkolaborasi dengan guru bidang studi di sekolah.
    3. Para dosen LPTK yang tidak  sedang terikat Kontrak Kerja Penelitian dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Menristek  (dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Lemlit), atau  tidak sedang studi lanjut (dibuktikan dengan Surat Keterangan Dekan).

 

  1. Kolaborasi dalam Penelitian Tindakan Kelas
  2. Permasalahan penelitian tindakan kelas harus digali atau didiagnosis secara kolaboratif dan sistematis oleh dosen dan guru dari masalah yang nyata dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah. Masalah penelitian bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi masalah  lebih ditekankan pada permasalahan aktual pembelajaran di kelas.
  3. Penelitian ini bersifat kolaboratif, dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota pada setiap kegiatan penelitian yang dilakukan, yaitu: pada saat mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian (melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
  4. Dalam PTK, kedudukan dosen setara dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggungjawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.

 

 

  1. Jangka Waktu dan Biaya Penelitian

Usulan penelitian disusun untuk kegiatan selama 10 bulan (persiapan sampai dengan pelaporan hasil). Biaya penelitian untuk setiap usulan maksimum Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah), yang rinciannya terdiri dari:

  1. Honorarium Ketua Peneliti dan anggota (tidak melebihi dari 30% total biaya usulan).
  2. Biaya operasional kegiatan penelitian di sekolah (minimum 30% dari total biaya).
  3. Biaya perjalanan disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan, termasuk biaya perjalanan anggota peneliti ke tempat penelitian.
  4. Lain-lain pengeluaran (dokumentasi, laporan, photocopy, dan lainnya).

 

 

  1. Kriteria Seleksi

Usulan penelitian akan diseleksi secara ketat oleh Tim Pakar dari perguruan tinggi yang ditunjuk oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (Dit.PPTK dan KPT). Kriteria evaluasi terhadap usulan penelitian PTK mencakup :

  1. Perumusan Masalah (terutama: asal, relevansi, dan cakupan permasalahan).
  2. Cara Pemecahan Masalah (terutama: rancangan tindakan, dan kontekstualitas tindakan, kriteria keberhasilan sebuah tindakan).
  3. Kemanfaatan Hasil Penelitian (terutama: potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).
  4. Prosedur Penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, perencanaan tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi hasil penelitian).
  5. Kegiatan Pendukung (terutama: jadwal penelitian, sarana pendukung pembelajaran masing-masing anggota penelitian dalam setiap kegiatan penelitian, dan kelayakan pembiayaan).

 

  1. Pemantauan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Pemantauan terhadap pelaksanaan penelitian akan dilakukan oleh Tim yang ditunjuk oleh Dit.PPTK dan KPT, Ditjen Dikti menjelang penulisan laporan akhir penelitian. Pelaksanaan pemantauan akan dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian masing-masing LPTK sebagai penanggungjawab kontrak penelitian di perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Monitoring akan diselenggarakan dengan mempergunakan  Format Pemantauan Penelitian Tindakan Kelas yang dikeluarkan oleh Dit.PPTK dan KPT (terlampir).

 

  1. Tata Cara Pengajuan Usulan Penelitian

 

  • Cara Pengajuan Usulan Penelitian
    1. Diajukan lewat Lembaga Penelitian, diketahui oleh Kepala Sekolah yang bersangkutan.
    2. Jumlah anggota maksimal 2 (dua) orang dari LPTK dan 3 (tiga) orang dari guru, atau seorang dosen dari LPTK dan 2 (dua) orang guru.
    3. Masing-masing LPTK maksimal boleh mengajukan 15 usulan (penyimpangan/kelebihan dari ketentuan ini otomatis akan mengakibatkan LPTK ybs akan didiskualifikasi).
    4. Seleksi awal terhadap usulan dosen dari LPTK dilaksanakan oleh masing-masing Lemlit dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh Panduan Penyusunan Proposal PTK dan Buku Petunjuk Pelaksanaan PTK yang disusun oleh Dit.PPTK dan KPT. Berita acara seleksi perlu dilampirkan.
    5. Seorang peneliti (dosen/guru) hanya diperbolehkan terlibat dalam satu PTK atau RII, baik sebagai ketua maupun anggota, sehingga tidak diperkenankan merangkap.
  • Usulan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan sampul (cover) berwarna Biru Muda dan dikirimkan ke Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Lt.4, Jalan Pintu 1, Senayan-Jakarta oleh masing-masing LPTK Pengusul.
  • Usulan yang tidak memenuhi ketentuan di atas akan didiskualifikasi dan usulannya tidak diperiksa.
  • Usulan penelitian harus sudah diterima di Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi paling lambat 27 Januari 2005 dalam rangkap 3 (tiga) dengan kertas HVS ukuran A-4 dan fonts 12 bertipe Times New Roman.

 

Lampiran : A.1                                                                     Cover Biru Muda

 

CONTOH KULIT MUKA USULAN PENELITIAN

 

 

 

 

USULAN  PENELITIAN TINDAKAN KELAS

 

Logo

Perguruan Tinggi

 

JUDUL PENELITIAN

 

 

Oleh :

………………………………..*)

FAKULTAS ………………………………

INSTITUT /UNIVERSITAS ……….

Bulan, Tahun

 

 

*) Tuliskan semua nama pengusul lengkap dengan gelar akademik

HALAMAN PENGESAHAN

USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

 

1. Judul Penelitian
2. Ketua Penelitian

Nama Lengkap dan Gelar

Jenis Kelamin

Pangkat dan Golongan dan NIP

Fakultas/Jurusan

Institut/Universitas

Alamat rumah:

Nomor telepon/HP:

Email:

3. Jumlah Anggota Peneliti …………… orang
4. Lama Penelitian ……………… bulan/dari

bulan ………….. sampai

bulan ……………….

5. Biaya yang diperlukan

  1. Sumber dari Dikti Depdiknas
  2. Sumber lain (sebutkan ………),

Jumlah

 

Rp

Rp

Rp

(…………………………………..)

………………………………………………….

Mengetahui

Dekan Fakultas

 

Cap dan tanda tangan

(………………………………)

NIP………………………….

 

Ketua Peneliti,

 

Tanda tangan

(………………………………)

NIP………………………….

Menyetujui :

Ketua Lemlit

 

Cap dan tanda tangan

(………………………………)

NIP………………………….

SISTEMATIKA USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

 

A.    JUDUL PENELITIAN

 

Judul hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi masalahnya.

 

B.     BIDANG KAJIAN

 

Tuliskan bidang kajian penelitian

 

C.    PENDAHULUAN

 

Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah, dan diagnosis dilakukan oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah diidentifikasi masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu dianalisis dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab  munculnya masalah tersebut. Prosedur yang digunakan dalam identifikasi masalah perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis.

 

D.    PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

 

  1. Perumusan Masalah

Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan  dan hasil positif yang diantisipasi dengan mengajukan indikator keberhasilan  tindakan,  dan cara pengukuran serta cara mengevaluasinya.

  1. Pemecahan Masalah

Uraikan  alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah ditentukan  berdasarkan pada akar penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.

  1. Tujuan Penelitian

Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga diukur  tingkat  pencapaian keberhasilannya.

  1. Kontribusi Hasil Penelitian

Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.

 

E.     KAJIAN PUSTAKA

 

Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan.  Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

 

F.     RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN

 

Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan objek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,  observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah. Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut.

 

G.    JADWAL PENELITIAN

 

Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gantt chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan.

 

H.    BIAYA PENELITIAN

 

Kemukakan besarnya biaya penelitian secara rinci dengan mengacu kepada kegiatan penelitian.

Rekapitulasi biaya penelitian:

  • Honorarium ketua, anggota maksimal 30%
  • Biaya operasional minimal 30 %
  • Biaya pembelian ATK maksimal 30%
  • Lain-lain pengeluaran 10%

 

 

I.       PERSONALIA PENELITIAN

 

Jumlah personalia penelitian maksimal 5 orang, yang terdiri dari :            1 orang Ketua Peneliti (dosen LPTK), 4 orang anggota peneliti yang dapat terdiri dari 1 orang dosen LPTK dan 3 orang guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah, atau 4 orang guru/tenaga kependidikan di sekolah. Jumlah guru  minimal 2 orang dan  harus lebih banyak dari  jumlah dosen. Uraikan peran guru, jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini sekurang-kurangnya dilakukan oleh    3 orang peneliti, yang 1 orang sebagai Ketua Peneliti (dosen LPTK) dan 2 orang guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Rincilah nama personalia tim peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas, sama dengan yang tercantum dalam  Lembar Pengesahan no.2.

 

Lampiran-lampiran

 

  1. Daftar Pustaka, yang dituliskan secara konsisten menurut model APA, MLA atau Turabian.
  2. Riwayat Hidup Ketua Peneliti dan Anggota Peneliti (Cantumkan pengalaman penelitian yang relevan sampai saat ini).

Lampiran : A.2                                                                   Cover Biru Muda

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

 

 

 

LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

 

 

Logo

Perguruan Tinggi

 

 

JUDUL PENELITIAN

 

 

Oleh :

……………………………….*)

 

dibiayai oleh :

………………………………………………………………………………

Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor

………………………………………………………………………………

 

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (PPTK dan KPT)

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional

 

FAKULTAS ………………………………..

INSTITUT/UNIVERSITAS ………….

Bulan, Tahun

 

*) Tuliskan semua nama peneliti lengkap dengan gelar akademik

HALAMAN PENGESAHAN

USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

 

1. Judul Penelitian
2. Ketua Penelitian

Nama Lengkap dan Gelar

Jenis Kelamin

Pangkat dan Golongan dan NIP

Fakultas/Jurusan

Institut/Universitas

Alamat rumah:

Nomor telepon/HP:

Email:

3. Jumlah Anggota Peneliti …………… orang
4. Lama Penelitian ……………… bulan/dari

bulan ………….. sampai

bulan ……………….

5. Biaya yang diperlukan

  1. Sumber dari Depdiknas
  2. Sumber lain (Sebutkan ………)

Jumlah

 

Rp

Rp

Rp

(…………………………………..)

………………………………………………………..

Mengetahui

Dekan Fakultas

 

Cap dan tanda tangan

(………………………………)

NIP………………………….

 

Ketua Peneliti,

 

Tanda tangan

(………………………………)

NIP………………………….

Menyetujui :

Ketua Lemlit

 

Cap dan tanda tangan

(………………………………)

NIP………………………….

SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR HASIL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

 

Lembar Judul Penelitian ……………………………………………………………………………… i

Lembar Indentitas dan Pengesahan ……………………………………………………………… ii

Abstrak ……………………………………………………………………………………………………. iii

Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………. vi

Daftar Tabel ……………………………………………………………………………………………… v

Daftar Gambar …………………………………………………………………………………………. vi

Daftar Lampiran ………………………………………………………………………………………. vii

I.              Pendahuluan ……………………………………………………………………………………….

II.           Kajian Pustaka …………………………………………………………………………………….

III.         Pelaksanaan Penelitian …………………………………………………………………………

IV.        Hasil Penelitian dan Pembahasan …………………………………………………………..

V.           Simpulan dan Saran ……………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………………..

Lampiran:

Instrumen penelitian …………………………………………………………………………….

Personalia tenaga peneliti……………………………………………………………………..

Riwayat hidup masing-masing personalia penelitian ………………………………………..

 

Penjelasan   Komponen Pokok Laporan Penelitian Tindakan Kelas

  • Abstrak

Menguraikan dengan ringkas unsur-unsur permasalahan, tujuan, prosedur dan hasil penelitian

  • Pendahuluan

Memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, identifikasi masalah, analisis dan rumusan  masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi istilah bila dianggap perlu.

  • Kajian Pustaka

Menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan  usaha peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan/atau hipotesis tindakan.

  • Pelaksanaan Penelitian

Mengandung unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subjek penelitian. Kejelasan tiap siklus: rancangan, pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis dan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta collaborative.

  • Hasil Penelitian dan Pembahasan

Menyajikan uraian masing-masing  siklus dengan data lengkap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar. Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas.

  • Kesimpulan dan Saran

Menyajikan simpulan hasil penelitian (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan penelitian. Berikan saran tindak lanjut berdasarkan pembahasan hasil penelitian.

  • Daftar Pustaka

Memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian secara alphabetis.

  • Lampiran-Lampiran

Memuat instrumen penelitian, personalia tenaga peneliti, riwayat hidup masing-masing peneliti, data penelitian, dan bukti lain pelaksanaan penelitian.

 

 

 

Lampiran : B1

Evaluasi Usulan Penelitian Tindakan Kelas :

 

Kode Usulan             :

Nama Pengusul         :

Perguruan Tinggi      :

Judul                          :

Kriteria Penilaian

No
Kriteria Acuan

Bobot

Score Nilai
1 Masalah yang diteliti ·         Masalah nyata, jelas mendesak

·         Peneliti berwenang memecahkan masalah dilihat dari kemampuan, waktu, sarana, prasarana

·         Rumusan masalah jelas

·         Identifikasi penyebab masalah jelas

 

25    
2 Cara pemecahan masalah ·         Menunjukkan akar penyebab masalah

·         Pilihan tindakan untuk memecahkan masalah dalam bentuk PTK/CAR

10    
3 Luaran Penelitian ·         Secara jelas tampak indikator keberhasilan

·         Potensial memperbaiki proses dan hasil  pendidikan/pembelajaran

·         Peningkatan kualitas penggunaan metoda, media, alat dan sumber belajar

20    
4 Orientasi Penelitian ·         Keterkaitan judul, permasalahan, kajian pustaka, dan metodologi, serta hasil yang diharapkan

·         Permasalahan didukung data yang aktual

Orisinalitas penelitian (bukan merupakan pengulangan)

15    
5

 

 

 

 

 

 

Prosedur

 

 

 

 

 

 

·         Ketepatan dan kejelasan tahapan tiap siklus

·         Kesesuaian dengan langkah PTK

·         Mencakup lebih dari satu siklus

·         Ketepatan instrumen dan cara merekam hasil tindakan

 

 

 

20

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6 Umum ·         Judul jelas memperlihatkan masalah dan tindakan yang akan dilakukan

·         Kesesuaian personalia

·         Kewajaran biaya dan waktu penelitian

10    

 

Setiap kriteria diberi skor 1, 2, 4 dan 5

Sangat kurang         skor 1

Kurang                    skor 2

Baik                         skor 4

Sangat baik              skor 5

 

Nilai : Bobot x skor : ……………………………………………..

Batas Penerimaan (Passing grade) : 350

 

Hasil penilaian        : (Diterima / Ditolak)

Alasan Penolakan    : (uraikan secara singkat dan padat)

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………….

 

 

…………………….., tanggal……………………………..

Penilai

 

 

(………………………………………………..)

FORMAT PENILAIAN
Lampiran B2
HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

 

Nama penelitian           :

Perguruan Tinggi          :

Bidang Studi                 :

Judul Penelitian            :

KRITERIA PENILAIAN

No
Kriteria Aspek yang Dinilai
Bobot
Score Nilai
A ABSTRAK  

Terlihat jelas 3 unsur pokok:

latar belakang,tujuan,

prosedur dan

hasil

5    
B PENDAHULUAN  

Terlihat unsur-unsur berikut

Latar belakang (deskripsi masalah,  data awal yang menunjukkan akar terjadinya masalah, deskripsi lokasi dan waktu,  pentingnya masalah dipecahkan)

Rumusan masalah

Tujuan

Manfaat

15    
C KAJIAN TEORI/ PUSTAKA  

Ada teori-teori terkait yang memberi arah/petunjuk kepada pelaksanaan PTK

Ada usaha-usaha penulis membangun argumen teoretik bahwa tindakan  tertentu dimungkinkan bisa meningkatkan mutu KBM

Pertanyaan penelitian/hipotesis tindakan (kalau perlu)

20    
D PELAKSANAAN PENELITIAN  

Deskripsi tahapan siklus penelitian.

Penggunaan instrumen, usaha validasi hipotesis tindakan, dan cara refleksi

15    
         Tindakan yang dilakukan bersifat:

Rasional, artinya berbasis pada akar penyebab masalah

Feasible (dapat dilaksanakan-tidak ambisius), artinya tindakan tersebut terdukung oleh faktor-faktor waktu, biaya dan sarana/pra-sarana

Collaborative, artinya dosen memaksimalkan kerja sama dengan guru sebagai mitra setara.

Jumlah siklus  lebih dari satu

 

E HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN  

Disajikan dalam bentuk siklus dengan data lengkap:

Siklus I

·         Perencanaan: diuraikan TINDAKAN yang khas yang dilakukan terlihat bedanya dengan pembelajaran biasa.

·         Pelaksanan: diuraikan  pelaksanaan tindakan

·         Pengamatan: disajikan hasil pengamatan dari berbagai instrumen. Hasil authentik  disajikan

·         Refleksi: berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan dan rencana berikutnya . MENGAPA BERHASIL (TIDAK), APA YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK SIKLUS BERIKUTNYA.

25    
  Siklus II (idem)

Siklus III (idem)

Perlu ditambahkan hal-hal yang mendasar berikut ini:

  • Disajikan hasil perubahan (kemajuan) pada diri peserta didik, lingkungan dan peneliti
  • Tabel, grafik/statistik deskriptif dioptimalkan
  • Terdapat analisis data   menyajikan perubahan pada peserta didik, lingkungan kelas/sekolah dan peneliti.
  • Triangulasi dioptimalkan untuk memvalidasi potret proses dan hasil perubahan (kemajuan)
  • Pembahasan
  • Ada ulasan tentang perubahan yang dihasilkan dari tiap siklus dan keseluruhan siklus
   
F KESIMPULAN DAN REKOMENDASI  

  • Hasil riset (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan
  • Ada saran untuk riset, tujuan riset, dan hasil riset (potret kemajuan)
  • Ada saran untuk penerapan hasil (suggestion)
10

 

   
H DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN

 

Penulisan sesuai aturan APA, MLA, Turabian secara konsisten.

Kelengkapan lampiran

10    
              Jumlah Total 100    

 

Setiap kriteria diberi scor :  1.     2.    4.    5.

Kurang sekali          : skor 1

Kurang                    : skor 2

Baik                        : skor 4

Baik sekali              : skor 5

Nilai : Bobot x skor

 

Jakarta, ……………..

Penilai

 

( ………………………..)

 

Lampiran C. Format Pemantauan PTK

FORMAT PEMANTAUAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

 

      a. Perguruan Tinggi

b. Fakultas

c. Jurusan/Program Studi

: …………………………………………………

:…………………………………………………

:…………………………………………………

Nama Peneliti

Ketua Peneliti

Anggota Peneliti

 

 

:…………………………………………………

:1…………………………………………………

2…………………………………………………

3…………………………………………………

3. Judul Penelitian ………………………………………………

…………………………………………………

…………………………………………………

4. Biaya Penelitian :Rp………………………………………………

(…………………………………………………)

5. Mitra Penelitian

a. Sekolah

b. Alamat

 

:……………………………………………………

:……………………………………………………

…………………………………………………….

6. Pelaksanaan Penelitian

a. Tanggal mulai

b. Tanggal selesai

c. Jumlah kelas yang digunakan

d. Tingkatan kelas

 

:…………………………………………………

:…………………………………………………

:…………………………………………………

:………………………………………………….

7. Peranan Lemlit di PT

a. Seleksi proposal penelitian

b. Menyelenggarakan seminar proposal

c. Memantau pelaksanaan penelitian

d. Menyelenggarakan seminar hasil

penelitian

e. Menggandakan dan mengirimkan

laporan penelitian

f.  Meminta artikel kepada peneliti

g. Memberikan layanan lain, sebutkan… …………………………………………..

 

  1. Ya/Tidak *)
  2. Ya/Tidak *)
  3. Ya/Tidak *)
  4. Ya/Tidak *)

 

  1. Ya/Tidak *)

 

  1. Ya/Tidak *)
  2. Ya/Tidak *)

 

8.  Kesesuaian pelaksanaan penelitian dengan  usul:

Jenis                              Kesesuaian

a.  Mitra                 Sesuai/Menyimpang *)

b. Bentuk               Sesuai/Menyimpang *)

kolaborasi

c. Waktu                Sesuai/Menyimpang *)

pelaksanaan

d. Bahan/                Sesuai/Menyimpang *)

Alat/Media

e. Metode yg          Sesuai/Menyimpang *)

digunakan

f.  Peneliti              Sesuai/Menyimpang *)

 

 

Kekurangan

:……………………………………………………

:……………………………………………………

 

:……………………………………………………

 

:……………………………………………………

 

:……………………………………………………

 

:……………………………………………………

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9. Masalah lain yang dihadapi peneliti (kesibukan guru, kesibukan dosen, keadaan peralatan/media,dsb) …..…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
10 Penilaian umum terhadap pelaksanaan penelitian

a. Peneliti/Pelaksana:

·   Kegiatan di kelas

·   Kegiatan di laboratorium

·   Komunikasi dengan mitra

b. Temuan/hal yang baru/inovasi dalam  proses penelitian:

c. Keberhasilan yang dicapai:

·         Indikasi keberhasilan (prestasi belajar siswa, motivasi belajar, sikap,dsb)

·         Data pendukung

 

d. Mitra

  • Kondisi sarana/peralatan
  • Kontribusi dalam pelaksanaan penelitian
 

 

 

·   Baik/Tidak baik *)

·   Baik/Tidak baik *)

·   Baik/Tidak baik *)

………………………………………………………………………………………………………….

 

…………………………………………………….

……………………………………………………

 

……………………………………………………

……………………………………………………

 

Baik/Tidak baik *)

Baik/Tidak baik *)

11. Rencana tindak lanjut (follow up)

a. Melanjutkan kegiatan penelitian

tindakan kelas

b. Diseminasi kepada guru lain

c. Menulis hasil penelitian menjadi karya

tulis ilmiah

d. Memperbaiki buku ajar

e. Lain, sebutkan…………………………

 

·     Ya/Tidak *)

 

·     Ya/Tidak *)

·     Ya/Tidak *)

 

·     Ya/Tidak *)

·     ………………………………………………..

12.  Rencana publikasi:

a. Peneliti :

b. Guru mitra:

 

:……………………………………………………

…………………………………………………….

13. Cara pemantauan: [      ]   Wawancara

[      ]   Peninjauan ke lokasi penelitian

[      ]   Melihat data, foto, atau rekaman

[      ]   Laporan penelitian

[      ]   Lain-lain, sebutkan

14. Kesimpulan umum:

a. Pelaksanaan penelitian telah selesai :

b. Bila belum 100 % selesai, tahapan

penelitian yang akan  diselesaikan,

sebutkan:

 

a…………………%

b………………………………………………….

………………………………………………….

…………………………………………………

15. Gambaran umum dan saran

penyelesaian/ perbaikan  penelitian:

 

…………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………

……………………………………………………

……………………………2005

Ketua Lembaga Penelitian                                                 Pemantau,

……………………………………,

 

 

(…………………………………….)                  (…………………………………….)

 

Catatan : *) Coret yang tidak perlu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

FORMAT PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

 

 

  1. JUDUL PENELITIAN

 

Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi

  1. BIDANG ILMU

 

Tuliskan bidang ilmu (Jurusan) dari Ketua Peneliti.

 

  1. PENDAHULUAN

 

Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Dalam pendahuluan kemukakan:

  1. Latar belakang masalah secara jelas dan sistematis, yang meliputi: (a) Uraian tentang kedudukan mata kuliah dalam kurikulum (semester, mata kuliah yang ditunjang dan mata kuliah penunjang);  (b) Gambaran umum isi mata kuliah tersebut termasuk pembagian waktunya (lampirkan Analisis Instruksional, SAP, GBPP dari mata kuliah yang bersangkutan); (c) Metode pembelajaran yang digunakan saat ini.
  2. Masalah yang dihadapi ditinjau dari hasil belajar yang dicapai mahasiswa

 

  1. PERUMUSAN MASALAH

 

Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian  tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.

Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di kelas, penting dan mendesak untuk dipecahkan.  Setelah didiagnosis (diidentifikasi) masalah penelitiannya,  selanjutnya perlu diidentifikasi dan dideskripsikan akar penyebab dari masalah tersebut.

 

  1. CARA PEMECAHAN MASALAH

 

Uraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas (yang meliputi: perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus). Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab permasalahan dan bentuk tindakan (action) yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik.

 

  1. TINJAUAN PUSTAKA

 

Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan  tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

 

  1. TUJUAN PENELITIAN

 

Kemukakan secara singkat tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga tampak keberhasilannya.

 

  1. KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN

 

Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi mahasiswa, dosen, maupun komponen pendidikan lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.

 

  1. METODE PENELITIAN

 

Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, latar waktu dan lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklis. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya. Jumlah siklus disyaratkan lebih dari dua siklus.

 

  1. JADWAL PENELITIAN

 

Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan.

 

  1. PERSONALIA PENELITIAN

 

Jumlah personalia penelitian maksimal 3 orang. Uraikan peran dan jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Rincilah nama peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas, sama seperti pada Lembar Pengesahan.

 

Lampiran-lampiran

 

  1. Daftar Pustaka, yang dituliskan secara konsisten menurut model APA, MLA atau Turabian.
  2. Riwayat Hidup Ketua Peneliti dan Anggota Peneliti (Cantumkan pengalaman penelitian yang relevan telah dihasilkan sampai saat ini )

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MODEL PEMBELAJARAN

 

 

  1. PELAJARAN SENI TARI MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBAYA

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

  • Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, tata krama, pergaulan, kesenian, bahasa, keindahan alam dan ketrampilan lokal yang merupakan ciri khas suatu suku bangsa. Keanekaragaman tersebut memperindah dan memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, keanekaragaman tersebut perlu diusahakan pengembangan dan pelestariannya dengan tetap mempertahankannya melalui upaya pendidikan.

Pengenalan keadaan lingkungan alam sosial dan budaya kepada peserta didik di sekolah memberikan kemungkinan besar untuk akrab dengan lingkungan dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungan serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu Kanwil Propinsi Bali bekerja terus untuk menggali potensi daerah Bali yang dijadikan identitas daerah dalam wujud muatan lokal didalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Di dalam tahun pelajaran 2007/2008 kurikulum berbasis kompetensi untuk pelajaran muatan lokal di SMP Negeri 2 Xxx dipilih seni tari khususnya tari Bali sebagai bahan kajian pilihan yang diterapkan kepada semua siswa dari kelas VII sampai kelas IX sesuai dengan sarana dan pengajaran yang tersedia. Jumlah waktu efektifnya 2 jam pelajaran tiap minggu.

Pelajaran seni tari Bali sebagai muatan lokal pilihan diberikan kepada semua siswa. Dimana muatan lokal yaitu bahan kajian dan pelajarannya ditetapkan di Daerah dan disesuaikan dengan lingkungan, sosial budaya serta kehidupan Daerah (Depdikbud, 1994:1). Di pilihnya tari Bali sebagai muatan lokal pilihan yang wajib diikuti oleh semua siswa SMP Negeri 2 Xxx dikarenakan guru yang mengajar Tari Bali ada 4 orang, sedangkan guru yang berkompeten dibidang seni yang lain tidak ada. Seni tari Bali diberikan secara klasikal yang lebih banyak praktek dibandingkan dengan teori. Karena semua siswa wajib mengikuti mata pelajaran tersebut, maka dalam satu kelas sudah tentu ada siswa yang tidak mempunyai bakat dan minat harus ikut dalam pelajaran tersebut untuk mendapat nilai raport.

Mutu pendidikan khususnya pendidikan seni tari Bali, tentunya tidak bisa lepas dari tiga faktor, yaitu sekolah sebagai tempat terlaksananya pendidikan, guru sebagai pelaksana dan siswa sebagai peserta pendidikan. Ketiga faktor tersebut menjadi kurang berarti meskipun sudah disiapkan dengan baik, jika penyampaian materi pelajaran guru menggunakan metoda atau cara yang kurang tepat. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka pada setiap akhir program pembelajaran dilakukan evaluasi. Salah satu hasil evaluasi tersebut adalah prestasi belajar seni tari siswa. Namun dewasa ini prestasi belajar yang diperoleh siswa terutama dalam mata pelajaran seni tari khususnya di SMP Negeri 2 Xxx masih tergolong rendah.

Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru di SMP Negeri 2 Xxx, ditemukan bahwa pengajaran lebih banyak di lakukan dengan metode demontrasi dan imitasi dari guru pengajar sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak kreatif. Selama ini peneliti juga mengamati siswa kelas VIII D tahun pelajaran 2007/2008 pada waktu kelas VII, memiliki nilai rata-rata pelajaran seni tari paling rendah di bandingkan dengan kelas paralel yang lain. Disamping itu aktivitas siswanya sangat pasif, yaitu tidak ada kreativitas siswa untuk memahami materi yang diberikan.

Berbagai metoda pembelajaran telah sering digunakan seperti diskusi, demonstrasi, tanya jawab dan lain-lain. Penerapan metoda pembelajaran seperti itu kemungkinan belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan, hal ini disebabkan karena kemampuan guru, keadaan siswa dan fasilitas/sarana yang belum memadai. Terbukti jika proses belajar berlangsung sering siswa yang sudah mahir merasa jenuh dan bosan. Maka dari itu perlu ada usaha lain yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran berlangsung baik dengan menerapkan tutor sebaya dalam proses pembelajaran.

Implementasi  tutor sebaya dalam pembelajaran seni tari Bali diharapkan memberikan situasi belajar yang lebih leluasa bagi siswa untuk berkreasi dan berkreativitas, lebih percaya diri dan menimbulkan keberanian pada siswa karena di dalam mentransfer pengetahuan didapat dari teman sendiri. Dalam situasi seperti itu akan dapat menciptakan proses belajar yang lebih baik, sehingga diharapkan meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar seni tari Bali.

 

  • Identifikasi Masalah.

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat di identifikasi masalah masalah tersebut yaitu :

  • Kurikulum pendidikan sering berganti.
  • Letak geografis sekolah yang berbukit.
  • Dukungan dari orang tua siswa masih kurang.
  • Antusias siswa mengikuti pelajaran sangat rendah.
  • Metode mengajar masih bersumber pada guru saja.
  • In put siswa terutama dalam bidang seni tari Bali sangat kurang.
  • Sarana dan prasarana di sekolah belum memadai dengan mata pelajaran tari Bali.
  • Kemampuan, minat dan bakat siswa dalam bidang seni tari Bali berbeda-beda.

Dengan teridentipikasinya masalah-masalah tersebut, maka salah satu diantaranya dipilih metoda tutor sebaya dalam proses pembelajaran.

 

  • Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :

  1. Apakah Implementasi tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx.
  2. Apakah Implementasi tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx.
  3. Bagaimana respon siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx terhadap Implementasi tutor sebaya.

 

  • Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai sehubungan deangan tindakan yang akan diberikan adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dalam proses belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx melalui Implementasi tutor sebaya.
  2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx melalui Implementasi tutor sebaya.
  3. Untuk mengetahui respon siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx terhadap Implementasi tutor sebaya.

 

  • Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

  • Bagi siswa dengan proses pembelajaran yang menggunakan teman sendiri sebagai tutor akan memberikan kesempatan yang leluasa pada siswa untuk bertanya, mentransfer dan menyerap materi pelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk menguasai tari puspawresti.
  • Bagi guru hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dalam mencari metoda pembelajaran untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif dan efektif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam bidang seni tari Bali dengan menerapkan tutor sebaya.
  • Bagi peneliti, melalui penelitian ini peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman dalam merancang serta menerapkan pembelajaran dengan memanfaatkan tutor sebaya.
  • Bagi sekolah, bila dalam PTK ini ada pengaruh yang efektip untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terutama dalam bidang pelajaran seni tari Bali, maka diharapkan agar guru-guru yang lain termotivasi untuk menggunakan metode tutor sebaya dalam pembelajaran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

Beberapa teori yang digunakan sebagai landasan berpikir untuk menjawab permasalahan yang diajukan adalah: Seni tari, prestasi belajar, model pembelajaran, tutor sebaya.

 

  • Seni Tari

Seni tari terdiri dari dua kata yaitu seni dan tari. Seni merupakan segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaanya dan bersifat indah. Dalam buku Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa seni yaitu : “Kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang dapat mengadakan atau menciptakan sesuatu yang luar biasa.“ ( Poerwadarminta, 1976:917). Sedangkan tari dinyatakan bahwa: “Gerakan badan, tangan, dsb, yang berirama dan biasanya diiringi oleh bunyi-bunyian seperti musik, gambelan“. (Poerwadarminta, 1976:1020). Ada beberapa pengertian seni tari dari berbagai ahli tari yaitu : pertama, seni tari adalah: “Ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan melalui gerak – gerak ritmis yang indah“. (Soedarsono, 1972:4). Kedua Seni tari adalah: “Ungkapan nilai-nilai keindahan dan keluhuran lewat gerak dan sikap“. (Wardhana, 1990:8). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seni tari adalah Ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan melalui gerak ritmis yang indah dari keseluruhan tubuh yang ditata dengan irama lagu pengiring sesuai dengan lambang, watak dan tema tari.

Pada awalnya seni tari khususnya tari Bali merupakan tarian untuk kepentingan upacara agama hindu, tapi dalam perkembangan selanjutnya banyak berubah fungsi. Adapun fungsi tari Bali yaitu:

  • “Tari Wali yaitu tari yang dilakukan di pura dan ditempat-tempat yang ada hubungannya dengan upacara keagamaan“. (Artika, 1989:22).
  • “Tari Bebali yaitu tari yang berfungsi sebagai pengiring upacara di pura-pura atau di luar pura“. (Artika, 1989:22).
  • “Tari Balih-balihan yaitu segala tari yang mempunyai unsur-unsur dan dasar seni tari yang luhur dapat dipentaskan sewaktu-waktu, baik sehubungan dengan upacara adat maupun agama“. (Artika, 1989:23).

Dalam penyajian seni tari, yang harus diperhatikan adalah peraturan dan norma tari Bali yang sangat penting artinya untuk mencapai penampilan yang sempurna. Istilah yang dipergunakan untuk menjelaskan peraturan dan norma di atas adalah TRI WI yaitu:

  1. Wiraga adalah seorang penari Bali harus menguasai perbendaharaan gerak tari yang berhubungan dengan postur tubuh penari dan gerak yang dipertunjukkan.
  2. Wirama adalah penari harus mengerti tentang musik, melodi, ritme, dan tempo  dikuasai dalam pertunjukan.
  3. Wirasa adalah rasa atau perasaan yang berkaitan dengan gerak tubuh dan perasaan, yaitu kemampuan  penari mengungkapkan rasa sedih, gembira, lucu, takut yang merupakan perpaduan antara mimik dan panto mimik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seni tari Bali berguna untuk melatih, mengembangkan potensi, bakat seni dan mendorong kreativitas untuk dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari – hari baik untuk diri sendiri maupun untuk lingkungan. Untuk itu seni tari Bali yang diberikan di kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx adalah tari puspa wresti. Tari Puspawresti berasal dari kata Puspa dan Wresti. Puspa artinya bunga, Wresti artinya persembahan. Jadi tari Puspawresti yaitu tari persembahan bunga yang ditujukan pada para tamu. Ditinjau dari segi fungsi Tari Puspawresti berguna untuk menyambut  tamu yang sedang berkunjung kesuatu Daerah Tari Puspawresti lebih mudah dipelajari karena gerak-gerak dasarnya tidak rumit. Tari puspawresti disajikan secara kelompok.

 

  • Prestasi Belajar

Salah satu tugas dari guru adalah mengadakan suatu proses evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, salah satunya adalah prestasi belajar siswa. Imformasi ini sangat berguna untuk memperjelas sasaran dalam pembelajaran.

 

Prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Prestasi belajar adalah prestasi yang  diperoleh disekolah dan di luar sekolah. Prestasi belajar di sekolah adalah hasil yang diperoleh anak-anak berupa nilai mata pelajaran: (Sunartana, 1997:55). Menurut Bloom (1971:7) Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognetif, afektif, dan psikomotor. Gambaran prestasi belajar siswa dapat dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10 (Arikunto, 1998:62). Disamping itu prestasi belajar dapat dioperasikan dalam bentuk indikator- indikator berupa nilai raport, angka kelulusan dan predikat keberhasilan (Saifudin Azwar, 1996:44).

 

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah : kemampuan aktual yang dapat diukur setelah mengalami proses belajar praktek tentang pengetahuan dan ketrampilan tertentu, nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah. Hasil yang diperoleh siswa dalam satu mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut dengan prestasi belajar.

 

  • Model Pembelajaran

Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan yang menyeluruh. Misalnya, problem-based model of instruction (model pembelajaran berdasarkan permasalahan) yang meliputi kelompok kecil, siswa bekerja sama memecahkan masalah yang telah disepakati. Model pembelajaran ini dapat menggunakan sejumlah keterampilan metodologis dan prosedural, seperti merumuskan masalah, mengemukakan pertanyaan, melakukan penelitian, berdiskusi, menciptakan karya seni dan melakukan presentasi. Model pembelajaran berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting dalam mengajar di kelas, praktek atau mengawasi anak-anak. Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain (Wasis, 2002:1).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. METODE TEHNIK MENCARI PASANGAN

 

BAB  I

 

PENDAHULUAN

 

 

 

  • Latar Belakang Masalah.

 

Tercapainya tujuan Pendidikan di Indonesia tidak dapat terlepas dari peran guru , siswa , masyarakat maupun lembaga terkait lainnya. Sebagai salah satu upaya peningkatan kwalitas pendidikan menuju tercapainya tujuan tersebut perlu disampaikan suatu upaya perbaikan sistim pembelajaran  inovatif yang merangsang siswa untuk mencintai yang akhirnya mau mempelajari secara seksama terhadap suatu mata pelajaran.

Mata pelajaran sejarah dalam konsep umum seringkali dipandang sebagai mata pelajaran hafalan yang membosankan  hal tersebut dapat kita ihat dari adanya ketidak tuntasan  siswa kelas X saat ulangan harian pada masing-masing kompetensi dasar, sehingga para guru sejarah harus mulai mengembangkan sistim pembelajaran inofativ untuk membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran sejarah.

 

Hal tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang diberi judul  “ METODE TEHNIK MENCARI PASANGAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 2 XXX  “

 

  • Identifikasi masalah.

 

Identifikasi masalah merupakan interpretasi guru :

  1. Siswa mengalami kesulitan belajar yang disebabkan oleh metode yang

disampaikan oleh guru.

  1. Kesulitan belajar siswa nampak pada menurunnya motivasi belajarnya
  2. Menurunnya motivasi siswa menyebabkan hasil penilaian siswa yang

diperoleh kurang maksimal

 

  1. Perumusan Masalah.

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat

dirumuskan masalah  sebagai berikut :

  1. Apakah Metode tehnik mencari pasangan dapat meningkatkan motivasi

hasil belajar siswa  ?

  1. Seberapa jauh metode tehnik mencari pasangan dapat meningkatkan

motivasi hasil belajar siswa ?.

 

  • Tujuan dan kegunaan penelitian.
  1. Tujuan penelitian
  2. Untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah

menggunakan  metode tehnik  berpasangan.

  1. Untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan metode tehnik

berpasangan terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri

  1. Kegunaan Penelitian.
  2. Untuk meningkatkan Prestasi belajar siswa khususnya kelas X.
  3. Mengembangkan metode pembelajaran Cooperatif Learning sehingga

pembelajaran sejarah tidak monoton.

  1. Memberikan motivasi guru untuk menerapkan metode pemelajaran

terpadu

  1. Menunjang tercapainya tujuan pendidikan Nasional.

 

  • Ruang lingkup penelitian.

Ruang lingkup penelitian ini di dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut :

  1. Daerah penelitian atau populasi di dalam penelitian ini adalah siswa

Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Xxx.

  1. Aspek-aspek yang diteliti adalah :
  2. Metode tehnik mencari pasangan
  3. Motivasi hasil belajar siswa.

 

  • Strategi pendekatan Metodologi .

 

  1. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatip / Inferensial dengan daerah

generalisasi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Xxx.

  1. Masalah yang akan diteliti adalah apakah Metode tehnik mencari

pasangan dapat meningkatkan motivasi hasil belajar siswa.

 

  • Hipotesis.

Menurut Sutrino Hadi (1982) Hipotesis adalah pernyataan yang masih

lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan..

Ha             :  Metode Tehnik mencari pasangan dapat meningkatkan

motivasi hasill belajar siswa pada mata pelajaran sejarah

kelas X  di SMA Negeri 2 Xxx.

Ho             :  Metode mencari pasangan tidak dapat meningkatkan motivasi

hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah  kelas X

di SMA Negeri 2 Xxx.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB  II

KAJIAN PUSTAKA

 

       2.1. Pengertian tehnik mencari pasangan.

 

Tehnik menurut kamus WJS Poerwodarminto adalah  Metode atau sistim dalam mengerjakan sesuatu ( 1158 ) Sedangkan Tehnik mencari pasangan ( make-A Match) menurut Loma Curan 1994  : adalah suatu cara untuk memberi kesempatan pada siswa untuk mencari pasangannya sesuai dengan topik yang digunakan saat itu dengan langkah – langkah sebagai berikut :

 

  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocock untuk sesi review. Satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
  2. Setiap siswa mendapat satu kartu
  3. Setiap siswa memikirkan jawaban dari kartu yang dipegangnya.
  4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
  5. Setiap siswa dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
  6. sisiwa mempresentasikan hasil jawabannya.

 

Menurut Anita Lie tahun 1999 dalam buku Cooperati Learning  :              menyebutkan bahwa tehnik mencari pasangan merupakan salah satu bentuk tehnik pembe lajaran gotong royong dengan berpusat pada aktivitas siswa serta menghilangkan dominasi guru danmenggunakan berbagai macam metode secara terpadu.

 

       2.2. Metode Mengajar.

 

Menurut Prof.DR. Winarno Surakhmad :metode adalah cara yang sebaik baiknya mencapai tujuan. Sedangkan mengajar adalah suatu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistimatis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik.

 

Perubahan yang dimaksud itu menunjukkan pada suatu proses yang harus

dilalui. Tanpa proses itu perubahan tidak mungkin terjadi jika tanpa proses tujuan tak dapat dicapai dan proses yang dinaksud disni adalah  proses pendidikan atau proses educatif.

Dalam strategi pembelajaran komponen yang paling dominan adalah pendekatan dan metode pembelajaran

 

Atas dasar pendekatan dan metode inilah, guru menyusun strategi dan langkah langkah penyampaian materi pembeajaran untuk mencapai tujuan.

 

Pelaksanaan pembelajaran atau proses pembelajaran merupakan proses transaksional untuk mengembangkan potensai siswa secara aktif dan kreatifseoiptimal mungkin agar terwujud aktivitas dan kreativitas siswa selama proses pembelajaran perlu mempertahankan motivasi belajarnya. Untuk itu proses pembelajaran dibuat penggalan-penggalan kegiatan yaitu pendahuluan , inti dan penutup

Kegiatan pendahuluan untuk menarik perhatian siswa sehingga mereka termotivasi secara aktif dan kreatif pada kegiatan berikutnya, maka yang perlu dilakukan antara lain : menunjukkan essensi tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran , mendiskripsikan pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan menunjukkan manfaat apa yang dapat dipetik dari usahanya dalam mempelajari atau menunjukkan manfaat apa yang dapat dipetik dari usahanya dalam mempelajari materi itu bagi kepentingannya sehari-sehari.

 

  • Penilaian Hasil Belajar

 

Penilaian atau evaluasi adalah seluruh alat atau sarana yang digunakan disekolah untuk mengukur kinerja siswa secara formal, baik berupa kuis, tes, evaluasi tertulis dan pemberian nilai/grades ( Slavin,1994,486 ).

Didalam Kurikulum berbasis Kompetensi dijelaskan tentang evaluasi yaitu penentuan nilai suatu progrtam dan penentuan pencapaian tujuan suatu program.

Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasarkan sustu criteria tertentu.

 

Sedangkan proses pemberian nilai dapat saja berbentuk interpretasi yang diakhiri dengan Judgement. Keduanya merupakan tema penilaian yang membandingkan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itulah maka kegiatan penilaian selalauada obyek atau program, ada criteria dan ada interpretasi/ Judgement ( Nana Sudjana, 2004 ; 3 ).

 

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan criteria tertentu.

Jika dihubungkan dengan pandangan diatas, dimana penilaian selalu ada obyek yang dinilai dalam konteks ini tentunya yang dimaksud dengan obyek disini adalah hasil belajar siswa.

 

Hasil belajar siswa seringkali dihubungkan dengan perubahan tingkah laku yang dalam arti luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik . Lebih jauh penilaian hasil belajar dilaksanakan untuk memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan sebelumnya.

 

Sekali lagi penilain dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar itu sendiri dimana hubungan dengan metode dan tujuan pembelajaran sangat erat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. METODE INTEGRASI PERMAINAN

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang Masalah

 

Ungkapan “Tak kenal maka tak sayang” terbukti dalam pelaksanaan tugas penulis sebagai Guru Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Khususnya kalau sudah masuk pada bahan (materi) pembelajaran yang baru mereka kenal, setelah mereka memasuki jenjang pendidikan di SMP.

 

Salah satu dari beragam bahan ajar yang kurang diminati siswa dalam pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan  adalah nomor olahraga (permainan) bola basket. Mayoritas  siswa menolak dan menghindari materi permainan bola basket, alasannya siswa menganggap bahan ajar di permainan bola basket itu sulit, dan kurang menarik bila dibanding dengan bahan ajar yang ada di nomor olahraga lain. Untuk menyikapi permasalahan tersebut Menyikapi permasalahan tersebut, sekaligus mengemban amanah bahwa tugas seorang guru memberikan pencerahan kepada siswa. Guru tersebut harus memiliki beragam kemampuan yang dapat menunjang tugasnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dan Salah satu satu tuntutannya adalah memiliki kreasi dan daya inovatif seorang guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang menarik siswa. Sehingga permainan bola basket yang semula dianggap sulit menjadi menarik. Tidak hanya menarik tetapi yang utama adalah mampu meningkatkan derajat kebugaran siswa seperti yang tertuang dalam tuntutan kurikulum.

 

Menciptakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa tidak mudah, perlu kecermatan dari guru dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan pelajaran yang akan diberikan (diajarkan) sehingga tercipta proses belajar mengajar yang efektif. Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa jenis model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar.

 

Berdasarkan pengalaman di lapangan, khususnya dalam pembelajaran PJOK persoalan belajar yang sering dijumpai adalah siswa sulit menerima materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan karena siswa tidak menyukai bahan ajar tersebut, pelajaran yang disampaikan menjemukan, sulit dipahami dan terkesan kurang menarik. Oleh karena itu  semakin baik suatu model pembelajaran yang dipergunakan, maka  semakin mudah tujuan pembelajaran dapat tercapai. dalam memberikan pelajaran, makin efektif digunakan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Model pembelajaran efektif yang digunakan dalam proses pembelajaran bergantung pada bermacam-macam faktor antara lain: tujuan yang akan dicapai, kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran, kemampuan siswa, besarnya kelompok yang akan diajar, waktu, dan fasilitas yang tersedia.

 

Penggunaan model pembelajaran yang efektif akan sangat membantu dalam proses pembelajaran. Suatu model pembelajaran dalam proses pembelajaran memiliki hubungan yang erat dengan tujuan proses tersebut. Guru sebagai pengajar memiliki peranan penting dalam mengorganisasi dan mengatur lingkungan belajar siswa sebaik-baiknya sehingga tercipta kegiatan belajar yang ideal.

 

Dalam memilih suatu model pembelajaran untuk meningkatkan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa tersebut, guru dituntut merancang model pembelajaran yang lebih tepat serta penerapan bahan ajar yang variatif. dan dari kenyataan tersebut Salah satu upaya yang  perlu dilakukan upaya untuk menumbuhkan minat dan menarik simpati siswa untuk mencintai bahan ajar permainan bola basket adalah dengan mengintegrasikan bentuk permainan tersebut dengan permainan pengantar.  Oleh karena itu mewujudkannya Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “ Pengintegrasian Permainan Pengantar Sebagai Langkah Strategis dalam Meningkatkan Kemauan Belajar Bola Basket Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 1 Xxx

 

Penelitian ini diharapkan dapat membentuk suasana yang lebih santai dan menarik dalam pembelajaran bola basket. Adapun pemilihan materi ajar dalam bentuk permainan pengantar ini didasarkan pada keterkaitannya dengan konsep-konsep pembelajaran permainan bola basket yang sedang menjadi bahan kajian yang ada dalam kelas tersebut. Sehingga sistem pembelajarannya tetap mengacu pada batasan kajian yang diberikan sesuai SKKD, serta dapat merangsang peserta didik untuk lebih menyukai permainan ini.

 

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

  1. Apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada pembelajaran permainan bola basket dapat meningkatkan penguasaan teknik dasar permainan basket siswa kelas VII SMP Negeri 1 Xxx ?
  2. Apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada pembelajaran permainan bola basket dapat memberikan dampak positif terhadap pemahaman meningkatkan hasil belajar teknik dasar permainan basket siswa kelas VII SMP Negeri 1 Xxx ?

 

C.     Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada pembelajaran pembelajaran permainan bola basket dapat meningkatkan penguasaan teknik dasar permainan basket siswa kelas VII SMP Negeri 1 Xxx.
  2. Untuk mengetahui apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada pembelajaran permainan bola basket dapat memberikan dampak positif terhadap pemahaman teknik dasar permainan basket siswa kelas VII SMP Negeri 1 Xxx.

 

  1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah :

  1. Sebagai bahan pertimbangan atau masukan penulis dalam penyusunan strategi (penerapan, metode, model dan langkah-langkah) pembelajaran PJOK selanjutnya.
  2. Memberikan gambaran yang jelas, tentang bentuk pengintegrasian permainan pengantar ke permainan bola basket sebagai langkah alternatif untuk merangsang peserta didik agar menyukai permainan bola basket.
  3. Memberikan gambaran kepada peserta didik, bahwa permainan bola basket bisa dipraktikkan dengan mudah dan sederhana.
  4. Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi instansi pemerintah, cq Dinas Pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; dan
  5. Semoga dapat memberikan sumbang saran yang positif bagi para guru-guru PJOK di lapangan.
  6. Ingin mengetahui dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi para guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk memilih model pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran keterampilan cabang olahraga, khususnya keterampilan bermain bolabasket.
  7. Ingin memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kemampuan guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar suatu cabang olahraga dan menumbuhkan semangat serta gairah siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
  8. Ingin memberikan masukan yang berarti kepada lembaga khususnya Departemen Pendidikan Nasional, tentang model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan para siswa yang diharapkan dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

 

  1. Ruang Lingkup Penelitian

 

Penelitian ini terbatas pada penggunaan pembelajaran Penjasorkes dengan menggunakan bentuk pengintegrasian permainan pengantar terhadap penguasaan teknik dasar salah satu permainan, yaitu permainan bolabasket. Dengan ruang lingkup penelitian ini antara lain sebagai berikut :

  1. Bentuk latihan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah permainan pengantar.
  2. Teknik dasar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah teknik dasar permainan bolabasket, antara lain: teknik melempar dan menangkap bola, menggiring bola, dan menembak ke ring basket.
  3. Hal-hal yang ingin ditingkatkan melalui permainan pengantar bola basket adalah unsur kognitif berupa pengetahuan, peningkatan kerjasama, sportifitas, dan perilaku siswa (penilaian afektif), serta penguasaan teknik dasar bermain bolabasket (penilaian psikomotor).
  4. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua komponen antara lain :
    1. Penilaian kognitif menggunakan penilaian berupa pengetahuan, penerapan saat praktik berlangsung dan pemberian tugas
    2. Penilaian afektif menggunakan penilaian pengamatan selama siswa melakukan kegiatan olahraga. Aspek-aspek yang dinilai antara lain unsur perilaku, kerjasama dan sportivitas.
    3. Penilaian psikomotor menggunakan penilaian proses dan produk. Butir-butir tes terdiri dari: tes melempar dan menangkap bolabasket, menggiring bola basket dan menembak bolabasket ke ring basket.

 

  1. Batasan Istilah
  • Pengintegrasian : Upaya memasukkan satu komponen tertentu pada komponen yang lain, sehingga khasanah penerapan bahan ajar yang semula dianggap susah menjadi lebih sederhana dan mudah diterapkan.
  • Permainan pengantar : bahan ajar yang penekanan materinya ada pada model atau bentuk-bentuk pembelajaran yang sederhana dan menggembirakan dengan media bola basket sehingga menarik bagi peserta didik menuju ke permainan yang sebenarnya.
  • Langkah strategis : taktik atau metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru atau pelatih untuk diujicobakan kepada peserta didik dalam bentuk-bentuk tertentu.
  • Meningkatkan kemauan belajar : adanya motivasi yang timbul dari diri seseorang karena dorongan atau keinginan yang kuat setelah mendapat rangsangan (stimulus) dari orang lain dengan beragam cara.
  • Pembelajaran bola basket : proses/kegiatan belajar mengajar materi pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sub aspek Permainan dan Olahraga.

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

  1. Hakekat Pembelajaran
  • Pengertian Pembelajaran

Membicarakan tentang pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Secara singkat hubungan keduanya dapat di jabarkan sebagai berikut: pembelajaran merupakan wujud dari pelaksanaan (implementasi) kurikulum, atau pembelajaran ialah kurikulum dalam kenyataan implementasinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. METODE PENCAPAIAN KONSEP

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang.

 

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memegang peranan penting dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia.

 

Bentuk kongkret dari pendidikan yang dilakukan oleh manusia tersebut tampak dalam aktivitas belajar mengajar sebagaimana Sudjana (1989) mengatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Keberhasilan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh komponen – komponen pilar pendidikan yang meliputi motivasi belajar siswa, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan tujuan pembelajaran.

 

Keempat pilar sebagaimana tersebut di atas, komponen proses pembelajaran merupakan komponen yang memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran ini menunjuk pada kegiatan di mana didalamnya terdapat integrasi dan interaksi komponen-komponen pembelajaran yaitu guru, siswa, materi dan metode pembelajaran.

 

Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan, perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran yang bermuara akan meningkatkan prestasi belajar siswa (Chabibah, 2006 : 24). Terkait dengan proses pembelajaran, guru memiliki peran sentral berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, sebab guru dalam posisi ini bertindak sebagai perancang atau desainer sekaligus pengelola proses pembelajaran sedemikian hingga hasil dari proses pembelajaran tersebut tercapai. Namun demikian, peran guru dalam mendesain dan mengelola proses belajar mengajar di kelas seringkali dihadapkan pada kondisi-kondisi dimana rancangan pembelajaran yang didesainnya tidak berjalan dengan lancar sesuai harapan.

 

Tidak berkembangnya salah satu faktor dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yaitu guru, murid, materi dan metode pembelajaran sudah barang tentu berpengaruh pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula pada hasil pembelajaran terutama tampak pada hasil belajar siswa.

 

 

Kondisi demikian terjadi pula pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Mulok Pembukuan di kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx, dimana dari kondisi awal kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Xxx untuk mata pelajaran Mulok Pembukuan menunjukkan hasil belajar siswa rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan belajar (SKM) dimana dari 20 siswa, 16 orang siswa atau 80 % siswa kelas VIII A hasil belajarnya kurang dari 65 sebagai batas SKM. Hasil refleksi diri menunjukkan bahwa rendahnya prestasi belajar tersebut diantaranya adalah sikap pasif siswa dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi, dominasi guru masih sangat besar sehingga siswa kurang mandiri sehingga mempengaruhi prestasi belajar.

Dari refleksi tersebut, akar permasalahan yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi pada intinya adalah penggunaan metode pembelajaran yang dalam hal ini guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan penugasan sehingga kurang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan mengurangi dominasi guru dalam pengajaran dengan harapa dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk tujuan tersebut dalam penelitian ini diterapkan metode pembelajaran kooperatif dengan model pencapaian konsep.

 

  1. Identifikasi Masalah.

 

Berdasarkan kondisi sebagaimana tersebut di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

  1. Siswa cenderung bersikap pasif dalam proses pembelajaran.
  2. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi.
  3. Dominasi guru masih lebih besar.
  4. Siswa jarang bertanya.
  5. Siswa belum maksimal dalam menjelaskan kembali konsep yang diterima.
  6. Hasil belajar siswa relatif rendah dan belum mencapai KKM.

 

  1. Pembatasan dan Perumusan Masalah.

 

Bertolak dari luasnya permasalahan yang diteliti, serta adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada penggunaan model pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok Pembukuan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Xxx.

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok Pembukuan pada siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx ?”

 

  1. Tujuan Penelitian.

 

Mengacu pada uraian permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx mata pelajaran Mulok Pembukuan melalui penggunaan model pencapaian konsep.

 

  1. Manfaat Hasil Penelitian.

 

Dengan melakukan penelitian tentang penggunaan model pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok Pembukuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx, diharapkan dapat diperoleh beberapa manfaat antara lain :

  1. Untuk siswa, hasil penelitian ini sebagai media meningkatkan aktivitas belajar untuk lebih menguasai dan memahami materi pelajaran melalui penguasaan konsep-konsep pokok pelajaran yang diajarkan di kelas terutama mata pelajaran Mulok Pembukuan.
  2. Untuk peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan gagasan untuk pengembangan dan peningkatan ketrampilan mengorganisasi, memformulasi, dan mengkondisikan kegiatan belajar mengajar di kelas terutama untuk mata pelajaran Mulok Pembukuan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
  3. Untuk Sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi dan atau sebagai acuan untuk pengembangan teknologi pembelajaran terutama pembelajaran mata pelajaran Mulok Pembukuan di SMP Negeri 2 Xxx

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

 

  1. Landasan Teori.

 

  1. Belajar, Pembelajaran dan Prestasi Belajar.

 

Belajar merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting dalam usahanya mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar menjadi kebutuhan yang penting karena dengan semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong pembaharuan dalam segala aspek kehidupan manusia, menuntut manusia untuk mengejar pembaharuan dan kemajuan itu. Upaya untuk mengejar hal tersebut harus dilakukan sendiri melalui suatu proses yang disebut belajar.

 

Pengertian belajar sebagaimana terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 14) adalah suatu upaya yang dilakukan manusia dengan jalan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Dimyati (1984 : 124), belajar adalah proses yang melibatkan manusia secara orang perorang sebagai suatu persatuan organisme, sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

 

Dari pengertian belajar yang terakhir tampak bahwa dalam belajar terdapat suatu proses perubahan dalam diri manusia sebagai subjek belajar tersebut. Lebih lanjut Kamus Besar Bahasa  Indonesia (1994 : 14) mengartikan bahwa belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku manusia atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.sebagai suatu proses perubahan tingkah laku manusia sebagai subjek belajar.

 

Perubahan yang dieroleh individu atau manusia sebagai subjek belajar dapat diperoleh atau dicapai melalui suatu proses belajar atau pembelajaran. Pembelajaran mengandung arti perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman (Syah, 1995 : 89). Menurut Gagne pembelajaran merupakan seperangkan peristiwa yang mempengaruhi subjek didik sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat terjadi secara langsung.

 

Proses dalam belajar dapat dilakukan manusia (individu) diberbagai tempat dan berbagai waktu. Pengorganisasian secara sistematis memperhatikan kedua hal tersebut secara formal dilakukan dalam suatu wadah lembaga pendidikan yang secara khusus mengatur dan mengorganisasikan kegiatan belajar sedemikain hingga proses dan tujuan pembelajaran dapat terlaksana dan tercapai.

 

Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam wadah lembaga pndidikan formal yang dalam hal ini adalah sekolah, terdapat suatu aktivitas belajar dan mengajar, menyampaikan dan memberikan informasi – pengetahuan antara pendidik (pengajar/guru) dan peserta didik (siswa). Proses dan tujuan dari kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan didesain oleh guru memperhatikan kondisi yang ada baik itu kondisi peserta didik, kemampuan pendidik dan lingkungan tempat proses tersebut berada.

 

Bertolak dari pengertian pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran yakni seperangkat peristiwa yang dapat mempengaruhi objek didik sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat terjadi (Gagne, 1988), Sunaryo (1989 : 67) mengatakan bahwa guru perlu memiliki kemampuan membuat perencanaan pengajaran berupa desain pembelajaran. Desain yang dirancang oleh guru diarahkan agar siswa sebagai peserta didik dapat mencapai tingkat belajar yang seoptimal mungkin yang ditandai dengan tercapainya prestasi belajar siswa.

 

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 787) adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan guru. Prestasi belajar siswa ini merupakan implementasi hasil belajar siswa sebagai hasil proses pembelajaran yang diterimanya. Anonim (2003 : 29) mengatakan bahwa hasil belajar dalan tinjauan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah pernyataan unjuk kerja yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengalami pembelajaran dalam kompetensi tertentu.

 

Terkait dengan prestasi belajar siswa, dalam KBK tahun 2004, hasil belajar siswa diukur berdasarkan standar yang dikenal dengan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM). KKM ini dinyatakan dalam bentuk persentase berkisar antara 0 – 100. Dalam menentukan KKM dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas indikator dan kemampuan sumber daya pendukung. Dari standar KKM yang menunjukkan batas minimal pencapaian ketuntasan yang dicapai siswa, maka prestasi belajar siswa diukur berdasarkan kemampuan siswa mencapai standar ketuntasan tersebut yang berarti bahwa nilai prosentase ketuntasan siswa merupakan hasil belajar siswa yang tinggi rendahnya menunjukkan prestasi belajar yang dicapai siswa untuk mata pelajaran tertentu.

 

  1. Metode Pembelajaran Kooperatif.

 

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru urituk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan “tahu” terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk melakukan sesuatu (Anonim, 2003 : 12).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. METODE PRAKTIS PEMBELAJARAN ( PBL )

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A      Latar Belakang Masalah

 

Usaha peningkatan sumber daya manusia sedang marak dilakukan di negara ini. Salah satu perwujudannya adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan yang diusahakan oleh pemerintah sedemikian rupa sehingga terjadi penyempurnaan dan perubahan kurikulum beberapa kali.

 

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Dengan demikian, implementasi kurikulum dapat menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), serta memberanikan diri berperan serta dalam berbagai kegiatan, baik di sekolah maupun di masyarakat.

 

Guru sebagai fasilitator seperti yang diharapkan oleh KBK dituntut untuk dapat mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan KBK. Oleh karenanya, guru dituntut pula untuk lebih professional, inovatif, perpsektif dan pro aktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

 

Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional memerankan bagian yang sangat penting. Selain digunakan sebagai media untuk berkomunikasi juga digunakan untuk menguasai teknologi yang perkembangannya menuntut kita untuk mempelajarinya lebih dalam. Pembelajaran bahasa Inggris harus mencakup 4 ketrampilan berbahasa yaitu : membaca (reading), menyimak (listening), berbicara (speaking), dan menulis (writing) secara terpadu. Membaca adalah salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa untuk memahami isi suatu wacana.

 

B       Identifikasi Masalah

 

Pembelajaran secara konvensional (teacher centered situation) tidak dapat mengajak siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah. Oleh karena itu, guru hendaknya merubah kegiatan pembelajaran menjadi modern (students centered situation) yang dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar menemukan sendiri, bekerjasama dan mengkomunikasikan hasil belajarnya serta membuat siswa semakin aktif dan kooperatif.

 

Membaca (reading) adalah salah satu ketrampilan dari 4 ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam pengajaran bahasa Inggris. Namun yang terjadi didalam kelas ketika diberikan kegiatan membaca teks dan siswa diminta untuk memahami isi teks melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru sangatlah jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa sebab antara lain; (1) Teks yang diberikan adalah teks bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing di Indonesia, sehingga pemahaman siswa akan kata perkata (Vocabulary mastery) yang digunakan untuk mengetahui isi bacaan sangatlah jauh dari yang diharapkan. (2) Karena vocabulary mastery pada siswa sangat minim membuat siswa tidak dapat memahami secara langsung informasi-informasi baik yang tersurat maupun yang tersirat didalam bacaan. (3) Dengan hanya membaca teks siswa tidak merasa senang sebagaimana tujuan pada kegiatan membaca.

 

Ada beberapa hal yang terjadi pada siswa sehubungan dengan 3 alasan tersebut diantaranya adalah; siswa tidak membaca teks secara keseluruhan, siswa tidak mau berusaha mencari arti didalam kamus, siswa tidak menjawab pertanyaan baik mengenai informasi yang tersirat maupun tersurat dengan tepat namun mereka mengambil jawaban hanya dengan menjodohkan kalimat yang sama tanpa memahami maksudnya. Jika hal ini dibiarkan berlarut maka dikhawatirkan keinginan siswa untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kosa kata (vocabulary mastery) akan berkurang dan mungkin hilang, siswa tidak mau berusaha untuk menemukan informasi yang ada didalam bacaan, kerjasama antar kelompok tidak bisa maksimal karena  kegiatan yang dilakukan siswa tidak memotivasi siswa untuk menyelesaikan bersama dengan rasa senang, keadaan kelas yang teacher-centered membuat komunikasi didalam kelas sangat tidak aktif dan membuat siswa takut atau malu bertanya tentang permasalahan yang dihadapinya didalam kegiatan membaca. Hal ini juga berpengaruh pada pendekatan pada siswa untuk selalu suka belajar.

 

Gejala-gejala tersebut dapat terlihat dari observasi yang dilakukan oleh peneliti bersama teman kolaborator pada saat pra siklus yang menjadikan landasan bagi peneliti untuk melaksanakan siklus-siklus berikutnya guna mencapai tujuan pembelajaran. Gambaran hasil kegiatan Pra siklus adalah sebagai berikut:

 

No Keterangan Bagus Sedang Kurang
1 Siswa aktif membaca Teks
2 Siswa menjawab pertanyaan tentang pemahaman isi bacaan
3 Siswa Memahami Kosa kata
4 Siswa menyelesaikan tugas
5 Siswa aktif mencari kosa kata dikamus
6 Siswa aktif  bertanya kepada teman atau guru
7 Siswa Memahami pengucapan (pronunciation)
8 Siswa merasa senang dengan proses pembelajaran

Tabel 1 : Hasil kegiatan pra siklus

 

Sementara hasil evaluasi dari kegiatan pra siklus ini sangat tidak memuaskan dan tergambar sebagai berikut:

 

No NAMA KELOMPOK NILAI
1. KELOMPOK 1 55
2. KELOMPOK 2 55
3. KELOMPOK 3 60
4. KELOMPOK 4 60
5. KELOMPOK 5 50
6. KELOMPOK 6 50
  RATA-RATA 55

 

Tabel 2 : Hasil evaluasi pra siklus

 

Penerapan Project Based learning (PBL), yang merupakan pembelajaran yang terfokus pada konsep inti dan prinsip displin, melibatkan siswa di dalam pemecahan masalah, penyelidikan dan tugas-tugas lain yang bermanfaat, membuat siswa bekerja secara otonomi untuk membentuk pengetahuan mereka dan menghasilkan suatu produk tertentu, dapat dilakukan melalui berbagai media dan teknik salah satunya adalah dengan bercerita.

 

C      Rumusan Masalah

 

Permasalahan yang timbul dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah kesulitan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam pencapaian ketrampilan berbahasa membaca.

  1. Adapun rumusan masalahnya adalah: Bagaimanakah aktivita siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris melalui model PBL dengan menggunakan teknik bercerita?
  2. Bagaimanakah hasil pencapaian ketrampilan berbahasa membaca melalui model PBL dengan menggunakan teknik bercerita?

 

D      Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

  1. Mendiskripsikan aktivitas siswa dalam pencapaian ketrampilan berbahasa membaca pada pembelajaran bahasa Inggris melalui model PBL dengan menggunakan teknik bercerita.
  2. Mendiskripsikan hasil pencapaian ketrampilan berbahasa membaca melalui model PBL dengan menggunakan teknik bercerita

 

 

E       Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat terutama bagi guru untuk:

  1. Memberikan inspirasi kegiatan yang menyenangkan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran bahasa Inggris.
  2. Membuktikan pencapaian ketrampilan berbahasa membaca yang dapat dicapai dengan teknik bercerita.
  3. Meningkatkan efektifitas pembelajaran bahasa Inggris.

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya atau disekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.

Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional; mengembangkan ketrampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi; pengolahan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.

PTK menggambarkan sebagai suatu proses yang dinamis meliputi aspek perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berhubungan dengan siklus berikutnya. Akar pelaksanaan PTK digambarkan dalam bentuk spiral tindakan (adaptasi Hopkins, 1993) sebagai berikut:

 

 

 

B.     Ketrampilan Berbahasa Membaca

Ketrampilan berbahasa Membaca sangat dibutuhkan untuk dapat memahami isi suatu wacana. Secara umum tujuan membaca diklasifikasikan:

(a) Mendapatkan informasi umum dari teks.

(b) Mendapatkan informasi khusus dari teks.

(c) Membaca untuk kesenangan.

In  general, the purpose of reading is classified into; (a) getting general information from the text; (b) getting specific information from the text; and (c) reading for pleasure or for interes (Williams:1984).

 

In classroom practice, we divide the reading activities into three interrelated stages. i.e. pre reading activities, whilst reading activities, post reading activities (Williams: 1984, Wallace ;1988, Wallace ;1972

 

Tujuan Pembelajaran Umum Membaca

  • Menemukan informasi tertentu
  • Mendapatkan gambaran umum tentang isi bacaan
  • Menemukan pikiran utama yang tersurat
  • Menemukan pikiran utama yang tersirat
  • Menemukan semua informasi rinci yang tersurat
  • Mendapatkan informasi yang tersirat
  • Menafsirkan makna kata frase dan kalimat berdasarkan konteks
  • Mendapatkan rasa senang

 

Kegiatan pengajaran membaca di dalam kelas dibagi menjadi 3 tahap yang berhubungan yaitu:

  1. Kegiatan pre reading,
  • Tujuannya memperkenalkan dan menumbuhkan ketertarikan topik.
  • Memotivasi siswa dengan menjelaskan tujuan membaca.
  • Mempersiapkan beberapa perbendaharaan kata sehubungan dengan teks.
  1. Kegiatan whilst reading, membaca teks
  • Scan, membaca untuk mendapat informasi tertentu
  • Skim, membaca untuk mendapatkan inti dari bacaan
  • Read between the lines, membaca diantara baris
  • Read intensively for detail information, membaca intensif untuk mendapatkan informasi detil
  • Detect references, mendeteksi referensi
  • Deducing meaning from context, mengambil kesimpulan dari text.
  1. Post reading, evaluasi pemahaman bacaan sehubungan dengan tugas-tugas.

 

  1. Model Pembelajaran Project Based Learning

Pembelajaran Project Based Learning adalah pembelajaran yang terfokus pada konsep inti dan prinsip displin, melibatkan siswa di dalam pemecahan masalah, penyelidikan dan tugas-tugas lain yang bermanfaat, membuat siswa bekerja secara otonomi untuk membentuk pengetahuan mereka dan menghasilkan suatu produk tertentu.

Regie stites of SRI, International, 1998

Several points should be kept in mind when considering the finding research that compare the relative impacts of PBL and more traditional learning activities on student achievement:

Project-based learning is typically implemented in the context of comprehensive educational reforms and therefore it is difficult to isolate the effects of PBL on student learning.

Project-based learning and closely related instructional strategies (such as problem based learning and the project approach) are implemented differently in different context and therefore it is difficult to compare results across cases.

Project based learning is linked to a theory of learning (constructivism) that entails a shift in learning objectives (stressing higher order thinking skills and performance-based, authentic assessments) and therefore standardized achievement tests may not be the best measures of PBL’ impact.

 

Di dalam kelas, PBL memberikan kesempatan luas kepada guru untuk menjalin hubungan dengan siswa. Guru dapat menjadi pembina, fasilitator dan rekan kerja. Pembahasan penyelesaian produk, perencanaan dan pemecahan masalah adalah pokok bahasan yang dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Produk yang diselesaikan oleh siswa dapat digunakan sebagai bahan untuk berkomunikasi antar guru, untuk dijadikan perbandingan dan kajian ulang tentang teknik pengajaran sehingga dapat diharapkan akan menghasilkan suatu kesimpulan tentang teknik pengajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

 

PBL membantu pengembangan:

Kemampuan kerja secara berkelompok.

Kecakapan hidup / life skill, contohnya memimpin kerja kelompok dan membuat rencana kerja.

Pemaksimalan penggunaan teknologi / media apa saja untuk melengkapi tampilan produk.

Kemampuan kognitif, contohnya membuat keputusan, memberikan penilaian, pemecahan masalah.

Kemampuan pengaturan diri, pengaturan tempat kerja, penyusunan tugas dan pengaturan waktu.

Sikap, menyukai belajar dan ketertarikan untuk belajar lebih lanjut.

Kecakapan, pengendalian diri, keinginan untuk berprestasi.

 

Hasil dari PBL adalah hasil yang produktif, karena PBL dapat memperkenalkan ketrampilan professional dan strategi disiplin. Menyatukan penerapan ketrampilan yang dihubungkan dengan perencanaan, penyelesaian, pemantauan dan penilaian di dalam penyelidikan intellectual / penelitian ilmiah. Mengembangkan kemampuan untuk berinisiatif, berusaha dan mandiri. Mengembangkan kemampuan metakognitif, contohnya pemantauan dan evaluasi terhadap diri sendiri. Membuat pembelajaran lebih berarti dengan menyatukan konsep antar mata pelajaran. Menghubungkan kemampuan kognitif, sosial dan pengaturan diri.

 

  1. Pelajaran Bahasa Inggris

Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang dianggap penting diajarkan untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya, serta pengembangan hubungan antar bangsa.

Salah satu teknik yang dapat dilaksanakan untuk melaksanakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah dengan model PBL.

 

  1. Bercerita

Cerita, tuturan yang membentangkan bagaimana sesuatu terjadi, peristiwa, hal atau kejadian dsb; karangan yang mengisahkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang dsb. Dongengan; cerpen; cerita pendek.

Bercerita adalah salah satu kegiatan yang menarik terutama bagi siswa Sekolah Dasar. Bercerita dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran dengan model PBL untuk mencapai ketrampilan berbahasa membaca. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyelipkan ilmu, pesan moral dan sebagainya dengan bercerita. Penggunaan gerakan tangan (gesture), peragaan expressi, pengulangan kata, penambahan lagu dan pemeranan tokoh dapat dilakukan pada saat bercerita untuk pencapaian ketrampilan berbahasa membaca.

 

  1. Hipotesis Tindakan
  1. Jika Pembelajaran didalam kelas menggunakan model pembelajaran PBL, maka siswa akan berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan aktif menyelesaikan tugas-tugas.
  2. Jika teknik bercerita diterapkan didalam kegiatan pembelajaran, maka ketrampilan berbahasa membaca siswa akan meningkat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. METODE STAD

 

ABSTRAK

 

XXXX (2007).  Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Penerapan Metode STAD Pada Siswa Kelas X. 6 SMA 1 Xxx tahun 2007.

 

            Penelitian ini dilatarbelakangi pada kenyataan  bahwa sebagian besar siswa merasa kesulitan belajar fisika. Hasil belajar Fisika masih jauh dari harapan yaitu  di bawah nilai KKM 60. Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya merupakan materi dasar yang erat penggunaannya dengan kehidupan sehari-hari.Rendahnya hasil belajar fisika disebabkan karena kurang motivasi dan semangat belajar untuk menguasai materi. Karena merasa sulit menghafal rumus, mengakibatkan siswa kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru juga merupakan penentu keberhasilan pembelajaran standar kompetensi tersebut.. Untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan perlu diterapkan Metode yang lebih menuntut aktivitas,kerjasama dan motivasi siswa. Dengan menerapkan metode STAD (Student Teams Achievement Division) diharapkan kerja kelompok mampu menumbuhkan semangat belajar siswa,Sehingga siswa semakin semangat mengikuti pembelajaran.Metode STAD merupakan Pembelajaran Kooperatif yang pada dasarnya adalah belajar bersama dalam kelompok , sehingga dalam proses belajar perlu adanya penekanan pada kerja kelompok . Namun pada akhirnya siswa tetap berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. .

            Penelitian ini bertujuan untuk memberikan tambahan informasi dan pemikiran tentang salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kompetensi siswa. Keberhasilan penerapan model, pemilihan media ,strategi, maupun pendekatan pembelajaran tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun penelitian ini setidaknya memberikan gambaran bagaimana seorang guru berusaha untuk meningkatkan  hasil belajar siswa melalui proses pembelajaran yang berkualitas.

 

Kata kunci : hasil belajar, metode STAD

 

 

 

BAB  I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang

Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tidak sedikit anak yang merasa kesulitan dalam mempelajari Fisika. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dari tahun ke tahun.

Berdasarkan pengalaman guru mengajar,  ternyata dari hasil test Fisika cenderung memperoleh hasil yang masih rendah. Sebagai guru baik di kelas X, XI maupun XII selalu  merasa kurang puas dengan hasil belajar siswa, dari setiap hasil ulangan cenderung sebagian besar siswa belum mencapai  Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 60, sehingga belum mencapai ketuntasan klasikal. Baru setelah diadakan ulangan perbaikan, ketuntasan klasikal tercapai, dan itupun mesti dilakukan berulang kali, bahkan pada beberapa materi yang dianggap lebih sulit ulangan perbaikan ( remedial ) perlu diulang lagi. Padahal untuk melakukan ulangan perbaikan perlu tambahan waktu, yang terkadang harus dilakukan siang hari, setelah pulang sekolah.

Mengingat terbatasnya waktu berdasar pembagian jumlah jam pelajaran pada kurikulum yang digunakan sekarang, sangat tidak memungkinkan untuk memberikan ulangan perbaikan di pagi hari ( pada jam-jam efektif), karena akan menghambat materi-materi berikutnya. Sehingga penulis merasa perlu mencari solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan di atas.

Dari fakta hasil pre test yang diperoleh bahwa empat siswa dari 42 ( 9,5% ) siswa kelas X . 6 SMA 1 Xxx memiliki nilai mencapai KKM, sedangkan sisanya 38 siswa ( 90,5% ) masih belum mencapai KKM. Hal itu disebabkan beberapa faktor antara lain kurang motivasi belajar dan semangat untuk memahami suatu konsep. Dari hasil wawancara di kelas, sebagian besar siswa merasa malas belajar dan belum maksimal dalam belajar Fisika, karena menganggap Fisika identik dengan banyak rumus. Mereka menganggap belajar Fisika susah menghafalnya. Padahal belajar Fisika sebenarnya tidak selalu harus menghafal, sebagai guru lebih menekankan “Jangan menghafal rumus, rumus dapat di analisa dan dinalar”.

Belajar Fisika lebih menekankan penalaran dalam pemahaman konsep melalui pembelajaran. Belajar Fisika harus mau berfikir, sering disosialisasikan dengan kreativitas dan pemecahan masalah. Tanpa adanya rasa keingintahuan yang kuat atau motivasi tinggi hal tersebut tidak dapat tercapai.

Agar siswa tidak merasa sulit belajar Fisika, supaya pemahaman konsep lebih mudah dan siswa tidak jenuh karena merasa harus menghafal banyak rumus. Melalui pemanfaatan beberapa alat laboratorium yang ada ( penggaris, micrometer sekrup, jangka sorong, neraca, kubus, balok, silinder, neraca pegas ), dengan metode STAD ( Student Teams-Achievement Divisions) diharapkan siswa kelas X . 6 SMA 1 Xxx mampu melakukan penalaran dan mau berfikir untuk memudahkan pemahaman  standar kompetensi menerapkan konsep  besaran Fisika dan pengukurannya, sehingga diperoleh hasil belajar yang lebih baik. Metode STAD diharapkan tepat untuk pembelajaran besaran fisika dan pengukurannya karena pada standar kompetensi ini siswa betul-betul dituntut dapat melakukan sendiri pengukuran besaran-besaran dengan berbagai alat ukur secara benar dan teliti, sehingga setiap siswa dipastikan pernah mengukur dan membaca skala yang tertera  pada alat ukur dengan bantuan dan kerjasama teman dalam satu kelompok.

Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial. Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian , membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Model STAD ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab  terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar. Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan,  dan kesadaran akan perbedaan. Kelemahan yang mungkin ditimbulkan dari penerapan metode STAD ini adalah adanya perpanjangan waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok memahami kompetensinya.

  1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah dengan menerapkan metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika, untuk  standar kompetensi  menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya  pada siswa kelas X . 6 SMA 1 Xxx Tahun Pelajaran 2007 ?

  1. Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi masalah di atas diterapkan metode STAD, kelebihan metode ini antara lain :

  1. Siswa lebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati serta menerima orang lain.
  2. Siswa mampu mengidentifikasi akan perasaannya juga perasaan orang lain.
  3. Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain.
  4. Siswa mampu meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti.
  5. Mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil guna dan berdaya guna, kreatif, bertanggung jawab, mampu mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi.
  6. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa dengan menerapkan metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa kelas X . 6 SMA 1 Xxx Tahun pelajaran 2007.

  1. Manfaat Penelitian

Dalam proses pembelajaran melibatkan siswa dan guru, sehingga siswa dan guru memegang peranan penting. Tanpa adanya perbaikan dari kedua belah pihak tidak mungkin hasil pembelajaran meningkat, begitu juga dengan peran serta sekolah.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan perbaikan bagi pembelajaran di kelas X . 6 SMA 1 Xxx. Manfaat penelitian ini antara lain :

  1. Bagi Siswa :
    1. Mendapatkan pengalaman belajar dengan pemanfaatan alat laboratorium. Secara bergantian setiap anak melakukan pengukuran panjang dengan penggaris, micrometer, sekrup, dan jangka sorong, pengukuran massa dengan neraca.
    2. Mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa dalam pemahaman materi dengan tutor sebaya siswa yang paham terlebih dulu menjelaskan siswa lain yang belum paham, siswa yang paham dulu bertanggung jawab membuat semua anggota kelompoknya menjadi paham semua.
    3. Mendapatkan pengalaman belajar berkelompok yaitu dengan menyelesaikan pengisian dan perhitungan data secara berkelompok.

 

  1. Bagi Guru :
  2. Mendapatkan pengalaman mengajar menggunakan alat laboratorium, yaitu memanfaatkan alat yang ada semaksimal mungkin agar setiap anak dapat dan pernah menggunakan micrometer sekrup, jangka sorong dan neraca.
  3. Mendapatkan pengalaman mengajar yang lebih memudahkan siswa dalam memahami materi yaitu dengan memberi kesempatan siswa untuk mengamati dan memahami konsep secara langsung dengan pengamatan menggunakan alat laboratorium.
  4. Mendapatkan pengalaman mengajar dengan siswa berkelompok, yaitu dengan membuat setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap anggota lainnya untuk memahami materi dengan tutor sebaya siswa yang sudah paham menjelaskan siswa lain yang belum paham.
  5. Bagi Sekolah

Mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, pencapaian prestasi belajar meningkat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB  II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

 

  1. Landasan Teori
    1. Pembelajaran Fisika

Mata pelajaran Fisika

 

…. Dst

 

 

  1. METODE LAYANAN KONSELING

 

BAB  I

PENDAHULUAN

 

  • Latar Belakang Masalah

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan yang terrencana yang dalam pelaksanaannya melibatkan  berbagai komponen.

Kehadiran siswa di sekolah untuk mengikuti kegiatan pembelajaran merupakan salah satu faktor keberhasilan belajar siswa. Itulah sebabnya maka kehadiran di sekolah menjadi salah satu syarat untuk mengikuti ulangan atau ujian.

Dalam kenyataan sehari – hari ada siswa SMP Negeri 3 Xxx yang tidak masuk (absen). Penyebab ketidak hadiran siswa di sekolah dapat dikategorikan dalam 3 jenis, yaitu

1) Ketidak hadiran karena sakit

2) Ketidak hadiran karena keperluan tertentu

3) Ketidak hadiran tanpa alasan (alpa)

Ketidak hadiran untuk kategori 1 dan 2 sepanjang tidak dalam jumlah yang banyak, masih dapat diterima atau dimaklumi. Siswa yang sakit bila dipaksakan tetap masuk malah bisa membahayakan kesehatan yang bersangkutan. Demikian juga ketidak hadiran karena ada alasan tertentu –seperti  khitanan misalnya– adalah merupakan ketidak hadiran siswa yang dapat diterima oleh pihak sekolah. Ketidak hadiran untuk kategori 1 dan 2 biasanya dibuktikan dengan surat dari orang tua / wali atau surat keterangan dari dokter.

Ketidak hadiran kategori ketiga yaitu ketidak hadiran tanpa alasan, sangat berpotensi menimbulkan masalah bagi kegiatan pembelajarana siswa. Dalam keadaan ini, ketidak hadiran siswa tanpa ada surat keterangan dari orang tua. Oleh karena itu tak dapat diketahui apakah siswa tersebut memang tidak berangkat dari rumah, atau sebenarnya dari rumah berangkat sekolah namun tidak sampai di sekolah.

  • Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah pemberian layanan konseling perorangan dapat menurunkan tingkat ketidak hadiran siswa kelas VII  SMP Negeri 3 Xxx tahun pelajaran 2007/2008”.

  • Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah ketidak hadiran siswa kelas VII  SMP Negeri 3 Xxx tahun pelajaran 2007/2008 dapat menurun setelah pelaksanaan layanan konseling perorangan.

  • Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberi bermanfaat, yaitu

  1. Bagi siswa, diharapkan dapat mendorong dan memotivasi siswa terutama yang tingkat ketidak hadirannya tinggi untuk selalu berusaha masuk sekolah.
  2. Bagi guru pembimbing, diharapkan dapat meningkatkan layanan konseling, terutama konseling perorangan dalam upaya menurunkan tingkat ketidak hadiran siswa.
  3. Bagi guru mata pelajaran, diharapkan dapat meningkatkan apresiasinya terhadap pelayanan konseling perorangan yang dilaksanakan guru pembimbing, sehingga guru mata pelajaran dapat memberikan kesempatan yang seluas – luasnya pada siswa yang akan meminta / menghadiri pertemuan konseling dengan guru pembimbing.
  4. Kepala Sekolah, diharapkan sebagai bahan masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan kualitas pelayanan konseling, terutama layanan konseling perorangan, yang pada akhirnya berimbas pada keberhasilan belajar siswa.

 

  • BAB II
  • KAJIAN TEORI
    • Karakteristik Siswa SMP
      • Pengertian

SMP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) adalah merupakan sekolah dalam kelompok pendidikan dasar setelah SD (Sekolah Dasar). Dalam PP No. 28 Tahun 1990 (1992 : 19) pasal 1 disebutkan :

 

  1. Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun, diselenggarakan selama enam tahun di SekolahDasar dan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau satuan pendidikan yang sederajat.
  2. Sekolah Dasar adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program enam tahun.
  3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program tiga tahun.

 

Sementara yang disebut dengan siswa menurut PP No. 28 Tahun 1990  Pasal 1, ayat 4 (1992 : 19) adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar di jalur pendidikan sekolah.

Dengan kutipan  di atas kiranya dapat dijelaskan bahwa siswa SMP adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar SMP, sekolah yang berada satu tingkat setelah SD.  Siswa SMP pada umumnya berusia antara 12 sampai dengan 15 tahun. (DepDikbud, 1993 : 1), kalaupun ada yang lebih tua dari usia itu, jumlah mereka tidaklah seberapa.

  • Ciri – ciri Siswa SMP

Sebagaimana dijelaskan pada halaman sebelumnya, bahwa pada umumnya siswa SMP berusia antara 12 sampai dengan 15 tahun.   Apabila dikaitkan dengan masa perkembangan, maka siswa SMP sudah bukan berada pada masa kanak – kanak lagi. Tentang penamaan masa perkembangan pada rentang usia 12 sampai dengan 15 tahun, ada beberapa pendapat yang berbeda satu dengan yang lain. WHO, sebagaimana dikutip Sunarto dan Agung Hartono  (1994 : 46) menetapkan batas usia 10 sampai 20 tahun sebagai batasan usia remaja. Sementara Elizabeth B. Hurlock, sebagaimana dikutip Andi Mappiare (1982 : 24) menetapkan usia 10 sampai 13 atau 14 tahun sebagai masa pubertas atau pre adolescence, dan usia 13 atau 14 sampai  17 tahun sebagai masa remaja awal.

Kemudian Andi Mappiare (1982 : 25) merangkum pendapat ahli – ahli psikologi perkembangan dari Indonesia sebagai berikut :

… Beberapa ahli di Indonesia, dalam menentukan usia remaja, langsung maupun tidak, banyak dipengaruhi oleh Hurlock di atas. MA Prayitno … menyebutkan rentangan usia 13 – 21 tahun sebagai masa remaja. Singgih Dirgagunarsa dan suami … menetapkan bahwa usia antara 12 – 22 tahun sebagai masa remaja. Susilowindradini,… berpatokan pada literatur Amerika dalam menentukan masa pubertas (11/12 – 15/16 tahun). Selanjutnya beliau menguraikan tentang masa remaja awal atau Early adolescence (13 – 17 tahun)…

 

Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas, maka peneliti berkesimpulan bahwa siswa SMP yang sebagian besar berusia antara 12 sampai dengan 15 tahun berada pada masa pubertas dan masa remaja awal, dimana antara masa pubertas dengan masa remaja awal ada periode yang bertumpang tindih.  Dengan demikian maka siswa SMP memiliki ciri – ciri sebagai individu yang sedang mengalami masa pubertas dan remaja awal.

  • Masa Pubertas

Kata ‘pubertas” berasal dari kata Latin, yang berarti usia menjadi orang (Andi Mappiare, 1982 : 27).  Suatu periode dimana anak dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis berupa melanjutkan keturunannya atau berkembang biak.

  • Masa Remaja Awal

Andi Mappiare (1982: 31) mengatakan bahwa manakala usia anak telah genap 12 / 13 tahun maka mulailah ia menginjak suatu masa kehidupan yang dikatakan remaja awal. Masa ini akan berakhir pada usia 17 / 18 tahun.  Apabila masa pubertas berakhir pada usia 13/ 14 tahun menurut Elizabeth B. Hurlock, atau pada usia 15 tahun menurut Susilo Windradini, sementara masa remaja awal dimulai pada 12 / 13 tahun, maka memang ada periode yang tumpang tindih antara masa pubertas dengan masa remaja awal.

Pada paruhan akhir masa pubertas, atau paruhan awal masa remaja awal terdapat gejala yang disebut gejala “negatif phase”.  Hurlock sebagaimana dikutip Andi Mappiare (1982 : 32)  menjelaskan cukup lengkap  tentang gejala negative phase antara lain :

  1. Keinginan untuk menyerndiri
  2. Berkurang kemamuan untuk bekerja
  3. Kurangnya koordinasi fungsi – fungsi tubuh.
  4. Kejemuan ,
  5. Kegelisahan
  6. Pertentangan sosial
  7. Penentangan terhadap kewibawaan orang dewasa
  8. Kepekaan perasaan
  9. Kurang percaya .

 

Ciri khas remaja awal

Disamping ciri – ciri dan gejala – gejala negative phase yang dimiliki bersama (masa pubertas dan remaja awal) tersebut di atas, terdapat pula ciri – ciri khas remaja awal.  Ciri – ciri tersebut adalah (Susilo Windradini, 1990: 146) :

  • Status anak remaja dalam periode ini tidak menentu

Dalam hal ini status remaja pada saat ini cukup membingungkan.  Suatu saat ia ia diperlakukan seperti anak – anak.  Namun disaat lain ia dituntut bertindak jangan seperti anak – anak.

  • Dalam masa ini anak remaja emosional

Banyak perasaan yang dialami remaja, antara lain rasa marah, takut, cemas, iri, sedih,..

  • Anak remaja dalam masa ini tidak stabil keadaannya.
  • Anak – anak remaja punya banyak masalah

 

 

  • Tata tertib siswa
    • Pengertian Tata tertib Siswa

Tata tertib adalah peraturan yang harus ditaati dan dilaksanakan. (Menuk Hardaniwati dkk, 2003: 683). Lebih lanjut KBBI (2001: 1148) menjelaskan tata tertib sebagi disiplin.  Dengan demikian tata tertib siswa  dapat didefinisikan sebagai “peraturan disiplin yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah”.

  • Tujuan Diterapkannya Tata Tertib Siswa

Tujuan diadakannya tata tertib siswa adalah dalam rangka menciptakan iklim dan budaya sekolah yang menunjang kegiatan pembelajaran yang efektif.(SMP N 3 Xxx : 2007)

 

  • Pelanggaran Tata Tertib Siswa

Suatu aturan disusun adalah untuk dapat ditaati atau dilaksanakan. Namun demikian hampir tidak dapat dihindari, dia antara sekian banyak individu, ada saja individu yang melanggar aturan yang telah ditetapkan tersebut. Demikian juga terhadap tata tertib sekolah, dalam pengamatan peneliti di SMP Negeri 3 Xxx, ada siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang telah ditetapkan. Pelanggaran itu

  • Ketidak Hadiran Siswa Sebagai Salah Satu Pelanggaran Tata Tertib

Ketidak hadiran siswa dapat digolongkan dalam  tiga jenis, yaitu ketidak hadiran karena sakit, ketidak hadiran karena ada permintaan ijin dari wali siswa, serta ketidak hadiran tanpa alas an yang jelas. Ketidak hadiran jenis pertama dan kedua dibuktikan dengan surat yang dikirim oleh orang tua atau wali siswa. Ketidak hadiran karena alasan sakit bisa juga dibuktikan dengan adanya surat keterangan dari dokter yang menyatakan bahwa siswa sakit, dan harus beristirahat dalam jangka waktu tertentu.

Ketidak hadiran siswa jenis ketiga, adalah ketidak hadiran yang tanpa adanya surat keterangan baik dari dokter, maupun dari orang tua / wali siswa. Ketidak hadiran jenis inilah yang termasuk dalam kategori pelanggaran tata tertib sekolah.

  • Pelayanan Konseling
    • Pengertian Pelayanan Konseling

Departemen Pendidikan Nasional (2007:5) mendefinisikan pelayanan konseling :

Pelayanan Konseling adalah

…..dst

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. METODE INKUIRI

 

BAB  I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dalam GBPP pendidikan dasar (Depdikbud, 1994) dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah :

  • memahami konsep IPA, (2) memiliki ketrampilan proses, (3) bersikap ilmiah, (4) mempu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam semesta dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta (5) memupuk rasa cinta terhadap alam semesta dan menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

 

Tujuan kurikuler ini mencakup hakekat IPA dan juga kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA harus menggambarkan, dijiwai, serta diarahkan untuk mencapai tujuan kurikuler ini. Perangkat pembelajaran, perencanaan pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran IPA SMP harus mengacu pada tujuan pembelajaran IPA dan memperhatikan karakteristik siswa SMP sebagai pebelajar. Demikian pula ketrampilan-ketrampilan yang harus dikuasai untuk mencapai tujuan di atas harus benar-benar dilatihkan di kelas melalui kegiatan pembelajaran.

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, siswa kelas 3 SMP pada taraf berpikir operasional formal, pola berpikir yang ditunjukkan adalah sistematis dan meliputi proses-proses yang komplek (Amin, P dan K : 1987). Operasionalnya tidak lagi terbatas semata-mata pada penggunaan objek/benda-benda yang kongkrit tetapi dapat pula digunakan pada operasional lainnya. Anak  telah dapat memecahkan semua macam problem yang hanya dapat dipecahkan melalui penggunaan operasional logika yang lebih tinggi tingkatannya

Dari teori perkembangan kognitif Piaget di atas jika guru telah melaksanakan proses pembelajaran menggunakan metode yang proporsional, tujuan pembelajaran IPA yang dirinci menjadi tujuan pembelajaran umum dan lebih rinci lagi serta lebih operasional menjadi tujuan pembelajaran khusus lebih mudah dicapai, namun kenyataannya dalam setiap kali pelaksanaan pembelajaran pencapaian tujuan tersebut masih sangat rendah. Hal itu dapat dilihat dari hasil belajar siwa sangat rendah atau belum mencapai target ketuntasan.

Berdasarkan pemantauan hasil evaluasi ulangan harian mata pelajaran biologi pada konsep Kelangsungan Hidup Organisme kelas 3 F semester I tahun pelajaran 2004 – 2005 pada subkonsep Adaptasi setelah dilakukan analisis hasil ulangan harian masih belum mencapai target ketuntasan belajar secara klasikal.

Yang dimaksud dengan ketuntasan belajar secara klasikal yaitu jika 85 % dari sejumlah siswa  dalam satu kelas telah memperoleh nilai 6,5 atau lebih.

Sedangkan analisis hasil ulangan harian mata pelajaran biologi pada konsep Kelangsungan Hidup Organisme kelas 3 F semester I tahun pelajaran 2004 – 2005 pada subkonsep Adaptasi hanya mencapai ketuntasan belajar klasikal 56,8 %, yaitu 25 siswa dari 44 siswa di kelas 3 F telah mencapai ketuntasan belajar individual.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep Kelangsungan hidup organisme. Hal ini diduga karena pendekatan, metode, model pembelajaran, maupun strategi pembelajaran yang digunakan kurang tepat juga kemampuan guru serta sarana pembelajaran yang meliputi media, alat peraga, dan buku pegangan siswa yang terbatas sehingga mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep pada mata pelajaran biologi yang dapat dilihat dari belum tercapainya ketuntasan belajar siswa secara klasikal.

Selama ini dalam proses pembelajaran di kelas, guru mengajar seperti hanya menyuapi makanan kepada siswa. Siswa selalu menerima suapan itu tanpa komentar, tanpa aktif berpikir, siswa mendengar tanpa kritik apakah pengetahuan yang diterimanya dalam pembelajaran tersebut benar atau tidak. Dalam interaksi belajar mengajar ini guru berperan sangat penting, gurulah yang aktif sedangkan siswa bersifat pasif sehingga semua kegiatan berfokus pada guru. Jika permasalahan ini tidak segera diatasi, maka sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas 3 F untuk tahun 2004 – 2005 pada mata pelajaran biologi.

Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan adanya peningkatan pemahaman siswa kelas 3 F terhadap konsep kelangsungan hidup organisme yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar atau meningkatnya ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Adapun target peningkatan yang hendak dicapai sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah siswa dalam satu kelas dapat mencapai nilai sekurang-kurangnya 6,5.

 

 

  • Identifikasi dan Rumusan Masalah

Data hasil refleksi awal diantaranya menunjukkan bahwa permasalahan yang merupakan kasus kelas adalah hasil belajar siswa sangat rendah. Hal itu ditunjukkan oleh nilai ulangan harian pada konsep kelangsungan hidup organisme subkonsep adaptasi mahluk hidup setelah dianalisis belum mencapai ketuntasan belajar klasikal, siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran, dan masih banyak faktor-faktor lain yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep pada mata pelajaran biologi terutama pada konsep kelangsungan hidup organisme.

Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa baik di kelas maupun di rumah. Hasil wawancara awal dengan beberapa siswa terutama yang hasil belajarnya kurang faktor eksternal yang mempengaruhi aktifitas belajar siswa antara lain faktor ekonomi lemah sehingga siswa kurang memiliki buku-buku referensi, faktor lingkungan yang kurang menunjang yaitu banyaknya pengangguran akibat putus sekolah, hiburan malam, maraknya playstation, bilyard, dsb.

Dari sekian banyak permasalahan yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep pada mata pelajaran biologi maka peneliti hanya membatasi pada permasalahan secara umum yang akan dipecahkan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu :

“Bagaimana meningkatkan pemahaman  siswa kelas 3 F SMP Negeri 1 Xxx terhadap konsep Kelangsungan Hidup Organisme ?”.

Jawaban atau tindakan pemecahan permasalahan di atas dapat diatasi apabila subpermasalahan-subpermasalahan lebih khusus di bawah ini telah terpecahkan :

  • Bagaimana meningkatkan aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri terpimpin ?
  • Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada kegiatan pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri terpimpin ?

 

1.3  Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas 3-F SMP Negeri 1 Xxx – Xxx terhadap konsep Kelangsungan Hidup Organisme melalui pendekatan inkuiri terpimpin yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar atau peningkatan ketuntasan belajar klasikal sekurang-kurangnya 85 %.

Tujuan khusus adalah :

  1. Meningkatkan aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri terpimpin.
  2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada kegiatan pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri terpimpin.

 

 

 

  • Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat :

  1. Bagi guru pelaku penelitian tindakan kelas dapat :
    • memberikan pengalaman merancang pembelajaran dan pengelolaan kelas dalam kegiatan pembelajaran biologi menggunakan pendekatan inkuiri terpimpin.
    • meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
  2. Bagi siswa melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan mereka dapat aktif melaksanakan pembelajaran serta menemukan konsep-konsep sendiri berdasarkan pengamatan serta diskusi.
  3. Bagi Sekolah merupakan salah satu upaya untuk pelayanan pendidikan pada masyarakat.
  4. Bagi pengembangan ilmu penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menyediakan alternatif kegiatan pembelajaran.

 

  • Ruang Lingkup

Penlitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan keterbatasan pelaksanaan penelitian :

  1. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pokok bahasan Kelangsungan Hidup Organisme, subpokok bahasan Perkembangbiakan Mahluk Hidup yang merupakan salah satu materi pada mata pelajaran biologi kelas 3 SMP semester I.
  2. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan terdiri atas 3 siklus, tiap siklus tediri tahapan perencanaan (planing), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observasi), dan refleksi.
  3. Penelitian tindakan kelas ini hanya dilakukan di kelas 3 F SMP Negeri 1 Xxx semester I tahun pelajaran 2004-2005 yang berjumlah 44 siswa.

 

  • Penjelasan Istilah

Berikut ini diberikan uraian definisi istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini.

  • Discovery : Suatu kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep  dan prinsip-prinsip

melalui proses mentalnya sendiri.

  • Inkuiri : pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa bukan dari mengingat suatu fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.
  • Pembelajaran metode inkuiri terpimpin adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru dan siswa, siswa melakukan kegiatan : merumuskan masalah, membuat hipotesis, merencanakan kegiatan, melakukan percobaan, mengumpulkan data, membuat kesimpulan dibawah bimbingan guru.
  • Ketuntasan belajar individual : siswa telah memperoleh skor 65 % atau lebih dari skor maksimal yang diujikan.
  • Ketuntasan belajar klasikal : sejumlah 85 % siswa atau lebih dari jumlah siswa du kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual.
  • Pendekatan : suatu cara yang dianggap terbaik untuk mencapai sesuatu.

Dalam PBM : suatu cara yang digunakan agar siswa dapat memahami suatu konsep pengetahuab dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  • Metode : perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran secara teratur, bersifat prosedural melalui langkah-langkah yang teratur dan bertahap mulai dari penyusunan, perencanaan pembelajaran, penyajian pembelajaranm dan penilaian hasil pembelajaran.
  • Model Pembelajaran : Skenario kegiatan pembelajaran di kelas.
  • Strategi : Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya yang ada untuk melakukan kebijakan tertentu dalam perang dan damai.
  • Strategi pembelajaran :
    • sesuatu yang patut dikerjakan untuk melancarkan kegiatan pembelajaran
    • Proses-proses mental dan taktik yang digunakan siswa untuk memfasilitasi belajar, termasuk memori dan metakognitif sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) TAMAN KANAK-KANAK

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) TAMAN KANAK-KANAK

INTEGRASI OUTDOOR LEARNING DAN INDOOR LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK DI TK XXXXX

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembelajaran merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan. Pembelajaran di taman kanak-kanak bersifat spesifik didasarkan pada tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan anak dengan mengembangkan aspek-aspek perkembangan yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, berbahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni.
Kemandirian anak sebagai salah satu aspek perkembangan Bidang Pengembangan Pembiasaan Program Pembelajaran Taman Kanak-kanak Kurikulum 2004 mempunyai peran penting, karena aspek kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup (life skill), serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidup anak. Melalui pemberian rangsangan, stimulasi dan bimbingan, diharapkan akan meningkatakan perkembangan perilaku dan sikap melalui pembiasaan yang baik, sehingga akan menjadi dasar utama dalam pembentukan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
Pembelajaran kemandirian anak yang diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui kegiatan-kegiatan konkrit yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari mempunyai peranan penting. Namun keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang mengembangkan aspek kemandirian anak sering meresahkan guru Kelompok A-1 TK XXXXXXX. Berdasarkan pengamatan mulai awal masuk sekolah sampai pertengahan semester I Tahun Pelajaran 2006/2007 menunjukkan bahwa kemandirian murid Kelompok A-1 masih kurang. Kondisi ini diindikasikan dengan anak tidak mau menerima tugas dari guru, dalam mengerjakan tugas tidak tuntas, anak kurang percaya diri mampu mengerjakan tugas sendiri dan selalu meminta bantuan guru, serta kurang antusias dalam kegiatan belajar mengajar. Penulis perlu mengatasi masalah tersebut dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

1.2 Identifikasi Masalah
Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu : (1) berpusat pada peserta didik; (2) mengembangkan kreatifitas peserta didik; (3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika; (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam. (Puskur 2004 dalam Majid, 2005)
Supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga anak didik memperoleh pengalaman nyata. Model pembelajaran dengan jenis kegiatan bervariasi serta pendekatan belajar sambil bermain, bermain seraya belajar dapat menumbuhkan motivasi, percaya diri dan tanggung jawab anak didik untuk melakukan tugas yang diberikan guru secara mandiri.
Agar kemandirian anak dalam pembelajaran dapat meningkat, maka diusulkan penerapan integrasi outdoor learning dan indoor learning pada Kelompok A-1 TK XXXXXXX.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, dikemukakan permasalahan sebagai berikut :
Bagaimanakah integrasi outdoor learning dan indoor learning dapat meningkatkan kemandirian anak pada Kelompok A-1 TK XXXXXXX.

1.4 Tujuan
Tujuan penelitaian tindakan kelas ini, sebagai berikut :
Untuk mengetahui bagaimana integrasi outdoor learning dan indoor learning dapat meningkatkan kemandirian anak pada Kelompok A-1 TK XXXXXXX.

1.5 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitaian tindakan kelas ini sebagai berikut : Integrasi outdoor learning dan indoor learning dapat meningkatkan kemandirian anak pada Kelompok A-1 TK XXXXXXX.
1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi anak didik :
• Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, berkesan dan bermakna.
• Memberikan pengalaman belajar yang nyata dengan kegiatan outdoor learning dan indoor learning.
• Meningkatkan kemandirian anak.
b. Manfaat bagi guru :
• Meningkatkan kreatifitas guru dalam menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemandirian anak.
• Meningkatkan peranan guru dalam mendampingi anak didik melakukan kegiatan pembelajaran, sebagai usaha mengatasi masalah kemandirian anak.
c. Manfaat bagi sekolah :
• Memberikan masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan inovatif di taman kanak-kanak.
• Memberikan inspirasi untuk menggali dan mewujudkan model-model pembelajaran yang inovatif dengan mengoptimalkan potensi lingkungan sekitar taman kanak-kanak.
• Sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesionalisme guru.

Definisi Istilah

…. dst.

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INDONESIA

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INDONESIA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI MELALUI LATIHAN PENULISAN PROPOSAL

ABSTRAK

Pada dasarnya menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam menulis, seseorang dapat menuangkan ide/gagasan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata (Tarigan, 1982:21). Ketepatan mengungkapkan ide/gagasan tersebut harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa. Oleh karena itu, latihan menulis harus terus menerus dilaksanakan di sekolah. Masalah dalam penelitian ini adalah, apakah kemampuan menulis siswa kelas XI SMA Negeri melalui latihan penulisan proposal dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri dalam menulis yang baik dan benar. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara bersiklus. Pelaksanaan penelitian ini diadakan tiga siklus dan tiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Subjek penelitian adalah 47 orang siswa kelas XI IPA2. Lokasi penelitian adalah SMA Negeri. Teknik pengumpulan data menggunakan tes awal, tes akhir, serta observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum menggunakan metode survei, siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri belum terampil menulis proposal. Pada tahap ini hanya 59,53 % siswa bernilai ≥ 65. Setelah metode survei digunakan pada siklus I, persentase keberhasilan siswa mencapai 63,93 %. Selanjutnya, pada siklus II juga terjadi peningkatan persentase nilai siswa, yakni menjadi 66,42%. Bahkan, pada siklus III persentase nilai siswa sudah mencapai 100%. Dengan demikian, pada siklus III ini siswa telah terampil menulis proposal melalui metode survei.

Kata-Kata Kunci: Peningkatan, Proposal, Survei

…. dst.

 

 

 

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INGGRIS

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INGGRIS

Penggunaan Teknik PPP (Presentation Practice Production) untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri

Abstrak

xxxxxx. Penggunaan Teknik Presentation-Practice-Production (PPP) untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri
Latar belakang Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan mengingat betapa pentingnya upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar melalui berbagai cara atau strategi pembelajaran yang optimal, dimana guru memegang peranan yang sangat penting dalam menyiapkan siswa mengikuti pembelajaran. Kami sebagai guru Bahasa Inggris yang sudah mengabdi selama 15 tahun lebih merasakan bahwa dalam satu kelas hanya siswa-siswi yang pintar saja yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris yang jumlahnya hanya sekitar 3 – 4 orang siswa.
Untuk mengatasi hal tersebut dilaksanakanlah Penelitian Tindakan Kelas ini yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas XI IPA 1 SMA tahun pelajaran 2007/2008. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri yang berjumlah 35 orang. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar siswa, jurnal, kuesioner, dan lembar observasi.
Dari hasil penelitian ini terungkap bahwa kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris melalui teknik PPP bisa ditingkatkan. Nilai rata-rata prestasi belajar bahasa Inggris khususnya dalam keterampilan berbicara bila dipersentasekan berada pada interval 75% – 80%.

Kata Kunci :
Pengajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan Tehnik Presentation Practise Production.

…. dst.

 

 

 

 

 

 

 

 

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS EKONOMI

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS EKONOMI

PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MASALAH EKONOMI INTERNASIONAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI TERHADAP SISWA KELAS XII-IS SMA NEGERI SEMESTER I MELALUI PENERAPAN METODE BERVARIASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Masa tumbuh kembang pada siswa merupakan masa penting dalam membentuk kepribadian siswa tersebut, maka dari itu pendidikan merupakan suatu bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian yang utama, pendidikan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang bertujuan untuk membentuk kedewasaan anak dan mengetahui sifat dasar yang ada pada diri anak atau manusia, sifat dasar yang ada pada manusia terdiri atas tiga komponen yang harus di bangun untuk membentuk kepribadian pada diri manusia yaitu Ruh, Jasmani dan Akal.
Tujuan pendidikan nasional sendiri secara makro bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.
Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perubahan dalam sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh, dan sistem pendidikan yang konvensional menuju sistem pendidikan yang berorientasi kompetensi. Sistem pendidikan yang hanya berbasis pada input dan proses dipandang kurang dinamis, kurang efisien, dan mengarah pada stagnasi pedagogik, sehingga mengakibatkan sistem pendidikan sulit beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan aspirasi serta kebutuhan masyarakat.
Sedangkan guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai mahkluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran.
Cara mengajar yang menggunakan teknik yang beraneka ragam disertai dengan pengertian yang mendalam dari pihak guru akan memperbesar minat siswa dan akan mempertinggi pula hasil belajarnya. Dengan mengajak, merangsang dan memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut serta menggunakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, membuat laporan dan lain-lain, akan membawa siswa pada suasana belajar yang sesungguhnya bukan pada suasana diajar saja. Berdasarkan dari semua itu, maka perlu dicari langkah-langkah penyelesaian agar siswa tidak merasa enggan dengan mata pelajaran tersebut.
Dari harapan dan kenyataan tersebut diatas penulis ingin mencoba untuk membahas dan meneliti melalui judul “Peningkatkan Prestasi Belajar Masalah Ekonomi Internasional Pada Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Siswa Kelas XII-IS Semester I Melalui Penerapan Metode Bervariasi”.
B. Identifikasi Masalah
Berikut masalah yang terlihat dari paparan latar belakang diatas:
1. Masa tumbuh kembang pada siswa merupakan masa penting dalam membentuk kepribadian siswa tersebut.
2. Tujuan pendidikan nasional sendiri secara makro bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom
3. Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perubahan dalam sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh, dan sistem pendidikan yang konvensional menuju sistem pendidikan yang berorientasi kompetensi.
4. Penerapan metode yang bervaraiasi untuk meningkatkan prestasi belajar Ekonomi pada siswa kelas XII-Ilmu Sosial.

C. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan diatas timbullah permasalahan yang jika dirumuskan berkisar pada pertanyaan sebagai berikut : “Adakah Peningkatan Prestasi Belajar Ekonomi Pokok Bahasan Masalah Ekonomi Internasional Melalui Penerapan Metode Bervariasi Pada Siswa Kelas XII-Ilmu Sosial Semester I”.

D. Batasan Masalah Penelitian
Penelitian ini di batasi hanya pada
1. Kelas XII-IS.1 semester I yang berjumlah 31 siswa
2. Pokok bahasan Masalah ekonomi internasional
3. Meningkatkan prestasi dan minat serta pemahaman siswa terhadap pokok bahasan yang di sajikan.
4. Karena dilaksanakan dengan biaya mandiri penelitian dilakukan selama 2 bulan

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah :
1. Memberikan gambaran tentang penerapan metode bervariasi yang tepat untuk menjadikan siswa lebih tertarik dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar.
2. Untuk mengetahui peranan pengajaran metode bervariasi terhadap pemahaman peserta didik pada pokok bahasan mata pelajaran Ekonomi.
3. Untuk mengetahui apakah pengajaran dengan penerapan metode bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi pokok bahasan masalah ekonomi internasional.

F. Manfaat Penelitian
Hasil dan pelaksanaan classroom action research yang dilakukan ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan maupun instansi di bawah ini :
1. Bagi guru : Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan ini, guru dapat lebih terampil menggunakan pembelajaran bervariasi, guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentu sangat bermanfaat bagi perbaikan proses belajar mengajar.
2. Bagi siswa : Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang bermasalah di kelas ini agar berusaha meningkatkan aktivitas belajaranya sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
3. Bagi sekolah : Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang banyak dalam rangka memperbaiki pembelajaran didalam kelas, peningkatan kualitas sekolah dan bermanfaat bagi sekolah-sekolah lain.
4. Bagi kurikulum : Hasil penelitian ini akan memberikan masukan bahwa dengan memberikan pembelajaran bervariasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bertanya, sehingga dapat mengembangkan kurikulum dalam menggunakan metode pengajaran.

…. dst.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS SEJARAH

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS SEJARAH

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI.IPS.2 SMA NEGERI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Digulirkannya Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) secara yuridis berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006, mata pelajaran sejarah mengalami pasang surut, karena jam pelajarannya dikurangi menjadi 1 jam pelajaran pada kelas I dan II. Di perparah lagi kelas III hanya program ilmu sosial yang belajar 3 jam pelajaran sedangkan program ilmu alam tidak belajar sama sekali, pada hal siswa yang program ilmu pengetahuan alam banyak memilih program ilmu sosial pada mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.
Pemberlakuan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) membawah dampak bagi pengajaran sejarah dengan berkurangnya jam pengajaran sejarah sedangkan materi pengajaran sangat padat, sama saja makanan besar mangkuk kecil.. Dari kerangka dasar ini guru sejarah harus dapat menyiasati pengajaran sejarah dengan tidak mengubah hakikat pembelajaran pengajaran sejarah.
Pengajaran sejarah merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan antara guru dan siswa secara timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif dan kondusif untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui proses pengajaran siswa dapat tumbuh menuju ke dewasaan yang optimal, karena dalam pengajaran dapat mengembangkan tiga kemampuan (kompetensi) antara lain: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).
Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa merupakan gambaran masa lalu manusia sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap. Masa lalu itu terdiri dari urutan waktu dan fakta yang dilengkapi dengan tafsiran dan penjelasan sehingga memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu. Dari gambaran masa lalu tersebut manusia dapat belajar urutan masa lalu, kini dan masa yang akan datang. Peristiwa –peristiwa sejarah di masa lalu harusnya menjadi cermin bagi generasi sekarang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Materi ini yang tertuang dalam pengajaran sejarah di sekolah menengah atas.
Siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar karena banyak yang tidak memiliki buku teks dan penunjang sejarah untuk mengajar apalagi jumlah jam yang hanya 1 jam pelajaran seminggu, meskipun di SMA Negeri berdasarkan kesepakatan antara kelompok kerja guru sejarah dengan sekolah dijadikan 2 jam pelajaran seminggu tetap juga menjadi problematika pengajaran ini. Nilai pelajaran yang masih rendah ditandai dengan banyaknya nilai siswa di bawah KKM. Pengajarannya kurang diminati siswa dengan penyajian yang monoton, materi pelajaran yang gersang dengan tidak dikemas secara apik, baik dari segi metode maupun media pengajaran, suasana kelas yang kering kerontang dengan tidak banyaknya siswa yang mau bertanya dalam proses pengajaran, siswa kurang berani mengemukakan gagasan dalam kegiatan belajar, kurang peduli di kelas dengan tidak mempunyai catatan apalagi untuk memiliki buku teks dan penunjang, suasana kelas yang tidak bergairah untuk meningkatkan hasil belajar sejarah dengan tidak adanya reward dari guru yang mengajar.
Merujuk permasalahan di atas, diperdapat suatu gambaran bahwa penyebabnya adalah sebagian siswa kurang tertarik untuk belajar sejarah dibandingkan dengan eksakta karena pembelajaran yang tidak membangkitkan minat siswa untuk belajar. Pelajaran ini lebih banyak hafalan untuk memahami suatu materi pelajaran meskipun didukung dengan afektif pembelajaran ini.
Bertolak dari pengalaman mengajar dan permasalahan yang dijumpai di kelas dengan kurang tertarik belajar sejarah diupayakan dengan suatu tindakan guru untuk mengatasi permasalahan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar dengan meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar. Model pembelajaran partisipasi dapat mengatasi kesulitan belajar diharapkan pembelajaran lebih bermakna, sehingga siswa senang dan puas dalam belajar. Pembelajaran sejarah akan lebih meransang siswa untuk belajar dengan menggunakan media hand out. Upaya ini akan dapat mengembangkan motivasi untuk belajar kea rah yang lebih baik. Alternatif penelitian tindakan kelas ini sebagai upaya untuk pemecahan masalah dalam mengatasi kebekuan dan kebuntuan pengajaran sejaran yang kurang diminati siswa

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang serius yang perlu segera diatasi dan ditangani. Penulis melihat permasalahan dan faktor penyebabnya yang dapat dirinci masalah tersebut menjadi masalah penelitian tindakan kelas ini antara lain:

Dari segi siswa
1). kurangnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sejarah yang ditunjukkan nilai siswa yang masih banyak di bawah KKM
2) siswa kurang bersemangat dalam belajar
3). kurang respon dalam belajar
4). tidak mau mencatat materi esensial pelajaran sejarah,
Dari segi guru
1). Terbatas dalam menggunakan model mengajar yang menarik minat siswa
2). Terbatas dalam menggunakan media pengajaran yang menarik
3). Kurang berinovasi dalam pembelajaran
4). Kurang berupaya untuk memperbaiki proses pengajaran
5). Lebih cenderung mengejar target kurikulum dibandingkan proses pengajaran
6). Perubahan yang mendasar dengan kurikulum KTSP yang baru dimulai tahun ajaran 2006/2007
Untuk itu penulis mencari akar permasalahannya dari pengalaman mengajar sejarah dan mengatasi kesulitan dalam proses belajar, sehingga diharapkan adanya perbaikan proses pengajaran tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Bertitik tolak dari rincian permasalahan di atas, dilakukankanlah tindakan dengan menggunakan partisipasi belajar dan dirumuskanlah masalah penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut : “Dapatkah ditingkatkan prestasi belajar sejarah dengan menggunakan model pembelajaran partisipasi siswa di Kelas XI IPS.2 SMA Negeri ?.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk mengungkapkan:
1. Perbaikan proses pembelajaran sejarah yang selama monoton dan membosankan dan meningkatkan hasil belajar pengajaran sejarah.
2. Gambaran apakah pembelajaran sejarah dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran partisipasi siswa.
3. Peningkatan prestasi belajar yang diiringi kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar sejarah dan menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
4. Penggunaan model pembelajaran partisipasi belajar untuk menampilkan pembelajaran yang menyenangkan

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
a. Untuk meingkatkan prestasi belajar sejarah
b. Meningkatkan proses belajar sejarah dengan tidak banyak mencatat tetapi memahami konsep-konsep
2. Bagi guru
a. Dapat berinovasi dalam mengajar dengan berkreasi dalam pembelajaran sejarah
b. Dapat berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil belajar sejarah
3. Bagi sekolah
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah ditunjukkan dengan hasil belajar, uji kompetensi dan ujian block
b. Meningkatkan standar kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS.2
c. Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan prestasi belajar.

…. dst.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS SOSIOLOGI

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS SOSIOLOGI

PENERAPAN PENDEKATAN KOLABORATIF MURDER DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PARA SISWA KELAS XI IPS1 SMAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu pengajaran yang hanya mengutamakan prinsip individual tidak akan menguntungkan siswa maupun masyarakat. Kehidupan sebagian besar siswa dipengaruhi oleh orang lain maupun teman-temannya. Di mana ada orang hidup bersama-sama, tentu di sana ada kontak sosial. Hubungan sosial antara sesama manusia merupakan suatu keharusan, sebab dengan kontak sosial orang akan dapat mengembangkan kepribadiannya dengan lebih sempurna. Dengan kegiatan-kegiatan ini maka dalam setiap kegiatan mengajar guru dituntut agar sanggup menciptakan suasana sosial yang membangkitkan kerja sama diantara para siswa dalam mewujudkan materi pelajaran supaya dapat diserap lebih efektif dan efisien.
Kerja sama antar para siswa sejatinya telah menjadi tuntutan kurikulum pendidikan, termasuk Kurikulum 2004. Disadari atau tidak, Kurikulum 2004 menghadirkan tantangan baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Perubahan orientasi pendidikan dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian menuntut para guru untuk lebih kreatif dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Guru dituntut mampu menggeser penekanan kegiatan pembelajaran dari “apa bahan yang akan dipelajari siswa” ke “bagaimana membelajarkan kompetensi dan memperkaya pengalaman belajar siswa”.
Dalam pembelajaran Sosiologi misalnya, pembelajaran ditekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami lingkungan sekitarnya secara ilmiah. Pendidikan Sosiologi diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Selanjutnya siswa diharapkan dapat mengembangkan dan menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
Salah satu cara untuk mengembangkan sikap sosial siswa khususnya dalam pelajaran Sosiologi dapat ditempuh dengan menggunakan pendekatan kolaboratif MURDER dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Santyasa, pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran (technology for instruction), pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para siswa dan meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Pembelajaran kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu, yaitu: (1) realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata; (2) menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna (Santyasa,2006: 5).
Dengan melihat kondisi yang ada di lingkungan SMAN 2 yang pada dasarnya tidak ada masalah dalam sarana belajar, keadaan siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pelajaran Sosiologi perlu dicarikan solusi-solusi terutama metode-metode mengajar yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengasuh pelajaran Sosiologi, tampak bahwa para siswa memang “kurang bergairah” dalam belajar Sosiologi. Akibatnya yaitu mereka kurang mampu untuk memecahkan soal-soal Sosiologi sehingga hasil belajarnya pun kurang memuaskan.
. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan menggunakan pendekatan kolaboratif dalam pembelajaran Sosiologi khususnya pendekatan kolaboratif MURDER yang terdiri atas empat poin penting yaitu mood, understand, recall, detect, elaborate, review. Langkah-langkah pembelajaran kolaboratif MURDER adalah sebagai berikut.
(1) Para siswa dalam kelompok dibagi menjadi dua pasangan dyad, yaitu dyad-1 dan dyad-2 dan memberikan tugas pada masing-masing pasangan.
(2) Setelah penataan suasana hati, salah satu anggota dyad-1 menemukan jawaban tugas-tugas untuk pasangannya dan anggota yang lain menulis sambil mengoreksi jika ada kekeliruan. Hal yang sama juga dilakukan oleh pasangan dyad-2.
(3) Setelah pasangan dyad-1 dan pasangan dyad-2 selesai mengerjakan tugas masing-masing, pasangan dyad-1 memberitahukan jawaban yang ditemukan oleh mereka kepada pasangan dyad-2, demikian pula pasangan dyad-2 memberitahukan jawaban yang ditemukan oleh mereka kepada pasangan dyad-1, sehingga terbentuklah laporan lengkap untuk seluruh tugas hari itu.
(4) Masing-masing pasangan dyad dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulan.
(5) Laporan masing-masing pasangan dyad terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.
(6) Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.
Dengan cara ini diharapkan para siswa diharapkan akan lebih aktif dalam belajarnya sehingga hasil belajar Sosiologi merekapun akan dapat ditingkatkan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dalam penelitian tindakan kelas ini dicoba untuk menerapkan pendekatan kolaboratif MURDER dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Sosiologi para siswa kelas XI IPS1 SMAN 2 tahun pelajaran 2007/2008. Dengan metode ini diharapkan akan terjadi interaksi antar siswa sehingga mereka bisa lebih bergairah dan antusias dalam mengikuti pelajaran Sosiologi yang akan bermuara pada peningkatan penguasaan konsep-konsep Sosiologi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah pendekatan kolaboratif MURDER dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas XI IPS1 SMAN 2 tahun pelajaran 2007/2008 dalam pembelajaran Sosiologi ?
2. Apakah pendekatan kolaboratif MURDER dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Sosiologi bagi siswa kelas XI IPS1 SMAN 2 tahun pelajaran 2007/2008 ?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

…. dst.

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) MATEMATIKA

Contoh Karya Tulis Ilmiah ( KTI )

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) MATEMATIKA

METODE TUTOR SEBAYA DALAM KERJA KELOMPOK DAPAT MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENENTUKAN NILAI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SUATU SUDUT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS II TEKSTIL SMKN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidang pendidikan menjadi ujung tombak peningkatan sumber daya manusia. Karena itu, begitu pentingnya suatu bangsa atau negara untuk memperhatikan bidang pendidikan terutama menyangkut personal dan pembiayaannya. Hal ini adalah tugas yang teramat berat untuk diselesaikan dalam waktu singkat. Apalagi mengingat segala keterbatasan yang ada, baik segi profesionalismenya maupun sarana penunjang pendidikan. Ditambah lagi keadaan negara Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan. Itu sebabnya walaupun telah lama tertuang dalam amanat tujuan pembangunan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju berdasarkan pancasila dan UUD 1945, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Akan tetapi, pada kenyataannya negara kita masih tertinggal dibanding negara-negara lain didunia. Itu karena selama ini dunia pendidikan kita belum mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Baru pada akhir-akhir ini terlihat beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memacu pendidikan dari segala sektor, baik negeri maupun swasta demi tercapainya tujuan Pendidikan Nasional. maka untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tersebut di atas, salah satu bagian yang harus diperhatikan dalam komponen pendidikan itu adalah guru. Ditangan gurulah generasi muda dapat berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1

Guru yang inovatif dan kreatif akan mampu membangun daya imajinasi dan kreatifitas siswanya yang secara otomatis memberikan pengaruh positif pada peningkatan minat dan prestasi belajar siswa. Sebagai guru yang mengajar mata pelajaran Matematika, kesulitan yang dialami siswa merupakan cerita lama yang tidak pernah berakhir karena sebagian besar sudah beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, tidak menarik, dan membosankan dengan begitu banyak pekerjaaan rumah yang diberikan oleh guru.
Kondisi di atas diperparah lagi dengan munculnya kesan dari siswa bahwa semua guru matematika kejam dan pemarah. Hal inilah yang berpengaruh besar terhadap kurangnya minat dan motivasi belajar siswa sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar matematika siswa secara keseluruhan. Untuk mengatasi kondisi ini, minimal mengurangi kelemahan-kelemahan dalam pembelajran matematika disekolah maka perlu dilakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Upaya perbaikan tersebut, antara lain dengan memperbaiki metode mengajar sehingga metode baru ini nanti akan mampu menciptakan kondisi yang lebih baik bagi siswa untuk belajar mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada proses belajar matematika. Apalagi jika diperhatikan dalam satu kelas terdapat perbedaan kemampuan antara satu dan lainnya. Inilah yang mendasari penulis untuk memberikan salah satu solusi dalam bentuk tulisan yaitu ” Metode Tutor Sebaya dalam kerja kelompok dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam menentukan nilai perbandingan Trigonometri suatu sudut pada pembelajaran Matematika kelas II Tekstil di SMKN

…. dst.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

 

PENDAHULUAN

 

* A. LATAR BELAKANG MASALAH

 

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

 

Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi manusia, hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Kehidupan yang demokratis didalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan.

 

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

 

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa.

 

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (KBK 2004 dan Standar Isi 2006) ditegaskan bahwa :

 

* I. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan :

 

Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya

 

* II. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

 

Standar isi Pendidikan Kewarganegaraan SMA/SMK/MA :

 

  1. Memahami hakekat Bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia
  2. Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hokum, peradilan nasional, dan tindakan anti korupsi
  3. Meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun luar negeri
  4. Menganalisis peran dan hak warganegara dan system pemerintahan Negara Kesatuan Repbulik Indonesia
  5. Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi, kedaulatan Negara, keterbukaan dan keadilan di Indonesia
  6. Mengevaluasi hubungan Internasional dan sistem hokum internasional
  7. Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan pancasila dan UUD 1945
  8. Mengaalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan Internasional, regional dan kerjasama Global lainnya
  9. Menganalisis sistem hokum internasional, timbulnya konflik internasional, dan mahkamah internasional.

 

Dari Standar Isi dan Standar Kompetensi tersebut diatas, penulis memilih butir ketiga yaitu meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri, sebagai landasan judul penelitian tindakan kelas ini.

 

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.

 

Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.

 

Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberika pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.

 

Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis memilih model “pembelajaran berbasis masalah (PROBLEM BASED LEARNING) dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.

 

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.

 

Menurut E. Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. [1]  Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru disekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

 

Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn

 

* B. PERUMUSAN MASALAH

 

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

 

  1. Apakah pembelajaran model Problen Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam masalah PKn?
  2. Bagaimana penerapan pembelaran model Problem Based Learning di kelas dalam mata pelajaran PKn?
  3. Sejauh manakah pendekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

 

* C. PEMECAHAN MASALAH

 

PKn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan “How to Develop Better Civics Behaviours” membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan salah satu dari lima tradisi pendidikan IPS yakni citizenship transmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship Education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya.

 

Secara akademis PKn dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu dengan menggunakan ilmu politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya [2].

 

Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :

 

  1. Kemampuan menguasai bahan ajar
  2. Kemampuan dalam mengelola kelas
  3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar
  4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil

 

Selanjutnya UNESCO dalam Soedijarto (2004 : 10-18) mencanangkan empat pilar belajar dalam pembelajaran (termasuk model Problem Based Learning) :

 

  1. Learning to Know ( penguasaan ways of knowing or mode of inquire)
  2. Learning to do ( controlling, monitoring, maintening, designing, organizing)
  3. Learning to live together
  4. Learning to be [3]

 

Berdasarkan uraian analisis permasalahan diatas, pendekatan model Problem Based Learning apabila diterapkan di kelas akan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.

 

* D. TUJUAN PENELITIAN

 

Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn khususnya kelas X Ak pada SMKN 3 Jakarta, sehingga pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.

 

* E. MANFAAT HASIL PENELITIAN

 

Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

 

  1. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran PKn di Sekolah Menengah Kejuruan.
  2. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pedidikan kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan.
  3. Memberikan alterntif kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
  4. Menciptakan rasa senang belajar Pendidikan Kewarganegaraan selama pelajaran berlangsung dengan adanya “The Involvement of Participaton melalui Problem Based Learning.”

 

 

 

 

 

BAB II

 

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

 

  • A. KAJIAN TEORI

 

* 1. Hakekat Pembelajaran PKn

 

* a. Pengertian belajar

 

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan ( reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.

 

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, megarah kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan[4]

 

Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :

 

  1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
  2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik
  3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
  4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
  5. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

 

Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.

 

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and character building” :

 

Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara.

 

Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.

 

Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience).

 

Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.

 

* B. KERANGKA BERPIKIR

* 1. Meningkatkan hasil belajar PKn melalui model Problem Based Learning

 

Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 

Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.

 

Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.

 

Dari uraian diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).

 

* 2. Pendekatan dan penerapan model Problem Based Learning dalam mata pelajaran PKn

 

Pembelajaran model Problem Based Learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.

 

Dalam pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

 

Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, diaman siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bkan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas)

 

* C. HIPOTESIS TINDAKAN

 

Dengan demikian dapat diduga bahwa:

 

  1. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn siswa kelas X Ak SMKN 3 Jakarta.
  2. Pedekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran efektif, aktif dan kreatif.

 

BAB III

 

Pelaksanaan Penelitian

 

  1. Perencanan Penelitian

 

 

  1. Desain penelitian

 

Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.

 

Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan siswa, rekaman tape recorder, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.

 

Prosedur penelitian terdiri dari  4 tahap, yakni  perencanaan, melakukan tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.

 

Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata pelajaran PKn dengan pendekatan Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan diatas.

 

Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.

 

Instrument yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.

 

  1. Tempat

 

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Jakarta pada siswa kelas I AK, dengan jumlah siswa 37 orang, yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 34 orang perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berlangsung dengan pokok bahasan “Peran Serta dalam Penghormatan dan Penegakan HAM”.

 

  1. Waktu Penelitian

 

Penelitian direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada pertengahan bulan Agustus sampai dengan pertengahan bulan Desember 2007.

 

  1. Prosedur Penelitian

 

Siklus I

 

* A. Perencanaan

  • Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.
  • Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
  • Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
  • Memilih bahan pelajaran yang sesuai
  • Menentukan scenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah. (PBL).
  • Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
  • Menyusun lembar kerja siswa
  • Mengembangkan format evaluasi
  • Mengembangkan format observasi pembelajaran.

 

* B. Tindakan

  • Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
  • Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.
  • Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber.
  • Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
  • Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
  • Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.
  • Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).

 

* C. Pengamatan

  • Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
  • Menlai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).

 

  1. Refleksi
  • Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
  • Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.
  • Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

 

Siklus II

 

* A. Perencanaan

  • Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah.
  • Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
  • Pengembangan program tindakan II.

 

* B. Tindakan

 

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:

 

  1. Guru melakukan appersepsi
  1. Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
  2. Siswa mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan materi.
  3. Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.
  4. Siswa menceritakan unsure-usur Hak Asasi Manusia yang ada pada gambar.
  5. Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
  6. Presentasi hasil diskusi.
  7. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.

 

* C. Pengamatan (Observasi)

  • Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
  • Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

 

* D. Refleksi

  • Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
  • Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
  • Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III
  • Evaluasi tindakan II

 

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.

 

Siklus III (bila diperlukan).

 

Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran berbasis masalah ” dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan / atau berbeda pendapat tentang masalah Hak Asasi Manusia, khususnya :

 

  • Hak Hidup (pasal 9 UU no 39/1999)
  • Hak Wanita (pasal 45 – 51 UU no 39/1999 )
  • Hak Anak (pasal 52 – 66 UU no 39/1999)
  • HAka Berkeluarga dan Melanjutkan Ketuunan ( pasal 10 UU no. 39/1999)
  • Hak Mengembangkan Diri (pasal 11 – 16 UU no 39/1999)
  • Hak Memperoleh Keadilam (pasal 17 – 19 UU no 39/1999)
  • Hak Atas Kebebasan Pribadi (pasal 20 – 27 UU no 39/1999)
  • Hak Atas Rasa Aman ( pasal 28 – 35 UU no 39/1999)
  • Hak Atas Kesejahteraan (pasal 36 – 42 UU no 39/1999)
  • Hak Turut Serta dalam Pemerintah (pasal 43 – 44 UU no 39/1999)

 

Belajar PKn serasa lebih menyenagkan, meningkatkan motivasi / minat siswa, kerjasama dan partisipasi siswa semakin meningkat.

 

Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan anekdot dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap PKn. Bila 70% siswa telah berhasil , permasalahan kasus-kasus bentuk-bentuk HAM dari pasal 9 uu no 39 tahun 1999 s/d pasal 66 uu no 39 tahun 1999 melalui metode Problem Based Learning, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.

 

 

contoh proposal skripsi kuantitatif Pengaruh Model Problem Based Learning Materi Membaca dan Menggambar Peta Mata Pelajaran IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Locondong Tahun Pelajaran 2016/2017

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengaruh Model Problem Based Learning Materi Membaca dan Menggambar Peta Mata Pelajaran IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Locondong Tahun Pelajaran 2016/2017

 

 

PROPOSAL SKRIPSI

 

 

 

 

Oleh

 

KHAFID ALWI

40312111

 

 

 

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

BUMIAYU

2016

 

  1. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah proses perpindahan ilmu dari guru kepada peserta didik. Guru berperan penting dalam berjalannya proses pembelajaran atau dalam mentrasfer ilmu kepada peserta didik dan menanamkan sifat-sifat positif kepada peserta didik. Sebab peserta didik lebih percaya pada apa yang disampaikan guru dibandingkan orang tua dan orang yang berada disekitarnya. Karena asumsi anak, guru mengetahui segalanya dan semua yang dikatakan guru itu benar.

Ada beberapa pendapat menurut para ahli mengenai pembelajaran, diantaranya :

Menurut Slavin (2013 : 15) pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman.

Sedangkan menurut Munif Chatib (2013:17) pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, yakni antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembejaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang dimana guru sebagai pemberi informasi atau fasilitator dan peserta didik sebagai penerima informasi. Disinilah guru sangat berperan penting dalam mengembangkan pengetahuan dan mengikuti perkembangan jaman di era globalisasi ini dengan teknologi yang semakin canggih. Sebab semakin berkembangnya jaman peserta didik akan lebih kritis dengan pengetahuan yang mereka temukan di luar sana. Seorang guru juga harus senantiasa memberikan kenyamanan kepada peserta didik agar peserta didik merasa senang ketika belajar atau ketika berada di kelas. sementara itu pada kenyataannya menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menciptakan sistem pembelajaran yang menumbuhkan rasa cinta mereka terhadap suatu mata pelajaran dan membuat mereka merasa senang ketika berada di kelas  ternyata itu sulit dilakukan, tidak banyak guru yang berhasil membuat para siswa termotivasi dan merasa senang  ketika berada di kelas. Hal itu terjadi karena sistem pembelajaran yang digunakan oleh guru cenderung membosankan dan monoton, bahkan kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga para siswa merasa jenuh dan ngantuk pada saat pembelajaran berlangsung.

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Cara guru dalam menyajikan materi pelajaran menempati posisi yang sangat penting untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Tugas guru dalam pembelajaran IPS di SD antara lain menyajikan IPS sesuai dengan karakteristik pendidikan IPS dan karakteristik anak yang berada pada masa perkembangan kognitif operasional konkrit. Jika hal ini dilaksanakan dengan tepat maka pembelajaran IPS di SD akan mampu memfasilitasi perkembangan potensi sikap, berpikir, berperilaku dan keterampilan dasar scientist yang terdapat pada diri siswa.

Berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan tersebut, peneliti melakukan observasi di salah satu sekolah yang terletak di kabupaten Banyumas, yaitu di SDN Locondong Kecamatan Rawalo pada tanggal 10 Oktober 2016 . pada saat observasi terlihat proses pembelajaran belum efektif dikarenakan siswa masih banyak yang mengobrol, kurang fokus, keluar bangku, sehingga proses pembelajaran tidak kondusif. Di sekolah tersebut peneliti menemukan suatu masalah yang berkenaan dengan proses belajar mengajar, masalah tersebut adalah kurangnya penggunaan media atau tidak ada fasilitas alat peraga, jadi guru menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan tidak begitu baik.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa  proses pembelajaran di SDN Locondong belum sesuai dengan kompetensi yang ditargetkan. Maka sdari itu, penelliti mengambil keputusan akan melakukan penelitian menggunakan model Problem Based Learning untuk  meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Locondong sebagai tempat penelitian.

Penggunaan media atau alat peraga tentu sangat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi, selain itu suasana kelas yang kondusif akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi suksesnya proses belajar mengajar, banyak sekali model dan metode pembelajaran yang bisa diterapkan di dalam kelas. Sehingga peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan saja akan tetapi peserta didik mendapatkan pemahaman pembelajaran.

Pemahaman konsep dalam suatu pembelajaran tentu sangat penting, juga sangat berpengaruh pada hasil belajar. Maka dari itu pemahaman konsep adalah merupakan langkah awal yang harus dicapai dalam pembelajaran, jika peserta didik sudah paham terhadap suatu materi maka akan memperoleh hasil yang baik.

Penanaman sikap yang baik tidak dapat terlepas dari mengajarkan nilai yang berlaku di masyarakat. Dengan kata lain, nilai ketuhanan mengajarkan tentang keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dan nilai yang berlaku di masyarakat bahwa ada keterkaitan tentang belajar dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Menanamkan rasa peduli, menjaga dan memelihara lingkungan yang ada serta dapat menghargai alam sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Materi pokok bahasan pada pembelajaran dapat menggunakan berbagai macam metode yang digunakan, untuk mengembangkan minat peserta didik, rasa ingin tahu dan keterampilan peserta didik.

UU RI NO 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yakni, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sesuai dengan UU RI NO 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasiaonal, maka dapat disimpulkan guru harus senantiasa mendidik peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki potensi sesuai dengan tujuan pendidikan nasional tersebut.

Pada proses pembelajaran guru dapat menerapkan berbagai jenis model pembelajaran dengan harapan dan tujuan pembelajaran  dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Penulis mencoba menerapkan model Problem Based Learning dengan tujuan agar peserta didik menjadi aktif di kelas.

Permasalahan lain yang timbul seperti layaknya dalam  lembaga pendidikan formal pada umumnya termasuk permasalahan proses belajar dibeberapa sekolah dasar  yakni bagaimana upaya  pengelolaan rencana pembelajaran, sebagai upaya guru dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dengan memadukan model pembelajaran, metode, teknik dan strategi pembelajaran guna untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa, yaitu proses pembelajaran dibuat semenarik mungkin dengan menggunakan model Problem Based Learning yakni pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis untuk memecahkan suatu masalah.

Permasalahan yang dikemukakan tersebut menjadi acuan bagi penulis untuk meningkatkan kualitas pendidikan dimasa yang akan datang, dengan adanya permasalahan tersebut penulis berusaha untuk memperbaiki pembelajaran agar siswa lebik aktif dalam belajar dengan menggunakan model Poblem based learning. Penerapan model pembelajaran merupakan salah satu upaya penulis dalam mengembangkan kemampuan peserta didik dan dalam menyelesaikan tugas akhir perkuliahan, dimana penulis akan melaksanakan penelitian tikdakan kelas yang bertempat di SD Negeri Locondong Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas. Sehubungan dengan itu penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Pengaruh model problem based learning materi membaca dan menggambar peta mata pelajaran IPS terhadap hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Locondong tahun ajaran 2016/2017 pada subtema kebersamaan dalam keberagaman”.

  1. Rumusan Masalah

Permasalahan secara tidak langsung menurunnya rata-rata hasil belajar siswa, akhirnya dapat disimpulkan bahwa permasalan yang menjadi bahan penelitian tindakan kelas di sekolah tersebut antara lain :

  1. Bagaimana model problem based learning dapat meningkatkan performansi guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri Locondong Kabupaten Banyumas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi membaca dan menggambar peta?
  2. Bagaimana model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Locondong Kabupaten Banyumas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi membaca dan menggambar peta?
  3. Bagaimana model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Locondong  Kabupaten Banyumas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi membaca dan menggambar peta?
  1. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan dalam latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka peneliti akan memecahkan masalah dengan menerapkan model pembelajaran aktif problem based learning. Penggunaan model pembelajaran problem based learning dalam penelitian ini didasari karena model problem based learning dapat melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana siswa menunjukan pengetahuan dan ketrampilannya.

Dengan menerapkan metode ini diharapkan dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Locondong pada materi membaca dan menggambar peta.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, permasalahan tersebut dibatasi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Locondong pada materi membaca dan menggambar peta”.

  1. Tujuan dan manfaat Penelitian
  2. Tujuan Umum

Memberikan suatu inovasi baru dalam kegiatan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa di sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran IPS.

  1. Tujuan Khusus

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan antara lain:

  1. Mengetahui peningkatan performansi guru dalam membelajarkan IPS materi membaca dan menggambar peta pada siswa kelas IV SD Negeri Locondong Kabupaten Banyumas melalui model problem based learning
  2. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar IPS materi membaca dan menggambar peta pada siswa kelas IV SD Negeri Locondong Kabupaten Banyumas melalui model problem based learning
  3. Mengetahui peningkatan hasil belajar IPS materi membaca dan menggambar peta pada siswa kelas IV SD Negeri Locondong Kabupaten Banyumas melalui model problem based learning

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah antara lain:

  1. Bagi siswa
  1. Meningkatkan pemahaman belajar siswa kelas IV tentang subtema kebersamaan dalam keberagamanmelalui melalui model Problem Based Learning.
  2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV tentang subtema kebersamaan dalam keberagamanmelalui melalui model Problem Based Learning.
  3. Memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna karena siswa belajar sesuai dengan karakteristiknya.
    1. Bagi guru
  4. Membantu guru memperbaiki kualitas pembelajarannya.
  5. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
  6. Menambah wawasan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan sebagai referensi untuk menerapkan model pembelajaran yang baik pada semua mata pelajaran.
    1. Bagi sekolah
  7. Memanfaatkan hasil penelitian sebagai wadah untuk lebih mengembangkan pembelajaran Problem Based Learning sebagai pendukung kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan model Problem Based Learning di sekolah.
  8. Sebagai masukan dan pertimbangan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dengan memaksimalkan proses pembelajaran siswa khususnya pada mata pelajaran IPA.
  9. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas.
  10. Meningkatkan mutu, isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
    1. Bagi peneliti
      1. Menambah wawasan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman tentang proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)yang bermakna dan berkualitas melalui model-model pembelajaran.
    2. Kajian Teori

Penelitian terdahulu yang relevan. Berdasarkan penelusuran terhadap  penelitian  yang telah ada yang sealur dengan tema kajian penelitian ini berikut beberapa hasil usaha penelusuran tentang skripsi yang berkaitan dengan tema penelitian ini.

Pertama, skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Problem Based Learning Terhadap Kemandirian Belajar Ipa Terhadap Kemandirian Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD Se-gugus III Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo”. Yang di buat oleh saudara Evi Tri Wulandari (2015) mahsiswa dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimental bentuk nonquivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD yang ada se-gugus 3 Kecamatan Temon yang berjumlah 121 siswa yang tersebar di tujuh SD. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive cluster random sampling. Teknik purposive sampling digunakan untuk menentukan sekolah yang homogen yaitu SD N Pasirmendit, SD N Jangkaran, SD N 3 Glagah, dan SD N Palihan Lor. Teknik cluster sampling digunakan untuk mempermudah peneliti dengan cara mengelompokkan sampel yang akan digunakan untuk penelitian. Teknik random sampling digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan cara undian, sehingga didapatkan kelompok eksperimen adalah SD N Pasirmendit kelas IV yang berjumlah 17 orang dan kelompok kontrol adalah SD N Jangkaran kelas IV yang berjumlah 19 siswa. Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan observasi dan angket. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif signifikan kemandirian belajar IPA antara kelompok eksperimen dengan menerapkan model problem based learning dan kelompok kontrol dengan pembelajaran biasa yaitu ceramah dan tanya jawab atau penugasan. Hal tersebut dibuktikan dari hasil t-test pada taraf signifikansi 5% diperoleh signifkansi hitung yaitu 0,024 < 0,05. Kelompok eksperimen memperoleh skor post test lebih tinggi yaitu 89,647 dibandingkan kelompok kontrol yaitu 81,421.

Kedua, penelitian tindakan kelas oleh Ika Setyaningsih (2010) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Penerapan Problem Based Learning pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan Kelas X-D Semester II SMA Negeri 4 Yogyakarta ” menyimpulkan bahwa penerapan Problem Based Learning meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dari kategori kurang kritis pada siklus I menjadi cukup kritis pada siklus II setelah diadakan refleksi pada siklus I. Peningkatan masing-masing aspek berpikir kritis antara lain aspek membuat definisi dan klasifikasi masalah dari kategori kurang sekali menjadi cukup, aspek menilai dan mengolah informasi meningkat dari kategori kurang menjadi cukup, kemudian aspek merancang solusi masalah / membuat kesimpulan meningkat dari kategori kurang menjadi cukup

Ketiga Penelitian tindakan kelas oleh Sri Rahayu (2011) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Tema Pencemaran Lingkungan dan Cara Menanggulanginya di Kelas VII B SMP Negeri 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2010/2011” menyimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning paling efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VII B SMP Negeri 1 Prambanan Klaten pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata post test pada tiap siklusnya, siklus I nilai rata-rata post test 71,28 meningkat menjadi 76,16 pada siklus II dengan indikator keberhasilan sebesar 92,30%.

Keempat Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Izzatin Kamala (2011) yang berjudul “Peningkatan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Siswa melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Pembelajaran IPA Kelas VII B di SMP Negeri 1 Sayegan” menyimpulkan bahwa masing-masing aspek berpikir kritis meningkat antara lain aspek membuat definisi dan klasifikasi masalah dari kategori sangat kurang menjadi kurang dan aspek merancang solusi masalah/ membuat kesimpulan meningkat dari kategori sangat kurang menjadi kurang. Peningkatan pemahaman konsep peserta didik jika dilihat dari LKS meningkat dari kategori cukup menjadi kategori baik, jika dilihat dari post test meningkat dari kategori baik manjadi baik sekali.

Dengan adanya perbedaan aspek yang di teliti tersebut, jadi menarik untuk di jadikan objek penelitian.

  1. Landasan Teori
  2. Pengertian belajar

Belajar merupakan bentuk yang di alami siswa dalam hal kemampuannya   untuk   bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.  thorndike mengatakan belajar adalah proses interaksi  antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat di tangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,perasaan, atau gerakan/tindakan. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah-satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Menurut gagne (1984) bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Ratna Wilis Dahar, 1989, hal 11). Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Oemar Hamalik Belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan.Eenest H. Hilgard Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu.

Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup, Ahmadi A mengatakan Belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia, Nasution mengatakan Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Cronbach mengatakan Belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu menggunakan panca indranya.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang secara sadar yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan, dimana perubahan tersebut terjadi secara berkesinambungan dan mampu merubah diri dan lingkungannya baik secara fisik maupun kejiwaannyaa

  1. Pengertian mengajar

Mengajar merupakan suatu aktivitas yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa tetapi juga mencakup banyak kegiatan untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal. Tujuan utama menmgajar adalah membantu siswa untuk menjawab tantangan lingkungannya dengan cara yang efektif.

Mengajar adalah komunikasi antara dua orang atau lebih dimana antara keduanya terdapat saling mempengaruhi melalui pemikiran-pemikiran mereka dan belajar sesuatu dari interaksi itu.

  1. Hakikat pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran

  • Guru

Setiap guru memiliki gaya mengajar yang tercermin dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan pembelajaran. Gaya mengajar mencerminkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran guru yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan

  • Siswa

Setiap siswa mempunyai keragaman dalam kecakapan dan kepribadian yang dapat mempengaruhi situasi yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Kecakapan yang dimiliki siswa meliputi kecakapan potensial seperti bakat dan kecerdasan, serta kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar siswa. Sedangkan kepribadian yang dimiliki siswa berupa ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu yang bersifat menonjol dan membedakan dirinya dengan orang lain.

  • Kurikulum

Materi pembelajaran sebagai isi kurikulum dan pola interaksi guru yang beraneka ragam dapat menimbulkan situasi yang bervariasi dalam proses pembelajaran.

  • Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar tempat berlangsungnya proses pembelajaran.

  1. Hasil Belajar

Menurut Winkel (2007) hasil belajar merupakan kemampuan yang baru sama sekali atau boleh juga merupakan penyempurnaan atau pengembangan dari suatu kemampuan yang telah dimiliki. Lebih lanjut dijelaskan bahwa belajar akan menghasilkan perubahan, perubahan itu meliputi hal-hal yang bersifat internal seperti pemahaman dan sikap, serta mencakup hal-hal yang yang bersifat eksternal seperti ketrampilan motorik dan berbicara dalam bahasa asing. Menurut (Sardiman, 1986) hasil belajar meliputi: 1) hal ihwal keilmuwan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), 2) hal ihwal personal, kepribadian, atau sikap (afektif), dan 3) hal ihwal kelakuan, ketrampilan atau penampilan (psikomotorik).

Menurut hamalik oemar (2007:155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang dapat diamati dan diukur bentuk perubahan pengetahuan,sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik di bandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya, dlam pelaksanaanya hasil belajar perlu diadakan evaluasi agar hasil belajar tersebut dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Dalam hal sasran dari evaluasi hasil belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah di rencanakan sebelumnya. Tujuan pembelajaran tersebut yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Gagne mengemukakan bahwa hasil belajar berupa:

  • Informasi Verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
  • Keterampilan Intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
  • Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
  • Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasamani
  • Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
  1. Aktivitas belajar

Siswa adalah suatu organisme yang hidup dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa tersebut terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan/pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju tingkat perkembangan yang di harapkan. Pendidkan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, di mana sioswa belajar sambil bekerja akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan serta perilaku lainya seperti sikap dan nilai.

Adapun menurut Paul D. Dierich (dalam Oemar Hamalik 2011) mengklasifikasikan aktivitas belajar dalam 8 kelompok sebagai berikut:

  • Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.

  • Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

  • Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

  • Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

  • Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.

  • Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

  • Kegiatan-kegiatan mental

Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

  • Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

  1. Karakteristik Siswa SD

Piaget membagi tahap perkembangan kognitif anak-anak ke dalam empat tahapan, yaitu:

  • Sensorimotorik (0-2 tahun)

Dalam tahap sensorimotorik kemampuan berpikir anak baru melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan panca indera sangat berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah menangis. Memberi pengetahuan pada anak dalam usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai media, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak.

  • Praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap praopersional kemampuan skema kognitif anak masih terbatas. Anak masih suka menirukan perilaku orang lain, terutama orang tua dan guru yang pernah dilihat ketika orang itu merespon perilaku orang, keadaan dan kejadian pada masa lampau. Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif.

  • Operasional konkrit (7-11 tahun)

Pada tahap operasional konkrit anak sudah mulai memahami aspek-aspek komulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi. Anak sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkrit.

  • Operasional formal (12-15 tahun)

Anak telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas merumuskan hipotesis anak mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit. Pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berpikir logis tetapi masih terbatas pada obyek-obyek konkrit dan mampu melakukan konservasi.

  1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang memiliki konteks pada awal pembelajaran siswa diminta untuk mengamati fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Kemudian siswa mencatat masalah-masalah yang terjadi disekitarnya. Sementara itu guru bertugas untung memberikan rangsangan kepada siswa agar aktif dalam proses pembelajaran yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan keadaan di lingkungan sekitar siswa dan pada akhirnya siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah yang sudah dicari sebelumnya.

Pengertian pembelajaran PBL, ada beberapa pendapat yang dijadikan sebagai sebagai panduan di antaranya :

Menurut Nurhadi (2013:65) dalam mrsigitblog.wordpress.com, pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Sedangkan menurut Arends dalam Abbas (2013:66, model PBL adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebuh tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, serta meningkatkan kepercayaan diri.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah model pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan mampu menyelesaikan suatu masalah yang diberikan guru mengenai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar, selain itu siswa juga diharapkan untuk berpikir kritis agar mendapatkan wawasan atau pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Langkah langkah Problem Based learning

Dalam pengelolaan PBL, ada beberapa langkah-langkah utama berikut:

  1. Mengorientasikan siswa pada masalah
  2. Mengorganisasikan siswa agara belajar
  3. Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok
  4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
  5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.

Berdasarkan rumusan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model Problem based learning adalah sebagai berikut :

  1. Guru memotivasi siswa dan merangsang peserta didik untuk aktif dalam belajar dengan cara diberikan suatu masalah yang terjadi di lingkungan sekitar sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai;
  2. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berdiskusio dengan peserta didik yang lain dengan cara dibuat kelompok kecil, kemudian diminta untuk mencari fakta atau solusi yang berhubungan dengan permasalahan. Kemudian peserta didik diminta untuk mengidentifikasi masalah terlebih dahulu agar nantinya peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan tersebut;
  3. Penyelesaian masalah tersebut dapat dicari dengan cara mencari data ataupun informasi dari sumber-sumber tertentu misalnya mencari data melalui kunjungan ke perpustakaan atau melakukan wawancara kepada seseorang yang dianggap benar-benar mengetahui apa yang terkait dengan permasalahan yang ada;
  4. Peserta didik mencari solusi bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut dari informasi yang mereka dapatkan.
  1. Tujuan penerapan model proble based learning

Tujuan pembelajaran based learning, bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. PBL juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan ketrampilan sosial peserta didik.

Sama halnya dengan model pembelajaran yang lain, model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki karakteristik sehingga memiliki perbedaan denga model pembelaaran yang lain.

Karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning diantaranya :

  1. Belajar dimulai dengan suatu masalah
  2. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa
  3. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan disiplin ilmu
  4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar
  1. Menggunakan kelompok kecil
  2. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah dipelajari dalam bentuk produk atau kinerja.

Adapun karakteristik model pembelajaran PBL menurut Ibrahim dan Nur (2013:73) adalah sebagai berikut :

  1. Pengajuan pertanyaan atau masalah;
  2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu;
  3. Penyelidikan autentik;
  4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya;
  5. Kerja sama.

Berdasarkan uraian tersebut, model PBL dimulai oleh adanya masalah yang dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang sesuatu yang telah diketahuinya sekaligus yang perlu diketahuinya untuk memecahkan masalah itu. Siswa juga dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan, sehingga ia terdorong untuk berperan aktif dalam belajar.

  1. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Setiap model pembelajaran memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, hal ini membuktikan bahwa semua model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Sama halnya dengan model pembelajaran berbasis maslah.

Berikut adalah kelebihan dari model problem based learning, diantaranya :

  1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia yang menemukan konsep tersebut.
  2. Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menurut keterampilan berpikir siswa yang lenih tinggi.
  3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
  4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini bisa meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajarinya.
  5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial yang positif dengan siswa lainnya.
  6. Pengondisian siswa Dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.
  7. PBL diyakini pula dapat menumbuh kembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara individual maupun kelmpok, karena hampir disetiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa.

Selain berbagai kelebihan tersebut, model PBL juga memiliki beberapa kekurangan, yakni :

  1. Bagi siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat dicapai.
  2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
  3. Tidaksemua mata pelajaran bisa diterapkan dengan model PBL.
  1. Pembelajaran IPS di SD
    1. Hakekat pembelajaran IPS

Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Namun pengertian IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS di sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di sekolah tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut. Pengertian IPS merujuk pada kajian yangmemusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan focus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. (Sapriya, 2006)

  1. Tujuan pembelajaran IPS di SD

Tujuan Dan Karakteristik Pembelajaran  IPS Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan Pendidikan Nasional.

Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Ada tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. (Sundawa, 2006) Fokus utama dari program IPS adalah membentuk individu-individu yang memahami kehidupan sosialnya-dunia manusia, aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa  tanggung jawab untuk melestarikan, malanjutkan dan memperluas nilai- nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan.

  1. Ketrampilan proses IPS

Ketrampilan proses merupakan pendekatan yang paling banyak di sarankan untuk di gunakan dalam pembelajaran sains di SD berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi.

  1. Materi Peta

Peta atau map adalah gambar seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam bidang datar dengan perbandingan tertentu. Peta memberikan informasi tentang suatu wilayah. Agar terampil membaca peta kita harus mengetahui unsur-unsur peta. Unsur peta terdiri dari:

  1. judul peta; Judul peta menunjukkan nama peta. Judul peta ditulis di bagian atas dengan huruf yang menonjol.
  2. garis tepi peta; batas-batas pinggir gambar peta. Fungsi garis tepi untuk menulisangka-angka derajat astronomis.
  3. legenda; keterangan-keterangan yang menjelaskan simbol-simbol pada peta.Biasanya legenda terletak di bagian bawah sebelah kiri ataupun kanan.
  4. Symbol; gambar yang digunakan untuk mewakili objek-objek dalam peta. Misalnya symbol untuk danau, sungai, jalan, rel kereta, ibukota provinsi, batas kabupaten, dan sebagainya, berbentuk warna, garis, dan gambar.
  5. Skala; perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sesungguhnya. Sebuah petaselalu dibuat jauh lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya. Akan tetapi, letak, jarak, danarahnya seperti keadaan yang sebenarnya.
  6. Manfaat skala dalam menggambar sebuah peta adalah sebagai berikut;Dengan skala kita dapat memperbesar atau memperkecil sebuah peta / gambar tertentu.Dengan skala kita dapat menggambar suatu tempat yang sangat luas di atas kertasyang kecil.Dengan skala kita dapat mengetahui atau menentukan jarak suatu tempat yang satudengan tempat lainnya.
  7. Penunjuk arah (mata angin); jarum pedoman atau garis yang menunjukkan arahsuatu tempat. Mata angin juga berarti arah, jurusan, atau kiblat suatu tempat. Penunjukarah mata angin dalam peta sangat penting. Penunjuk mata angin membantu kita bisamenjelaskan posisi suatu tempat.
  8. Garis astronomis; berguna untuk menentukan letak suatu tempat atau wilayah.Garis-garis yang tegak disebut garis bujur. Sementara yang garis-garisyang mendatar disebutgaris lintang.

Arti warna-warna dalam peta sebagai berikut:

  • Warna hijau menunjukkan dataran rendah.
  • Warna kuning menunjukkan dataran tinggi.
  • Warna cokelat menunjukkan daerah pegunungan.
  • Warna putih menunjukkan puncak pegunungan yang tertutup salju.
  • Warna biru menunjukkan daerah perairan (laut, sungai, danau). Warna biru untuk laut,dibedakan ketajamannya. Gunanya untuk menunjukkan kedalaman laut. Warna biru tuauntuk laut dalam dan biru muda untuk laut dangkal.

Membaca peta wilayah provinsi kita bisa menempuh langkah langkah berikut ini.

  1. Mencari gambar peta provinsi dalam buku atlas.
  2. Menentukan letak wilayah provinsi.
  3. Menyebutkan batas-batas wilayah provinsi.
  4. Menyebutkan pembagian wilayah provinsi.
  5. Menjelaskan kenampakan alam dan buatan yang ada.

Cara yang paling mudah untuk menggambar peta adalah menjiplak peta yang sudah ada. Dalam menggambar kita harus tetap memerhatikan skala. Berdasarkan skala itu itu kita bias menghitung jarak sesungguhnya.

  1. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kurikulum yang berlaku, IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang menuntut pembelajaran aktif dan kreatif. Namun demikian, dalam proses pembelajaran IPS sekarang ini keaktifan dan kreativitas  masih belum tercipta. Hal ini dikarenakan materi yang disajikan dalam setiap pokok bahasan terlalu banyak, rumit, dan menuntut siswa untuk memahami materi dalam waktu yang terlalu singkat untuk ukuran siswa SD. Hafalan menjadi alternatif yang digunakan oleh siswa untuk mengerti semua materi yang diberikan. Tetapi cara ini sangat kurang efektif bagi siswa, mengingat karakteristik siswa SD yang lebih cepat memahami sesuatu yang bersifat konkrit daripada hal-hal yang bersifat abstrak. Sehingga materi yang telah dihafalnya tidak akan bisa bertahan lama dan berdampak pada kurang paham dan kurang mengertinya siswa secara mendalam terhadap materi hafal yang hanya bersifat sementara.

Menyikapi masalah ini, seharusnya guru dengan berbagai keterampilannya memperbaharui cara belajar siswa yang kurang tepat. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru, misalnya dengan sering menggunakan metode baru yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Melalui penerapan metode problem based learning dalam pembelajaran IPS di kelas IV diharapkan siswa akan menjadi lebih aktif, kreatif, dan senang mengikuti pembelajaran  sehingga  dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

Dengan karakteristik siswa SD yang identik dengan belajar sambil bermain, maka metode ini sangat cocok jika diterapkan pada pembelajaran IPS khususnya di kelas IV, karena metode ini mengandung unsur imajinasi dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Metode ini menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil secara bersama-sama. Dengan gambaran pembelajaran seperti di atas, metode ini berpotensi membuat siswa belajar dengan hati senang. Selain itu, unsur praktek yang terkandung di dalam metode ini tentunya membuat pembelajaran menjadi menarik dan siswa tidak bosan mengikuti pembelajaran di kelas. Agar metode ini menjadi lebih efektif, maka penjelasan aturan praktek  perlu diberikan terlebih dahulu kepada siswa. Aktivitas yang dirancang dalam metode pembelajaran problem based learning memungkinkan siswa lebih aktif dalam belajar serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

  1. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat diajukan suatu hipotesis sebagai berikut: Melalui penerapan model problem based learning  ketrampilan proses IPS materi Membaca dan Menggambar peta Kelas IV SD Negeri Locondong Kabupaten Banyumas dapat meningkat.

  1. Metode Penelitian
  2. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi eksperimen) karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat di atur dan di kontrol secara ketat, dengan kata lain tidak mungkin memanipulasi secara variabel yang relevan. Desain penelitian ini adalah non equivalent post test only control group design, bertujuan untuk menyelidiki perbedan ketrrampilan proses IPS antra kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen akan di terapkan model pembelajaran proyek, sedangkan kelompok kontrol akan di terapkan model pembelajaran konvensional.

  1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

  1. Variabel dan Indikator penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel sebagai berikut

  1. Variabel bebas (inbdependen variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah ketrampilan proses IPS.

  1. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah pemahaman pembelajaran membaca dan menggambar.

  1. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan siswa SD Negeri Locondong besrta kepal sekolah, guru dan staff karyawan

  1. Subjek, waktudan tempat penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Locondong, waktu penelitiannya dalah bulan oktober 2016 di SD Negeri Locondong Kabupaten Banyumas.

  1. Populasi dan sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV sebagai kelas eksperimen, sedangkan sampel penelitian ini adalah kelas VI sebagai kelas kontrol di SD Negeri Locondong Kabupaten Banyumas.

  1. Teknik Pengumpulan Data
  2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,pengetahuan intelegensi. Kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrumen tes untuk mengukur kemampuan dari pencapaian belajar berbentuk hasil belajar IPS.

  • Uji validitas

Validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid atau sahih apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas tes dalam penelitian ini menurut Arikunto (2010: 213), adalah rumus Korelasi Product Moment, yakni sebagai berikut:

Rumus Korelasi Product Moment

Keterangan :

rxy           : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑X       : Jumlah skor masing-masing item

∑Y       : Jumlah skor total

N         : Jumlah sumbjek yang diteliti

∑X2       : Jumlah kuadrat nilai variabel X

∑Y2       : Jumlah kuadrat nilai variabel Y

Setelah diperoleh harga rxy  kemudian dikonsultasikan dengan nilai tabel r kritik product moment dengan taraf α = 5%, jika nilai rxy  >  rtabel  maka soal dikatakan valid dan soal yang tidak valid jika rxy  ≤rtabel.

  • Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Langkah-langkah uji reliabilitas dengan rumus Spearman-Brown (belah ganjil-genap).

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkan soal. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar kemampuan yang dimiliki.

  1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dalam penelitian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu observasi sistematis dan non sistematis. Observasi dilakukan dengan dua cara mengamati dan melakukan pencatatan hasil secara teliti dari gejala yang ada.

  1. Teknik Analisis data

Data hasil penelitian yang menyangkut penerapan pembelajaran problem based learning pada materi membaca dan menggambar dan ketrampilan proses (penguasaan konsep dan sikap terhadap lingkungan hidup)

  1. Sistematika penulisan

Peneliti menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: bagian awal terdiri dari halaman sampul depan dan daftar isi. Bagian utama terdiri dari Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II berisi landasan teori memuat kajian pustaka dan kerangka berfikir. Bab III berisi metode penelitian terdiri dari jenis-jenis penelitian, variabel dan indikator penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik pengumpulan data.

Daftar Pustaka

Asri Budiningsih, C. Dr. 2012. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT    Rineka       Cipta

Hosanan, M. Dr.  2014. Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam                 pembelajaran abad 21. Bogor: Ghalia indonesia.

Noname. Materi IPS SD Kelas 4 pembelajaran ips di sd http:://agustianharis.wordpress.com/2010/11/29/pembelajaran-ips-di-sekolah-dasar/.

Noname. Materi IPS SD Kelas 4 membaca dan menggambar peta deffisintya09pgsd.blogspot.com/2013/04/membaca-dan-menggambar-peta.html. Online. Diakses pada hari Sabtu, 15 Oktober 2016 pukul 13.01 WIB.

Rahardjo, dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sundawa, D. 2007. Pendidikan IPS di SD. Bandung: Upi Press.

Tri Wulandari Evi. 2015. Pengaruh Penerapan Problem Based Learning Terhadap Kemandirian Belajar Ipa Terhadap Kemandirian Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD Se-gugus III Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo. Skripsi Fakultas PGSD FKIP Universitas Negeri Yogyakarta.

Taufik Amir M. 2013. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Bassic Learning. Bandung: PT. Kencana Prenada Media Group.

Wahab, Abdul azis. 2012. Metode dan model-model mengajar.                                 Bandung: Alfabet

Alamat Bengkel Di Jakarta

Top of Form

Toyota AUTO 2000 Sunter

Motor vehicle, spare part and repair

Kategori:
Otomotif / Bengkel Mobil

Alamat:
Jl. Gaya Motor III No. 3, Sunter II
Jakarta Utara, Jakarta

Nomor Telepon:
(021) 6502000, 6512000

Nomor Fax:
(021) 6507916

Homepage URL:
http://www.toyota.co.id/

Peta:

Toyota AUTO 2000 Sunter
Jl. Gaya Motor III No. 3, Sunter II

Top of Form

Petunjuk Arah:

Bottom of Form

 

 

Top of Form

Bottom of Form

|  Pasang Iklan  |  Tentang Kami  |  Hubungi Kami   |  Sangkalan  |
© Alamatku 2011

 

 

 

 

Area | Peta | Iklan Baris | Info Diskon

Tambah Alamat | Login

Top of Form

Bottom of Form

<a href=’http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a131b357&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&#8217; target=’_blank’><img src=’http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=527&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a131b357&#8242; border=’0′ alt=” /></a>

Home » Direktori  » Astra International Daihatsu Sunter

Astra International Daihatsu Sunter

Motor vehicle, spare part and repair

Kategori:
Otomotif / Dealer Mobil

Alamat:
Jl. Yos Sudarso Kav. 24, Sunter
Jakarta Utara, Jakarta

Nomor Telepon:
(021) 6507000

Nomor Fax:
(021) 6507000

Homepage URL:
http://www.daihatsu.co.id/

Peta:

Astra International Daihatsu Sunter
Jl. Yos Sudarso Kav. 24, Sunter

Top of Form

Petunjuk Arah:

Bottom of Form

 

 

Top of Form

Bottom of Form

|  Pasang Iklan  |  Tentang Kami  |  Hubungi Kami   |  Sangkalan  |
© Alamatku 2011

 

 

 

 

Area | Peta | Iklan Baris | Info Diskon

Tambah Alamat | Login

Top of Form

Bottom of Form

<a href=’http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a131b357&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&#8217; target=’_blank’><img src=’http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=527&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a131b357&#8242; border=’0′ alt=” /></a>

Home » Direktori  » Suzuki Sunter

Suzuki Sunter

Kategori:
Otomotif / Dealer Motor

Alamat:
Jl. Danau Sunter Selatan, Kemayoran Jakarta Utara
Jakarta Utara, Jakarta

Nomor Telepon:
021-6520220

Peta:

Suzuki Sunter
Jl. Danau Sunter Selatan, Kemayoran Jakarta Utara

Top of Form

Petunjuk Arah:

Bottom of Form

 

 

Top of Form

Bottom of Form

|  Pasang Iklan  |  Tentang Kami  |  Hubungi Kami   |  Sangkalan  |
© Alamatku 2011

 

 

 

 

Terminal

>> Jumat, 26 Februari 2010

Terminal Angkot Tegalega
Jl. Astana Anyar
Phone:
Fax:
Bandung – Jawa Barat

Diposkan oleh TIM SUKSES di 02:36 0 komentar

Label: Terminal

Terminal

Terminal Angkota Benowo
Jl. Raya Benowo
Phone:
Fax:
Surabaya – Jawa Timur

Diposkan oleh TIM SUKSES di 02:36 0 komentar

Label: Terminal

ALAMAT PERUSAHAAN JAKARTA ( A 1 )

>> Selasa, 23 Februari 2010

ALAMAT PERUSAHAAN JAKARTA ( A 1 )
3M Indonesia Abrasives Division PT :: Abrasives
Jl Jend Sudirman Kav 25 Plaza DM Lt 4
JAKARTA 12920
021-5203401

3M Indonesia Commercial Care Division PT :: Cleaning Equipment
Jl Jend Sudirman Kav 25 Plaza DM Lt 4
JAKARTA 12920
021-5203401

3M Indonesia PT :: Advertising Commercial & Industrial

Jl Jend Sudirman Kav 25 Plaza DM Lt 4

JAKARTA 12920

021-5203401

3M Indonesia Tapes Adhesive Division PT :: Audio – Visual Equipment & Supplies

Jl Jend Sudirman Kav 25 Plaza DM Lt 4

JAKARTA 12920

021-5203401

3P Proyek PT :: Contractors – Building, General

Jl Tebet Utr Dalam 26 RT 010/01

JAKARTA 12820

021-8312653

4848 Irawan Sarpingi PT :: Freight – Forwarding

Jl Prapatan 34

JAKARTA 10410

021-3814488

555 Express PT :: Freight – Forwarding

Kompl Taman Permata Indah II Bl K/12-A

JAKARTA 14450

021-6681161

99 Jaya Utama PT :: Importers & Exporters

Jl Kapuk Kamal Raya 40 Ruko Mega Mal Pluit Bl M/10

JAKARTA 14460

021-5560922

99 PT :: Dressmakers (Woman) Supplies

Jl Kb Jeruk Raya 99 RT 002/09

JAKARTA 11530

021-5331245

99 Sakti PT :: Electronic Distributors

Jl Mangga Dua Raya Ruko Harco Mangga Dua Bl H/20

JAKARTA

021-6121262

A & D PT :: Telecommunication Shop

Jl Assyafiiyah 71 RT 001/03

JAKARTA 17145

021-84597395

A & K Door Indonesia PT :: Doors Product

Jl MH Thamrin 57 Permata Plaza Lt 11

JAKARTA 10350

021-3903361

A Adpro Ciptapratama :: Clothing – Manufacturers

Jl P Jayakarta XXIV 51

JAKARTA 10730

021-6247237

A Kasoem Optik :: Optical Goods – Retail

Jl Kebayoran Lama Raya 174-A

JAKARTA 12230

021-7248053

A Latief Corp PT :: Holding Companies

Jl Iskandarsyah II 2 Pasaraya Grande Lt 8

JAKARTA

021-7207201

A Nugroho Jaya Mandiri PT :: Transport – Cargo

Jl Mawar Merah I 11 RT 004/02

JAKARTA 13460

021-9166895

A Tham Cahaya Utama PT :: Tailors

Jl KH Zainul Arifin 86

JAKARTA 10130

021-6590828

A Van Kaick Indonesia PT :: Generators – Commercial & Industrial

Jl Raden Saleh 35

JAKARTA 10330

021-3102524

AA Club Indonesia PT :: Towing Services

Jl Jatinegara Tmr I B 10

JAKARTA 13350

021-8561024

AA Decoration PT :: Doors Product

Jl Tl Indah Bl S/47-48

JAKARTA 14450

021-6683076

AA Pro Sukses Mandiri Sentosa PT :: Tents

Jl Ciputat Raya 21

JAKARTA

021-7396470

AAA PT :: Freight – Forwarding

Jl Sunter Karya Utr II Bl G-7/1/9

JAKARTA 14350

021-6452442

AAD Pratama Karya PT :: Agency House Maid

Jl Kapuk Muara Kompl Duta Harapan Indah Bl OO/9-11

JAKARTA 14460

021-6682765

AAJ Batavia PT :: Financing Consultants

Jl Jend Sudirman Kav 59 Plaza ABDA Lt 10-11

JAKARTA

021-51401340

Aalborg Industries PT :: Boilers Manufacturers

Jl Rawa Sumur II Bl 3 Kav CC 6 & 7 Kawasan Industri Pulogadung

JAKARTA 13930

021-4610569

AAPC Indonesia PT :: Hotel Reservation Service

Jl Jend Sudirman Kav 1 Wisma 46 Kota BNI Lt 14

JAKARTA 10220

021-5744414

AAPC Indonesia-Accor PT :: Others

Jl Hayam Wuruk 3-B

JAKARTA 11180

021-6242944

Aardwolf Pestkare Indonesia PT :: Pest Control

Jl Panjang Arteri Kedoya 26 Kompl Citta Graha 2 E

JAKARTA 11520

021-5820098

Aarti Jaya PT :: Mini Market, Moslem

Jl Dr Saharjo 96-A

JAKARTA 12960

021-8305677

AB Pratama Andira PT :: Contractors – General

Jl Kalibata Raya Bl CD/11-12

JAKARTA

021-79181022

AB Sinarmas Multifinance PT :: Leasing Services

Jl MH Thamrin Kav 22/51 Plaza BII Menara III Lt 11

JAKARTA 10350

021-3925660

Aba Gratiya PT :: Toys

Jl Pos Pengumben 39-E

JAKARTA

021-5847923

ABA Mifsu Finance PT :: Leasing Services

Jl Ciliwung 120 RT 011/06

JAKARTA 13640

021-8002427

Aba Sarana Lestari PT :: Computers Hardware

Jl Kaji 17 E RT 002/08

JAKARTA 10130

021-6311103

Ababil Utama PT :: Travel Agencies & Bureaus

Rukan Permata Senayan Bl E/9

JAKARTA

021-57941266

Abacon Graha Jasaco PT :: Pest Control

Jl Cempaka 69

JAKARTA 11530

021-5492317

Abacus Bhineka Citra PT :: Laboratories

Jl Perjuangan Raya 1 Rukan Graha Mas Bl C/18

JAKARTA 11530

021-5481608

Abacus Distribution Systems Indonesia PT :: Computer Systems & Equipment

Jl Mampang Prapatan Raya 93

JAKARTA 12790

021-27535399

Abad 21 PT :: Travel Agencies & Bureaus

Jl Perserikatan 4-C

JAKARTA 13220

021-4757552

Abad Baru Jaya Sentosa PT :: Shoes – Retail

Jl Pluit Kencana 52-56

JAKARTA 14450

021-6690705

Abad Elmekonindo Prima PT :: Electric Equipment

Jl Letjen TB Simatupang 17

JAKARTA 12560

021-78832250

Abad Florindo PT :: Others

Jl Ampera Raya 9-A

JAKARTA

021-78843342

Abad Perdana Kapital Pentura PT :: Financial Institution

Jl Melawai XI 55

JAKARTA 12160

021-7399522

Abadi Agramulia Metal PT :: Warehouse – Public

Jl Cakung Cilincing Raya Km 3,7

JAKARTA 13910

021-4617507

Abadi Agung Utama PT :: Property Management

Jl Jend Sudirman Kav 52-53 Jakarta Stock Exchange Bldg Tower II L

JAKARTA

021-5150188

Abadi Agung Wibawa PT :: Contractors – Building, General

Jl KH Moch Mansyur 11-A

JAKARTA 10140

021-6317271

Abadi Aksara PT :: Packaging Service

Jl Bekasi Raya Km 21

JAKARTA 14250

021-4609265

Abadi Anugrah Tunggal PT :: Telecommunication Shop

Jl Caringin Utr 32 RT 015/10

JAKARTA 12430

021-75913091

Abadi Bahagia Citra PT (ABC PT) :: Stationery – Supplies

Jl Tiang Bendera Slt 18

JAKARTA 11230

021-6924495

Abadi Barindo Autotech PT :: Motorcar Seat Covers, Top & Upholstery

Jl Rawa Bali I Kawasan Industri Pulogadung 6

JAKARTA 13930

021-4600825

Abadi Berkat Perkasa PT :: Medical Equipment & Supplies

Jl Karang Anyar 55 Kompl Karang Anyar Permai Bl B/14-16

JAKARTA 10740

021-6595181

Abadi Bor Artesis PT :: Drilling Contractors

Jl Kubis II 29

JAKARTA 12140

021-7248961

Abadi Cahaya Prima PT :: Trading Companies

Jl Tawakal XI 1-A

JAKARTA 11440

021-5671693

Abadi Caravindo Wisata PT :: Travel Bureaus

Jl Stasiun Senen 18-G

JAKARTA 10410

021-4219659

Abadi Daya Inti Megah PT :: Ceramics Equipment & Supplies

Jl Baru Bl A/2

JAKARTA 14350

021-6407039

Abadi Genteng Jatiwangi PT :: Building Materials

Jl By Pass Jend A Yani 9

JAKARTA 13120

021-8505659

Abadi Guna Papan PT :: Real Estate

Jl Mega Kuningan Lot 8.6 – 8.7 Menara Anugrah Lt 28

JAKARTA 12950

021-57905544

Abadi Indorona PT :: Interior Decorators & Designers

Jl Meruya Ilir 14 Intercon Plaza Bl E/9

JAKARTA 11630

021-5306612

Abadi Jaya Cemerlang PT :: Others

Bandara Internasional Soekarno Hatta Terminal F Kedatangan

JAKARTA

021-55911968

Abadi Jaya Mobilindo PT :: Motorcar Dealers – New Cars

Jl Batu Tulis Raya 15

JAKARTA 10120

021-3862062

Abadi Jaya PT :: Credit Card & Other Credit Plans

Jl Mampang Prapatan Raya 28 Ged Fuyinto

JAKARTA 12790

021-79191269

Abadi Kartika Makmur PT :: Engineering Contractors

Jl Sunter Hijau Raya Bl T-2/4

JAKARTA 14350

021-6508945

Abadi Karyasakti Murni PT :: Telecommunication Shop

Jl Lontar 5 JAKARTA

021-8308596

Abadi Kimia Internusa PT :: Chemicals

Jl Galur Jaya 3

JAKARTA 10250

021-4215663

Abadi Kokoh Insani PT :: Oils – Lubricating

Jl Cipinang Muara II 30-A

JAKARTA 13420

021-8615835

Abadi Kuasa Karya PT :: Drilling Equipment & Supplies

Jl Cisanggiri IV 11

JAKARTA 12170 021-72790753

Abadi Kurnia Adipratama PT :: Telecommunication Shop

Jl Tirta Raya Bl F/11

JAKARTA 17421

021-8467096

Abadi Kurnia Murni PT :: Office Supplies

Jl Abdul Muis 34

JAKARTA 10160

021-3856889

Abadi Lancar PT :: Powder Coating

Jl Kayu Putih Tgh II 7 RT 011/07

JAKARTA

021-4710951

Abadi Makmur PT :: Freight – Forwarding

Kompl Sunter Garden Bl B-7/6-E

JAKARTA 14350

021-65306817

Abadi Mandiri Jaya PT :: Telecommunication Shop

Jl Karya Brt III 3 RT 010/03

JAKARTA 11460

021-5680450

Abadi Mitra Andhika PT :: Freight – Forwarding

Jl Indo Karya Brt Bl D/4

JAKARTA 14340

021-6512117

Abadi Mukti Guna Lestari PT :: Real Estate Developers

Jl Letjen Suprapto Rukan Graha Cempaka Mas Bl A-11/28-29

JAKARTA 10640

021-4264450

Abadi Mulia Loka PT :: Telecommunication Shop

Jl Bekasi Tmr IX 15-A RT 009/03

JAKARTA 13350

021-8568797

Abadi Nusa Citarasa PT :: Food Products

Jl Pluit Mas Raya Bl BB/3-4

JAKARTA 14450

021-6670185

Abadi Optik :: Optical Goods – Retail

Jl Mangga Besar Raya 102

JAKARTA 10740 , 021-6390337

Abadi Proteksindo Artha PT :: Insurance

Jl Jend Sudirman Kav 75 Wisma Bumiputera Room 1802 Lt 18

JAKARTA 12910

021-5276855

Abadi Proteksindo Artha PT :: Insurance

Jl Jend Sudirman Kav 24 Wisma Tamara Ruang 828 Lt 8

JAKARTA 12920

021-5206700

Abadi PT :: Travel Bureaus

Jl Pulo Kamboja 40

JAKARTA 12210

021-5330595

Abadi PT :: Printers

Jl Salemba Tgh 19

JAKARTA 10440

021-3918047

Abadi Putra Pelangi PT :: Contractors – Building, General

Jl Tamansari X 48

JAKARTA 11150

021-6390991

Abadi Rama Lestari PT :: Contractors – General

Jl Asem Baris Raya 42 & 44

JAKARTA 12830

021-8302380

Abadi Ria Djaya PT :: Theatres

Jl KH Samanhudi 11-A

JAKARTA 10710

021-3846465

Abadi Sakti Timber PT :: Timber – Retail

Kawasan Berikat Nusantara Marunda Kav 5-6 Bl II-A

JAKARTA 14150

021-4405401

Abadi Salim PT :: Plastics – Raw Materials – Powders, Liquids, Resins, Etc

Jl Keagungan 45-A

JAKARTA 11130

021-6307335

Abadi Sarana Nusa PT :: Heavy Equipment & Supplies

Jl Pelepah Kuning I Bl WD-I/16

JAKARTA 14240

021-45846979

Abadi Sekawan Murni PT :: Laboratories – Analytical

Kompl Green Ville Bl AX/35

JAKARTA 11510

021-5605337

Abadi Sekuritas Adimasa PT :: Stock Exchanges

Jl KH Samanhudi 51

JAKARTA 10710

021-3811314

Abadi Sinar Gemilang PT :: Courier Service

Jl Jend Sudirman 32 Wisma Dharmala Sakti Lt M1

JAKARTA

021-2510683

Abadi Surya Perkasa PT :: Machinery

Jl Kom L Yos Sudarso I 11 E-F

JAKARTA 14320

021-4359436

Abadi Wira Praja PT :: Employment Agencies

Jl Raya Kalibata Indah Bl K/15

JAKARTA

021-7993330

Abadijaya Makmur Sentosa PT :: Antennas Wholesale

Jl Cideng Brt 31-AA

JAKARTA 10150

021-6321946

Abadinusa Usahasemesta PT :: Laboratory Equipment

Jl Raden Saleh 45 G

JAKARTA 10330

021-3101825

Abadiprima Interbuana PT :: Motorcar Accessories

Jl S Wiryopranoto 4-B

JAKARTA

021-3868343

Abaditama Mitra Nusa PT :: Others

Jl Jend Sudirman Kav 60 Menara Sudirman Lt 10

JAKARTA 12190

021-25529173

Abadymega Cipta Sentosa PT :: Others

Jl HR Rasuna Said Kav B/34

JAKARTA 12950

021-5269968

Abal Putra Mandiri PT :: Employment Agencies

Jl Batu Ampar 45-B

JAKARTA

021-80887250

Abaqus Citra Engineering PT :: Contractors – Engineering, General

Jl Kapuk Pulo 2 RT 007/10

JAKARTA 11720

021-6193213

ABB Installation Materials PT :: Electric Supplies – Manufacturers

Jl Danau Sunter Slt Kav 41-42 Bl O-III

JAKARTA 14350

021-6510504

ABB Sakti Industri PT :: Electrical Equipment & Supplies

Jl Danau Agung I Bl A/4/14-15

JAKARTA 14350

021-6516910

ABB Sakti Industri PT Div Turbocharger :: Turbochargers

Jl Danau Agung I Bl A-4/14-15

JAKARTA 14350

021-6506677

Abba Gratia PT :: Toys

Kompl Taman Alfa Indah Bl A-13/4

JAKARTA 11640

021-5843262

Abbott Indonesia PT :: Laboratory Equipment & Supplies

Jl Jend Gatot Subroto 38 Menara Jamsostek Lt 23

JAKARTA 12710

021-52961529

Abbott Indonesia PT Diagnostics Division :: Laboratory Equipment & Supplies

Jl Jend Gatot Subroto 38 Menara Jamsostek Lt 23

JAKARTA 12710

021-52961529

Abbott Indonesia PT Division Nutrition :: Pharmaceutical Distributors

Jl Jend Gatot Subroto 38 Menara Jamsostek Lt 23

JAKARTA 12710

021-52961529

ABC Asia PT :: Printers

Jl Raya Cilincing 12-A

JAKARTA 14430

021-43932626

ABC Future Indonesia PT :: Coffee Distributors

Jl HR Rasuna Said Kav 1 Menara Imperium/Suite C Lt 17

JAKARTA 12980

021-8282888

ABC Hardware Industry PT :: Electric Equipment

Jl Ternate 21-H

JAKARTA 10150

021-6326740

ABC President Indonesia PT :: Noodles

Jl Boulevard Artha Gading Rukan Artha Gading Niaga Bl A/32-34

JAKARTA 11210

021-4535678

ABC Tehnik PT :: Hardware Manufacturers

Jl P Jayakarta 141 Bl 2-D/17-18

JAKARTA 10730

021-6597317

Abcomtama Sartikajaya PT :: Telecommunication Shop

Jl Prof Dr Latumenten 23

JAKARTA 11330

021-6348700

Abdi Adhipati PT :: Water Skiing Equipment

Jl Kom L Yos Sudarso Kav 89 Wisma Mitra Sunter/Room 5 Lt 7

JAKARTA 14350

021-6515770

Abdi Agung Patria Utama PT :: Contractors – Building, General

Jl Jend A Yani 41 RT 004/04

JAKARTA 13120

021-8563336

Abdi Bangsa PT Tbk :: Multimedia Production-Commercial

Jl Gajah Mada 96-97

JAKARTA

021-63868348

Abdi Bara Baja PT :: Drilling Equipment & Supplies

Jl RS Fatmawati 39 Ruko Duta Mas Fatmawati Bl D-1/17

JAKARTA 12150

021-72794128

Abdi Bayumurni Abadi PT :: Filters – Air & Gas – Commercial & Industrial

Jl Peta Utr III 48-A

JAKARTA 11830

021-54373592

Abdi Bela Persada PT :: Employment Agencies

Jl Batu Ampar III 19 RT 014/03

JAKARTA 13520

021-8000440

Abdi Bersama Group PT :: Stationery – Supplies

Jl Dr Setiabudi VIII 24

JAKARTA 12910

021-5227732

Abdi Cipta Mandiri Mobilindo PT :: Motorcar Dealers – New Cars

Jl Otto Iskandardinata III 30-B

JAKARTA

021-8571011

Abdi Darma PT :: Food Products Distributor

Jl Pulo Nangka Tmr II 14

JAKARTA 13260

021-4700008

Abdi Daya Inti Megah PT :: Others

Jl Sunter Permai Raya Bl A/2

JAKARTA 14350

021-6414640

Abdi Gading Kencana PT :: Taxicabs

Jl Pegangsaan Dua Km 1/23

JAKARTA 14250

021-4613221

Abdi Kemas Dirgantara PT :: Air Cargo Service

Bandara Internasional Soekarno Hatta Termianl Yunex Karco/501 Lt

JAKARTA 15126

021-5590185

Abdi Makmur Langgeng PT :: Others

Jl Vikamas II G-7/10

JAKARTA 14460

021-5440817

Abdi Metal PT :: Electronic Components

Jl Agung Tmr XII Bl N-3/11-12

JAKARTA 14350

021-6511711

Abdi Nusa Intestindo PT :: Investment Manager

Ruko Mediterania Bl F-8/C&D

JAKARTA

021-5881444

Abdi Nusa Jasalindo PT :: Freight – Forwarding

Jl Jati Baru Raya 28 Ged Lisaco 205 Lt II

JAKARTA 10160

021-3452925

Abdi Nusa PT :: Telecommunication Shop

Jl Tj Duren Tmr III 5 RT 18/05

JAKARTA 11470

021-56965590

Abdi Persada PT :: Laboratory Equipment

Jl Jatibening II Raya 13

JAKARTA 17412

021-86904825

Abdi Raharja PT :: Motorcycles Dealers – New Motors

Jl Pemuda 66

JAKARTA 13220

021-47860250

Abdi Redjo Lestari PT :: Mechanical & Electrical Contractor

Jl H Pekir II 24 RT 007/06

JAKARTA 12210

021-5492541

Abdi Sarana Nusa PT :: Heavy Equipment & Supplies

Jl Bukit Gading Raya Kompl Bukit Gading Indah Bl N/16

JAKARTA 14240

021-45852345

Abdi Sejahtera PT :: Air Compressors Supplies

Jl Pemuda 66 Ged Jasindo Lt Dasar

JAKARTA 13220

021-4722161

Abdi Tama Mitra PT :: Information Technology

Jl Letjen Haryono MT Kav 16 Wisma Millenia Lt 1 & 2

JAKARTA 12820

021-8310206

Abdi Teknologi Informasi PT :: Information Technology

Jl Tj Duren Brt I 27

JAKARTA 11470

021-5609604

Abdi Ummat Wisata International PT :: Travel Bureaus

Jl Raya Pd Gede 50 RT 002/01

JAKARTA

021-84970823

Abdi Waluyo Mitra Sejahtera PT :: Insurance

Jl Raden Saleh 4 Ged Dinar Lt 4

JAKARTA 10330

021-3146510

Abdi Wira Praja PT :: Others

Kompl Kalibata Indah Bl K/15

JAKARTA

021-7973567

Abdibangun Buana PT :: Electric Equipment

Jl Cikini Raya 95 Ged CCM II Lt 7

JAKARTA 10330

021-3149115

Abdikarsa Teguhbuana PT :: Air Motors

Jl Kayu Jati Raya 1

JAKARTA 13220

021-4706629

Abdil Murni PT :: Building Materials – Manufacturers

Jl Jend A Yani 114

JAKARTA 13120

021-8562234

Abdillah Putra Tamala PT :: Employment Agencies

Jl Gardu Kober 3

JAKARTA

021-8014442

Abdimetal Prakarsa PT :: Metal Powders

Jl Radar Auri Gg Swadaya III 47

JAKARTA 16953

021-8732422

Abdinusa Swadarma PT :: Carpet & Rug Dealers – New

Jl Warung Buncit Ujung 12

JAKARTA 12540

021-7892202

Abditama Mitra Tunggal PT :: Drilling Equipment & Supplies

Jl Jend Sudirman Kav 60 Menara Sudirman Lot B Lt 10

JAKARTA 12190

021-5213080

Abdul Groquatic Indonesia PT :: Others

Jl Buncit Raya 16-A RT 002/11

JAKARTA

021-7823062

Abeer Chrisna Indomar PT :: Others

Jl Industri I 1

JAKARTA 14310

021-4367976

Abelindo Jaya Samudra PT :: Electronic Distributors

Jl Sungai Bambu 9

JAKARTA 14330

021-43935087

Abetama Sempurna PT :: Lamps – Manufacturers

Jl Raya Meruya Ilir Kompl Taman Kebon Jeruk Intercon Bl AA VI/1-3

JAKARTA 11630

021-5864888

ABF Indonesia PT :: Courier Service

Jl Prof Dr Supomo SH 143

JAKARTA 12810

021-8299227

Abharina Usaha Mulia PT :: Real Estate Developers

Jl Sungai Gerong 8-10

JAKARTA 10230

021-3901143

Abhimata Citra Abadi PT :: Telecommunication Equipment

Jl KH Mas Mansyur Kav 126 Menara Batavia Lt 24

JAKARTA 10230

021-57930304

| Business Profile |

Close

Abhimata Manunggal PT :: Laboratory Equipment & Supplies

Jl Perniagaan Tmr 27

JAKARTA 11220

021-6912049

Abhimata Panca Perkasa PT :: Dental Equipment & Supplies

Jl Perniagaan Tmr 27

JAKARTA 11230

021-6911423

Abhimata Persada PT :: Computer Software

Jl Gn Sahari Raya Bl B/10-12/1

JAKARTA 10720

021-6250080

| Business Profile |

Close

Abhipraya Dibyaguna PT :: Ceramic Products – Decorative

Jl H Zaini 48 RT 001/02

JAKARTA 12410

021-7503296

Abhitech Matra Indah PT :: Consultant Services

Jl Sunter Karya Utr Ruko Sunter Agung Podomoro Bl G-6/40-41

JAKARTA 14350

021-6400904

Abi PersadaTechnikatama PT :: Mechanical & Electrical Contractor

Jl Cipinang Cempedak II 14-C

JAKARTA 13340

021-8191794

Abicomas Minatama PT :: Exporters

Jl Muara Baru Ujung Dermaga Tmr LCT/17

JAKARTA 14440

021-6694981

Abijaya Daya Selaras PT :: Publisher – Newspaper

Jl Manggis Bl D/1-D

JAKARTA

021-6269233

Abijaya Tehnikatama PT :: Electric Contractors

Jl Kemanggisan Utama Raya Bl C/94

JAKARTA 11480

021-53673892

Abira Advertising PT :: Advertising – Agencies

Jl Ciniru VII 19 RT 005/03

JAKARTA 12180

021-7208229

Abirama Bersaudara PT :: Telecommunication Shop

Jl Al Husnah 43 RT 001/01

JAKARTA 17421

021-84978440

Abiytio Putra Perkasa PT :: Telecommunication Shop

Jl Skip 9 RT 009/07

JAKARTA 13120

021-8501092

Abiyyi Adil Sejahtera PT :: Advertising – Agencies

Jl Ciniru VII 19

JAKARTA 12180

021-7265003

ABN Amro Asia Securities Indonesia PT :: Stock Exchanges

Jl Jend Sudirman Kav 52-53 Jakarta Stock Exchange Bldg Tower I Lt

JAKARTA 12190

021-5156000

ABN Amro Finance Indonesia PT :: Leasing Services

Jl Jend Sudirman Kav 52-53 Jakarta Stock Exchange Bldg Tower II L

JAKARTA 12190

021-5156633

ABN Amro Manajemen Investasi PT :: Investment Advisory Service

Jl Jend Sudirman Kav 52-53 Ged Bursa Efek Jakarta Tower II Lt 10

JAKARTA 12190

021-5156000

| Business Profile |

Close

Abot Deli PT :: Garments

Jl Hidup Baru 40

JAKARTA 12140

021-7248313

| Display Ad |

Close

Abrasive Material Prima PT :: Abrasives

Jl Melawai IX 6 Ged Graha Wijaya Lt 3

JAKARTA 12160

021-7394624

ABS Indonesia Industri PT :: Chemicals

Jl Jend Sudirman Kav 45-46 Sudirman Square Tower A 14th Fl

JAKARTA 12930

021-5772314

ABS Teknologi Indonesia PT :: Water Filter Treatment Materials & Supliers

Jl RS Fatmawati 5

JAKARTA 12150

021-7211333

Absis Plus Ordinat Design PT :: Printers

Jl Kayu Jati Raya 3 A

JAKARTA 13220

021-47866437

Absolut Ciptaselaras PT :: Consultant Services

Jl Kalibata Utr 1

JAKARTA 12740

021-7940479

Absolut PT :: Printing Services

Jl Tj Duren Brt VI 8 RT 006/07

JAKARTA 11470

021-5638827

Absolute Impact Indonesia PT :: Advertising – Outdoor

Jl Letjen Suprapto 30

JAKARTA 10510

021-42882229

Absolute Inti Prima PT :: Others

Jl Indo Karya I Bl A/1-A

JAKARTA

021-65835913

Absolute Service PT :: Others

Jl Dukuh III 8-C RT 002/02

JAKARTA 13550

021-87784314

Abtekindo Primalestari PT :: Air Conditioning Retail

Jl Otto Iskandardinata Raya 7

JAKARTA 13310

021-8197000

Abu Chairi Harun Dr SpTHT :: Medical Practitioners – Otorminolaryngology

Jl Dr Saharjo 98

JAKARTA 12810

021-8297462

Abu Nimah Sejahtera Utama PT :: Employment Agencies

Jl Cipinang Cempedak IV 9-B

JAKARTA

021-8520055

Abuhasdha & Co Ltd PT :: Heavy Equipment & Parts

Jl Kyai Caringin 14-B

JAKARTA 10150

021-63863012

Abukurtu Komunikatama PT :: Telecommunication Shop

Jl Cempaka Sari III 10 RT 013/08

JAKARTA 10640

021-42882125

Abul Pratamajaya PT :: Employment Agencies

Jl Tebet Tmr Dalam Raya 149

JAKARTA 12820

021-8304147

Abumas Albindo PT :: Oil & Gas Industries – Consultants

Jl Buncit Raya Pulo 8

JAKARTA 12740

021-7971025

Abung Kuala Permata PT :: Consultant Services

Jl Buncit Raya Pulo 8

JAKARTA 12790

021-7971025

Abutra Perkasa PT :: Contractors – General

Jl Al Barkah 23

JAKARTA 12860

021-83791187

ABX Tabitha Logistics PT :: Freight – Forwarding

Bandara Internasional Soekarno Hatta Tmn Niaga Soewarna Bl AL/3

JAKARTA 15125

021-5590811

AC Motor PT :: Motorcycles Dealers – New Motors

Jl Petojo Brt VIII 35

JAKARTA 10140

021-6310377

AC Steel PT :: Steel Construction

Jl Pluit Sakti VII 34

JAKARTA 14450 021-6693727

ACA Asuransi PT :: Insurance

Jl HR Rasuna Said Kav C/7-9 Wisma Tugu Lt 4

JAKARTA021-3926788

Academia PT :: Event Organizer

Jl Kb Sirih 17-19 Menara Kebon Sirih Lt 4

JAKARTA 021-39837063

Acanthus Indonesia Raya PT :: Furniture Dealers – New

Jl Gilisampeng 7

JAKARTA 11530

021-5480850

ACC Grafika Raya PT :: Printing Services

Jl P Jayakarta VII Kompl Kota Indah Bl B/16-17

JAKARTA 11110

021-6598635

Acc Jos PT :: Luggage – Wholesale & Manufacturers

Jl Pakis Raya 52

JAKARTA 11740

021-5810665

ACC PT :: Calendars

Jl Mangga Dua Bl B/2-E

JAKARTA

021-6598540

ACC Sarana Prima PT :: Contractors – General

Jl P Jayakarta 26

JAKARTA 10730

021-3250804

Accasia Engineering Inc PT :: Construction Management

Jl Proklamasi 94-A

JAKARTA 10320

021-3904093

Accel Asriutama PT :: Engineers – Environmental

Jl Pintu Besar Slt 82-O

JAKARTA 11110

021-6245512

Accel Asriutama PT Div Filter :: Filters – Air & Gas – Commercial & Industrial

Jl Pintu Besar Slt 82-O

JAKARTA 11110

021-6006427

Accel Mitra Solusi PT :: Computer – Distributor

Ruko Taman Meruya Ilir Bl E-8/26 C

JAKARTA 11620

021-5863710

Accent Jaya Indonesia PT :: Employment Agencies

Jl Walang Tmr 33-34 Wisma Pelaut Internasional

JAKARTA 14260

021-43903120

Accenta Prosmatindo PT :: Others

Jl Jend Gatot Subroto Kav 32-34 Patra Office Tower Lt8 Ruang 807B

JAKARTA 021-52900620

Accenture PT :: Management Consultants

Jl Jend Sudirman Kav 1 Wisma 46 Kota BNI 18th Fl

JAKARTA 10220

021-5746575

Access Data PT :: Others

Jl Perdatam Raya 25 RT 008/08

JAKARTA 12770

021-79196262

Accette Broker PT :: Insurance Brokers

Jl Jend Sudirman Kav 28 Mayapada Tower Lt 18

JAKARTA 12920

021-5225520

Accord Custumer Care Solutions PT :: Others

Jl KH Hasyim Ashari 125 ITC Roxy Mas Bl E-1/4

JAKARTA 10150

021-6315361

Accord Logistics Indonesia PT :: Freight – Forwarding

Jl Kom L Yos Sudarso Kav 88 Graha Kirana Ruang 701 Lt 7

JAKARTA 14350

021-65311202

| Business Profile |

Accord PT :: Real Estate Developers

Hotel Ibis

JAKARTA 10730

021-6259321

Accorindo Internusa PT :: Others

Jl Kom L Yos Sudarso Kav 88 Graha Kirana Lt 7

JAKARTA 14350

021-65311135

Accton Indonesia PT :: Computer Total Solution

Jl Panjang 7-9 Kedoya Elok Plaza Bl DA/6

JAKARTA 11520

021-5811614

| Business Profile

Accupunto Internasional PT :: Furniture Manufacturers

Jl Jembatan Baru 36

JAKARTA 14410

021-6196870

Ace Development PT :: Contractors – General

Jl Letjen Haryono MT Kav 62 Wisma Korindo Lt 5

JAKARTA 12780

021-79182330

Ace Hardware Indonesia PT :: Hardware – Retail

Jl Puri Kencana 1 Ged Kawan Lama Lt 5 & 6

JAKARTA 11610

021-5822222

| Business Profile |

Ace Ina Insurance PT :: Insurance

Jl Jend Sudirman Kav 29-31 World Trade Center Lt 13

JAKARTA 12920

021-52998200

| Business Profile |

Ace Oldfields PT :: Brushes Equipment & Supplies

Jl Sunter Permai Raya Bl A-1/1-4 Ged Mitramas Lt 5

JAKARTA 14350

021-6408765

Ace Prodata Cipta Kencana PT :: Information Technology

Jl P Jayakarta 129 Bl D/48

JAKARTA

021-6267551

Ace Security Laminate Indonesia PT :: Glassine Product

Jl Merpati Bl B/26

JAKARTA

021-6540524

Acece Sarana Prima PT :: Contractors – General

Jl P Jayakarta 26 Bl A/17

JAKARTA 10730

021-6291111

Aceguard Safety And Security PT :: Security Control Equipment & Supplies

Jl Prapatan 30-G

JAKARTA 10410

021-3522258

Aceh Beton PT :: Concrete Products

Jl Balikpapan Raya 3-3 A Lt 3

JAKARTA

021-3849646

Aceh Gramedia Grafika PT :: Advertising – Newspaper

Jl Kebahagiaan 4-14 Ged Perintis

JAKARTA 11140

021-2601555

Acemark PT :: Lawyers Patent For Consumer

Jl Cikini Raya 58-G-H

JAKARTA 10330

021-3140017

| Business Profile |

Acer Indonesia PT :: Computers Personal – Dealer

Jl Jend Sudirman Kav 1 Wisma 46 Kota BNI Suite 1508 Lt 15

JAKARTA 10220

021-5702226

| Business Profile |

Acerindo Wisesa PT :: Computer Equipment

Jl AM Sangaji 27 A/5

JAKARTA 10130

021-6349133

Acez Instrument Pte Ltd :: Measuring Device

Jl Sultan Iskandar Muda Kav V-TA Wisma Pondok Indah/Suite 08-09 L

JAKARTA 12310

021-75901806

| Business Profile |

Achieve Global Indonesia PT :: Training, Services

Jl Denpasar Raya Kav 8 Ged Graha Paramita Unit E Lt 11

JAKARTA 12940

021-2522283

| Business Profile |

Achieveglobal Indonesia PT :: Management Consultants

Jl Jend Gatot Subroto Kav 35-36 Ged Citra Graha Lt 17

JAKARTA 12950

021-5224451

| Business Profile |

Close

Achita Jaya PT :: Interior Decorators & Designers

Jl Indraloka Raya 20

JAKARTA 11460

021-5660878

Aci Abadi Cipta Insani PT :: Telecommunication Shop

Jl Tj Duren 686

JAKARTA 11470

021-5662589

ACI Global Niaga PT :: Management Consultants

Jl Jend Sudirman 28 Wisma GKBI Suite 1201 Lt 12

JAKARTA 10210

021-5741124

ACI Korindo Express PT :: Courier Service

Jl Tebet Brt Dlm IX 25

JAKARTA

021-8316874

Aci Sport PT :: Telecommunication Shop

Jl Tj Duren Raya Kav 686

JAKARTA 11470

021-5637522

Acie Prima Sentosa PT :: Delivery Service

Jl Kedoya Agave Raya Perk Tomang Tol Bl A-1/7

JAKARTA 11520

021-58301845

Acinti Prima PT :: Beverages – Manufacturers

Jl Pengantin Ali 40

JAKARTA 13740

021-87712335

Acis Ekamula Sucakti PT :: Scales

Jl Pluit Raya 200 Bl I/8-A RT 016/08

JAKARTA 14450

021-6618358

Ackira Engineering PT :: Engineering Construction

Jl Pahlawan Revolusi Raya Kav 1 Ruko Pondok Bambu 8-A 2nd Fl

JAKARTA 13430

021-86604012

ACM Interior PT :: Designers & Consultant

Jl Kb Kacang Grand Indonesia Shopping Town Sky Bridge/2-3 Lt FD

JAKARTA 10230

021-23580068

ACME Group PT :: Estates

Jl Hayam Wuruk 4-BD

JAKARTA 10120

021-3524271

ACME Jakarta Enterprise PT :: Agriculture

Jl Hayam Wuruk 4-BD

JAKARTA 10120

021-3517928

Acnielsen Indonesia PT :: Marketing Consultants

Jl Jend Sudirman Kav 28 Mayapada Tower Lt 15 & 17

JAKARTA 12920

021-5212200

| Business Profile |

Acorn Konsultan PT :: Marketing Consultants

Jl HR Rasuna Said Kav 1 Menara Imperium Suite D Lt 16

JAKARTA 12980

021-8317318

| Business Profile | Display Ad |

Acro Inti Indonesia PT :: Trading Companies

Jl Boulevard Gading Raya Ruko Villa Gading Indah Bl A-1/3

JAKARTA 14240

021-45850023

Acro Wisata PT :: Others

Jl Prapatan 32

JAKARTA 10410

021-2314539

Acroe Indonesia PT :: Office Furniture & Equipment

Jl KH Hasyim Ashari Pus Niaga Roxy Mas Bl C-3/5

JAKARTA 10130

021-6331072

| Display Ad |

Acryl Textile Mills PT :: Textile Manufacturers

Jl Jend Sudirman Kav 61-62 Ged Summitmas II Lt 3

JAKARTA 12190

021-5201227

Acrylic Sign Material PT :: Others

Jl Jembatan Tiga 36-EA

JAKARTA

021-6611181

Acset Indonusa PT :: Contractors – General

Jl Jatibaru Raya 28 Ged Lisaco Lt 1 Rm 109

JAKARTA 10160

021-3519991

| Display Ad |

Acsetama Intan Indonesia PT :: Electric Contractors

Jl Ir H Juanda 5-A Ciputat Mas Plaza Kav F Bl E

JAKARTA 15411

021-9107737

Actavis Indonesia PT :: Pharmaceutical Products

Jl Raya Bogor Km 28

JAKARTA 13710

021-8710311

Activate Media Nusantara PT :: Advertising – Agencies

Jl Angkasa 55

JAKARTA 11180

021-6284545

Active Decorindah PT :: Contractors – Building, General

Jl Tmn Permata Indah I 66 RT 001/07

JAKARTA 14450

021-6628820

Active Lifestyle Indonesia PT :: Sporting Goods – Dealers

Jl Batu Tulis Raya 8-A

JAKARTA 10120

021-3805574

| Business Profile |

Close

Activindo System Informatika PT :: Information Technology

Jl Prof Dr Satrio Mal Ambasador 10-A Lt 5

JAKARTA 12940

021-5763380

| Business Profile |

Actlink Marine Transport PT :: Importers & Exporters

Wisma Mitra Sunter 12 Lt 01

JAKARTA 14350

021-6501678

Acton Raya Industries PT :: Plastics – Products

Jl Pembangunan I 3 Bumiraya Bldg Lt 3

JAKARTA

021-6333803

Actual International PT :: Others

Jl HR Rasuna Said Kav X-2/4 Century Tower

JAKARTA 12950

021-2523102

Actual Kencana Appraisal PT :: Appraisers

Jl Hayam Wuruk 1 RL & 2 E

JAKARTA 10120

021-3456783

| Business Profile |

Close

Actual Kencana Apprasail Div Survey & Mapping PT :: Maps Publisher & Cartographer

Jl Hayam Wuruk 4-T

JAKARTA

021-3840250

Ad House Paramacipta PT :: Advertising – Indoor

Jl Tebet Tmr Dalam Raya 137

JAKARTA 12820

021-8352577

Ad Palm PT :: Electronic

Jl Cideng Brt 31

JAKARTA 10150

021-63863665

Ada Perkasa Sentosa PT :: Supermarkets

Jl Danau Sunter Utr Metro Sunter Plaza Bl A-2 Lt Dasar

JAKARTA 14350

021-6506455

Adab Alam Electronic PT :: Electronic Equipment Supplies

Jl Cideng Brt 31-AA

JAKARTA 10150

021-6321946

| Business Profile |

Close

Adab Alam Electronic PT Div Car Audio :: Motorcar Radios & Stereophonic Systems

Jl Cideng Brt 31-AA

JAKARTA 10150

021-6321946

Adab Alam Elektronik PT :: Electronic Distributors

Jl Cideng Brt 31-AA

JAKARTA

021-6321947

Adab Alam PT :: Furniture Dealers – New

Jl Petojo Brt 20

JAKARTA 10130

021-6349225

Adabi Manufacturing Indonesia PT :: Food Products

Jl Raya Perancis 188 Kawasan Pergudangan Mutiara Kosambi II Bl A-

JAKARTA 15211

021-55910419

Adafone Selular PT :: Telecommunication, Handphone – Rental

Jl KH Agus Salim 60-A Thamrin Handphone Centre Bl K/12

JAKARTA 10350

021-3912944

Adalaksmi PT :: Paper – Boxboard

Jl Kamal Muara VII 91

JAKARTA 14470

021-5554242

Adam Air PT :: Others

Bandara Mas Bl X/27

JAKARTA 15127

021-55911981

Adam Bina Rosada PT :: Contractors – General

Jl Kalibata Tgh 7 RT 005/03

JAKARTA 12740

021-79196975

Adam Skyconnection Airlines PT :: Airlines Service

Jl Gedong Panjang Raya 28

JAKARTA 14430

021-6917540

| Business Profile |

Close

Adamas PT :: Delivery Service

Jl Letjen Suprapto Ruko Mega Grosir Cempaka Mas Bl D/25

JAKARTA

021-42882062

Adana Penta Selaras PT :: Event Organizer

Jl Prapanca Raya 35-36

JAKARTA

021-7254408

Adaro Indonesia PT :: Mining Companies

Jl Jend Sudirman Kav 29-31 World Trade Center Lt 7 Suite 704

JAKARTA 12920

021-5211265

| Business Profile |

Close

Adaspro Visual Utama PT :: Motion Picture Producers & Studios

Jl Cikini Raya 77-A

JAKARTA 10330

021-3147879

Adaya Multikreasi Perdana PT :: Others

Jl Mega Kuningan Kav A-9/Lot 8-9/9 Ged Kantor Taman Bl E-3/3 Unit

JAKARTA

021-5764380

Adco Citra Asri PT :: Real Estate

Jl Kemanggisan Raya 38

JAKARTA 11480

021-5350007

Adco Surya Sakti PT :: Real Estate

Jl Kemanggisan Raya 38

JAKARTA

021-5360565

Addhe Urthafidyasena PT :: Consultant Services

Jl Sumatra Bl B-1/3 Kompl Villa Bintaro Regency

JAKARTA

021-7453824

Addicon Logistics Management Indonesia PT :: Freight – Forwarding

Jl Angkasa 18 Ged Pelni Lt 3

JAKARTA 10620

021-4252846

Ade Indah PT :: Garments

Jl Raya Penggilingan PIK Penggilingan Bl E/67-68

JAKARTA 13940

021-46820040

Ade Jaya PT :: Telecommunication Shop

Jl Pasar Kebayoran Lama 1

JAKARTA 12240

021-9143719

Ade Mandiri Cipta CV :: Printing Services

Jl Marzuki VIII 55 RT 010/14

JAKARTA 13940

021-46828408

Ade Putra Cipta Karya CV :: Telecommunication Shop

Jl Lingkungan III 22 RT 005/03

JAKARTA 11820

021-55950279

Ade Travera PT :: Contractors – General

Jl Gading Raya Kompl Walikota Bl A-6/3

JAKARTA 14240

021-4506939

Adecom Cipta Tangguh PT :: Telecommunication Shop

Jl Masjid 2-A RT 003/05

JAKARTA 12620

021-7259295

Adedanmas PT :: Motorcar Dealers – New Cars

Jl Letjen TB Simatupang Kav 5

JAKARTA 12430

021-7653366

Adeha Metalindo PT :: Building Materials

Jl P Jayakarta 24/1-2

JAKARTA 10730

021-6496004

| Business Profile |

Close

Adeka Mitra Lestari PT :: Contractors – General

Jl RS Fatmawati Rukan Fatmawati Mas Kav 20 Bl I/121

JAKARTA

021-7654924

Adelfindo Harapan PT :: Contractors – General

Jl Cikini II 1

JAKARTA 10330

021-31904047

Adelindo Multi Prima PT :: Chemical Industrial

Jl Bukit Gading Raya Kompl Bukit Gading Indah Bl N/26

JAKARTA

021-45852425

Adella Pratama Jaya Abadi PT :: Freight – Forwarding

Jl Jend Sudirman Kav 47-48 Sentral Plaza/Room 908 Lt 9

JAKARTA

021-5743450

Adelphi Transasia Indonesia PT :: Fruit Juices

Jl Prapanca Buntu 28-C RT 009/04

JAKARTA 12160

021-7231010

| Business Profile |

Close

Aden Proyeksi Manunggal PT :: Contractors – General

Jl Kayu Manis Tmr 43 RT 015/02

JAKARTA 13130

021-85912293

Ades Water Indonesia PT :: Beverages – Distributors

Jl Letjen TB Simatupang Kav 88 Perk Hijau Arkadia Tower C Lt 15 &

JAKARTA 12430

021-27545000

Ades Waters Indonesia PT :: Others

Jl Daan Mogot 69

JAKARTA 11460

021-56965301

Adeskal Mitra Utama PT :: Telecommunication Shop

Jl Cipinang Muara I 23

JAKARTA 13420

021-86600199

Adesontama Perkasa PT :: Telecommunication Shop

Jl Jembatan Besi Raya 208

JAKARTA 11320

021-63850291

Adess Sumberhidup Dinamika PT :: Poultry

Jl HR Rasuna Said Kav 2-3 Bl X-5 Menara Kadin Indonesia

JAKARTA 12950

021-43937839

Adfexindo Multisakti PT :: Computers Hardware

Jl Macan VI Bl B-8
JAKARTA 11520
021-5642101

Adfindo Purna Karya PT :: Administration Bureaus

Jl HR Rasuna Said Kav 1 & 2 Bl X-1 Graha Irama 8-G Lt 8
JAKARTA
021-5264473

Adfis Mula PT :: Travel Agents

Jl Biak 5 F
JAKARTA 10130
021-63850660

Adfokus Sadya Harmonis PT :: Advertising – Agencies

Jl Sampit I 18
JAKARTA 12130
021-7210055

Adfuza Mandiri PT :: Telecommunication Shop

Jl Pulau Tambelan Kompl TNI AL Bl A-1/14 RT 004/10
JAKARTA 17413
021-8482377

Adherta Enterprise PT :: Entertainment Bureaus

Jl Otto Iskandardinata Raya 125-127
JAKARTA 13330
021-85916517

Adhesi Mulano PT :: Contractors – General

Jl Kelapa Hijau 68
JAKARTA 13120
021-8508578

Adhi Artha Abadi PT :: Telecommunication Shop

Jl Tebah Raya 12 RT 003/10
JAKARTA 12120
021-7395293

Adhi Cakra Utama Mulia PT :: Water Treatment

Jl Kesehatan Raya 48
JAKARTA 10110
021-3858828

| Display Ad |

Close

Adhi Cipta Indah PT :: Concrete Products

Jl Suryopranoto 2 Harmoni Plaza Bl F/2
JAKARTA 10130
021-63865432

Adhi Cipta Sarana PT :: Taxicabs

Jl HR Rasuna Said Kav B-5 Plaza Centris Lt 9
JAKARTA 12920
021-5268922

Adhi Citra Pratama PT :: Marketing Agency

Jl Bendungan Hilir Kav 36-A/A 1-2 Kompl Ruko Lt 2
JAKARTA 10210
021-5702974

| Business Profile |

Close

Adhi Karsa Jayapersada PT :: Contractors – General

Jl Pantai Indah Utr II Kompl Mediterania Bl E/8-G RT 006/08
JAKARTA 14460
021-5882179

Adhi Karya Adhimix PT :: Others

Jl Raya Cacing 45
JAKARTA 13910
021-4604313

Adhi Karya PT :: Others

JAKARTA 15125
021-55915720

Adhi Karya PT Persero Divisi Adhimix & Precast :: Concrete Products

Jl Iskandarsyah Raya 33
JAKARTA 12160
021-7210066

| Business Profile |

Close

Adhi Karya PT Persero Tbk :: Contractors – Building, General

Jl Raya Pasar Minggu Km 18
JAKARTA 12510
021-7975312

| | Display Ad |

Close

Adhi Lintas Tanase PT :: Insurance Brokers

Jl Mampang Prapatan Raya 100 Graha Mampang Lt 2
JAKARTA 12760
021-79182834

Adhi Magita Kencana PT :: Oil Field Equipment

Jl Cibanten 17-A
JAKARTA 10150
021-3806030

Adhi Mandiri Sukses PT :: Forklift Trucks

Jl P Jayakarta 141 Bl D/17
JAKARTA 10730
021-6245958

Adhi Manunggal Prana PT :: Furniture Supplier

Jl Gajah Mada 28
JAKARTA 10130
021-6333329

Adhi Mas Raya PT :: Pharmacies

Jl Biak 39
JAKARTA 10150
021-6318066

Adhi Mediart PT :: Others

Jl Cempaka Baru Tgh 43 RT 010/07
JAKARTA
021-42883303

Adhi Metal Gussindo PT :: Foundries

Jl Gajah Mada 3-5 Kompl Duta Merlin Bl C/12
JAKARTA 10130
021-6336448

Adhi Metalindo PT :: Bolts & Nuts

Jl Laksda Adisucipto 38 Kompl Jiac
JAKARTA 15124
021-5400927

Adhi Mulia Purna Servindo PT :: Others

Ged Golden Truly Bl B/23
JAKARTA 12420
021-7653003

Adhi Mulya Jati PT :: Others

Jl Kalimalang Bl B/40
JAKARTA 13430
021-8632450

Adhi Nata Karya Marmer PT :: Marble – Natural

Jl Raden Inten II 3
JAKARTA 13340
021-8617425

Adhi Prasta Pratama PT :: Computers Personal – Hardware

Jl RS Fatmawati 22 F-G
JAKARTA 12410
021-7503996

Adhi Prima Utama Mobilindo PT :: Others

Jl Daan Mogot 234 RT 013/03
JAKARTA 11460
021-56958690

Adhi Putra Mulia PT :: Hotel Reservation Service

Jl Hayam Wuruk 123
JAKARTA 11160
021-6248680

Adhi Realty PT :: Contractors – Building, General

Jl Jend Gatot Subroto Kav 56 Ged Adhi Graha Suite 1503 Lt 15
JAKARTA 12950
021-5264545

| Business Profile | Display Ad |

Close

Adhi Rizki Pratama PT :: Others

Jl Raya Pamulang 28-A
JAKARTA
021-70722883

Adhi Trikarya Mandiri PT :: Dehumidifying Equipment

Jl Boulevard Artha Gading Rukan Artha Gading Niaga Bl D/17
JAKARTA 14240
021-45846579

| Display Ad |

Close

Adhi Utama Mobilindo PT :: Motorcar Dealers – New Cars

Jl Daan Mogot 234 Ged Astrindo Daihatsu Lt 1-4
JAKARTA 11460
021-5688668

Adhia Relaksindo PT :: Sport Center

Jl Letjen TB Simatupang Kav 88 Perk Hijau Arkadia
JAKARTA 12540
021-78838722

Adhiakarsa Manunggal PT :: Others

Jl Batu 1
JAKARTA 10110
021-3456605

Adhiasri Selaras PT :: Furniture Dealers – New

Jl RS Fatmawati 20 Rukan Fatmawati Mas Bl B/304
JAKARTA 12150
021-9188012

Diposkan oleh TIM SUKSES di 06:46 0 komentar

Daftar Alamat Telpon Apotik di Jakarta

Daftar Alamat Telpon Apotik di Jakarta

Amica Jl Karet Psr Persil 145 5256935
Anda Jl Tj Duren Raya 77 5671044
Angkasa Jl Kemayoran Gempol 30 4206602
Antasari Jl Aipda KS Tubun 63 5712368
Ar – Rahmah Jl Cempaka Putih Tgh XXX/5 4241880
Argia Jl Jati Bening II RT 03/02 8472975
Ariani Jl Raya Perumnas 9 8612030
Aries Jl Kb Kacang I/84 337343
Askes Husada Bhakti Jl Raya Pasar Minggu 17 7974904
Asta Nugraha Jl Dermaga Bl K-3/1 8613015
Bahagia Jl Kb Jeruk Raya 61 5481990
Baku Farma Jl Gedong 25 6010795
Bangka Jl Bangka II/3 71793145
Barkah Jl Mesjid Barkah 21 8294531
Baru Jl Cempaka Baru VII/11 4240693
Batu Ceper Jl Batuceper 17 3844562
Bela Farma Jl Ciputat Raya 21 B 7651682
Belladonna Farma Jl Rawa Bambu Bl A/13 7804876
Ben Waras Jl Gading Raya 9 4759950
Bendungan Hilir Jl Bendungan Hilir 78 5732010
Benteng Jl Alaydrus 76 6332273
Berkat Jl Teluk Gong Pert Teluk Indah Bl Q/6-7-8 6694615
Bethani Jl Dewi Sartika 5 7401027
Bhakti Jl Keadilan II/37 6294789
Bhakti Farma Jl Senayan 41 Bl S 7262526
Bhakti Husada Jl Summagung I DE/10 4710535
Bhineka Husada Jl Cabe Raya 17 7403535
Bimasakti Jl Rajawali Slt I/18 683596
Bina Farma Jl Kramat Jaya Baru F II/304 4209969
Binasehat Jl RS Fatmawati 134 7651018
Bintang Semesta Jl Pancoran 27 6291028
Boplo Jl KH Wahid Hasyim 15 322974
Boulevard Jl Boulevard Raya QF 3/10 4524088
Brahma Jl Tanah Sereal 83 A-B 6252640
Budi Jl Mangga Besar Raya 47 6007121
Budi Setiawan Jl Terusan Bandengan Utr 16 Bl A/6 6621045
Bukit Jl H Fakhrudin 61 334039
Bukit Duri Jl Manggarai Slt I/7 8294142
Bunderan Pancoran Jl Raya Psr Minggu 2 7971461
Bungur Jl Bungur Besar 37 D 4241953
Buniadin Jl Sungai Landak 10 4400047
Cakung Farma Jl Raya Bekasi Km 23 4600951
Cawang Jl Dewi Sartika 353 8093114
Cengkareng Jl Utama Raya 28 6192952
Cengkareng Indah Kompl Tmn Cengkareng Indah Bl FC/12 6193783
Century Jl Bulungan 76 Blok M Plaza 7209115
Cibubur Permai Jl Jambore 8 8731701
Cideng Jl Cideng Brt 100 3842072
Cilandak Jl RS Fatmawati Kav 33 7695019
Cililitan Jl Jengki 16 8093287
Cinere Mas Jl Cinere Raya Bl A/56 7542679
Cipayung Jl Raya Cipayung Bl A-1/1 8444148
Cipulir Permai Jl Cileduk Raya 108 A 7243036
Cirendeu Jl Ir H Juanda 21 7430857
Cito Et Salvo PT Jl Bekasi I/15 A 8191500
Citra Graha Medika Jl Margasatwa Brt 9 B 7812815
Cynthia Farma Jl Kelapa Gading Boulevard Bl LB-3/6 4500995
Dewi Jl Dewi Sartika 7 8090175
Dharma Jl Kebayoran Lama Raya 23 5481325
Dharma Husada Jl Jembatan Dua 18 6601962
Dharma Mulia Jl Raya Bekasi Km 18 4609317
Dharmawangsa Jl Dharmawangsa Raya 13 7246072
Dian Jl Cawang Baru Bl E/28 8192375
Dian Prisma Jl Prisma Kedoya Plaza Bl D/38 5310047
Dimaz Jl Inspeksi 15 8640694
Dirgantara Jl Pd Gede 1 Pondok Gede Plaza 8472978
Ditha Jl Mandala Utr 603 5661817
Djakarta Jl Mangga Besar 116 6396468
Djasa Bahari Jl Sindang Laut 100 490635
Djatinegara Jl Matraman Raya 151 8564737
Djawa Jl HOS Cokroaminoto 83 3140164
Djembatan Lima Jl KH Moh Mansyur 113 6323154
Dunia Sehat Jl Muara Karang Raya no 4 Jakarta Utara 6612950, 6678115
Dunia Sehat 2 Jl Mangga Besar Raya 132 C 6281566
Duren Tiga Jl PLN Duren Tiga 9 7982528
Duta Esa Farma Kompl Kranggan Permai Ruko 16 8440468
Eka Farma Jl Mangga Besar VIII/22 B 6396827
Elka Jl Intan Raya Bl D-III/96 4244621
Erha Farma Jl Magelang Kav 311 7541762
Esti Jl Bangka Raya 28-30 7180242
Farina Jl Industri III/12-14 6391241
Farma Apotik Penggilingan Jl Raya Penggilingan 5 B 4600492
Felisia Jl Raya Boulevard Tmr NB-1/56 4513107
Fidika Jl Dewi Sartika 197 8009630
Fiducia Jl Otto Iskandardinata Raya 153 8194130
Flora Jl Kramat Jati 8094044
Gading Jl Gitar Bl R/32 4506535
Gading Farma Jl Tmn Mandiri II Bl M-4 C/2 4533549
Gading Indah Jl Kelapa Gading Boulevard Bl FV-1/11 4532180
Gading Kencana Jl Boulevard Raya Bl TA-2/33 4532467
Gading Mas Jl Boulevard Raya Bl TN-2/27 4520120
Gading Sehat Jl Boulevard Raya Bl Bl FW-I/24-25 4521050
Galanika Jl KH Fachrudin 39-41 3154831
Galuh Jl Salemba Tgh 25 3908683
Galur Jl Letjen Suprapto 80 M 4241771
Gambir Jl Kb Sirih 77 A 331389
Ganda Jl Raya Mangga Besar 1 A 6296366
Gandaria Jl Gandaria I UU Bl B/1 7395728
Garuda Jl Garuda 47 4245572
Gedong Panjang Jl Gedong Panjang 68 A 6690704
Gemini PT Jl Ciputat Raya 21 7220794
Giga Ruko Pamulang Permai Bl D-2/11 74706780
Glodok Sehat Jl Sumagung III Bl K 5/7 4524220
Graha Kompl Ruko Pamulang Permai SH-18/8 74701762
Grawisa Jl P Tubagus Angke 10 5660023
Green Ville Jl Tj Duren Brt Kompl Green Ville Bl C-7 5671279
Green Ville Elok Jl Tj Duren Brt Kompl Green Ville Bl AW/66 5659677
Grogol Jl Dr Nurdin I/45 5671357
Guardian Jl Jend Gatot Subroto 177 A Kav 64 83790489
Guardian Utama Jl Hayam Wuruk 78 B 6283074
Guna Husada Jl Danau Agung II Bl C 18/15 B-16 Sunter Agung Podomoro 684548
Guntur Jl Guntur 16 A 8292478
Gunung Sahari Jl Gn Sahari Raya 35 6391067
Hade Farma Jl Kapuk Raya 3 5406927
HAP Jl P Jayakarta 4 C 6598479
Harapan Kompl Tmn Harapan Baru Tmn Bunga Bl B/1 8741466
Harapan Baik Jl Bandengan Slt 5 A 6910335
Harapan Indah Jl P Tb Angke Pert Tmn Harapan Indah Bl CC/5-6-16-17-18 5667908
Hidup Baru Farma PT Jl Hidup Baru 65 681031
Hidup Sehat Jl Green Garden Bl A 14/47 5802740
Idaman Jl Mandala 42 A 5672663
Imphi Jl Otto Iskandardinata Raya 68 B 8191564
Inata Jl Rawasari Brt I/11 4243050
Indonesia Jl Salak 38 8296359
Inti Medik Jl Sultan Iskandar Muda 30 7291620
Ira Jl Kb Bawang VI/23 490114
Irco Jl Tj Duren Raya Kav 366 5672532
Irma Jl Kayu Putih Slt 15 4718070
Jamesons Kompl Pert Sunter Agung Podomoro Bl B-1 A/10-11 686802
Janur Indah Jl Pelepah Kuning I Bl WK 2/24 4530342
Jati Bening Jl Jati Bening Raya 6 8472825
Jati Farma Jl Jatinegara Brt 127 A 8192279
Jati Husada Jl Raya Jati Makmur 11 8466031
Jati Kramat Jl Jati Kramat Raya 10 8474944
Jati Makmur Jl Raya Jati Makmur 12 8461235
Jati Rahayu Jl Raya Hankam 17 8462565
Jawa Jl HOS Cokroaminoto 83 3102366
Jaya Jl Panglima Polim IX/22 7220137
Jayakarta Jl Bekasi Tmr 49 4619006
Johar Jl Percetakan Negara II Bl B/5 4256646
Jurang Mangu Jl Ceger Raya 46 7303950
Kalibata Jl Pasar Minggu Raya 8 7996623
Kamal Raya Jl Fajar Baru II/33 5418480
Karang Farma Jl Karang Tgh RT 04/13 7304815
Karitas Kelapa Gading Jl Pelepah Hijau IV Bl TN-1/27 4521732
Kartini Jl RA Kartini Raya 32 6299550
Kasih Ibu Jl Karet Psr Baru Brt 14 B 5703465
Kawi Jaya Ruko Pamulang Permai Bl SH-18/5 74704833
Kayu Manis Jl Kayu Manis VIII/11 8581722
Kebun Baru Jl Asem Baris Raya 15 8302801
Kebun Besar Jl Halim Perdana Kusuma 56-60 6198093
Kedoya Jl Kedoya Raya 27 E-G 5802844
Kelapa Gading Permai Jl Summagung I Bl DE/10 4523553
Kemandoran Jl Kemandoran IV/1 5480714
Kemanggisan Raya Jl Kemanggisan Raya 102 5331958
Kemayoran Jl Kepu Slt 34 4244911
Kesra Jl Rawa Badak 9, Tj. Priok 491021
Kharisma Jl Agung Niaga 5 Bl G-5/40 6402413
Kimia Farma Jl Duren Tiga 7940927
Kinasih Jl Cempaka Putih Tgh 17/59 4246080
Kota Bambu Jl Aipda KS Tubun I/1 5638613
Kota Intan Jl Tanah Pasir 4 6696089
Kramat Jati Jl Raya Bogor Km 22/44 8400257
Krekot Jl Krekot Bunder IV/H/15 3813458
Krekot Bunder Jl Raya Krekot Bunder 23 3800021
Kurnia Jl Matraman Raya 89 8194445
Kusuma Jl Kelapa Kopyor Raya Bl Q-1/1 4520703
Lagoa Jl Menteng 39 490392
Lebak Bulus Jl Nangka 33 7505895
Leo Farma PT Jl Hayam Wuruk 78 B 6283074
Lido Jl Anggrek 25 490643
Lokasari Jl Mangga Besar V/53 6292152
Mahakam Jl Mahakam II/2 7247108
Mampang Jl Teuku Cik Ditiro 56 331446
Mandala Jl Pahlawan Revolusi 57 8613566
Mandiri Jl Kelapa Puan Tmr VI-NB/F-44 4532316
Mangga Besar Jl Raya Mangga Besar 87 6294342
Manggis Farma Jl Bogor Lama 19 8297610
Mari Jl Lontar 2 8312002
Maribaya Jl Cipinang Cempedak I/4 8192505
Masa Jl Palmerah Utr 107 5481577
Mataram Jl Warung Buncit Raya 38 7994470
Medali Jl Pd Kelapa Raya 90 8641056
Medical Center Mal Ciputra LG-II/1-8 5606593
Mediko Farma Jl Pinang Raya 10 7656337
Medyana Farmacia Jl Kebun Raya 25 5684144
Meiril Jl Gudang Peluru Kav A/20 8306040
Melawai Jl Melawai Raya 191 7246109
Menteng Jl Dr Sam Ratulangi 6 326517
Merdeka Jl Salak 42 A 8294271
Merdeka Farma Jl Tanah Merdeka 1 A 8413794
Meta Jl Raya Tmn Malaka Slt 8640034
Metro Duta Jl Metro Pd Indah Kav 2/28 7500574
Mitra Sehat Jl Penjernihan 4/11 5742046
Mona Farma Jl Kramat Sentiong 11 3845965
Muara Karang Jl Muara Karang Bl R-4 Tmr 2 6697843
Mukti Farma Jl Raya Pd Gede 50 B/4-5 8482936
Mulia Jl Agung Utr II Bl A 26/2 B 6459003
Mulia Jl KH Hasyim Ashari 10 7307523
Multazam Citra Garden Perum Citra I Bl D-7/2 5403733
Multi Farma Jl Jatiwaringin 9 8613907
Mustika Farma Jl Dr Saharjo 63 8294452
Nanda Jl Ampera 26 7806380
Narada Jl Narada 27 4247480
Nariba Jl Mampang Prapatan Raya 39 7983005
New Sampurna Jl Prof Dr Latumeten 36 6300784
Nidea Jl Ciledug Raya 16 7300972
Nitra Jl Gn Sahari 100 4200577
Odopharm Jl Ratu Flamboyan F-I/7 B 5657470
Otista Jl Otto Iskandardinata III C/16 8198863
Palmerah Jl Palmerah Utr 90 5485815
Pamulang Ruko Pamulang Permai I Bl SH-IV/11 7408092
Panacea Jl S Wiryopranoto 5 6294360
Pancoran Jl Pancoran 32 H 6912055
Pantja Wisnu Jl Tenggiri 68-69 491835
Parung Serab Jl Parung Serab 3 7310857
Pasar Cikini Jl Cikini Raya 88 3106701
Pasar Kopro Jl Tj Duren Los A/1-2 56962844
Pasar Minggu Jl Raya Psr Minggu Km 19 7822114
Pasifik Jl Lodan Raya 1 Bl FL,FM,FN 6917983
Patma Jl Dr Saharjo 196 8309250
Patriot 845 Jl Raya Bogor 45 8411188
Pedurenan Jl Karet Pedurenan 240 5225595
Pejagalan Jl Pejagalan I/40 6913447
Pejaten Jl Pejaten Raya 40 B 7815089
Pejaten Mas Jl Pejaten Mas Bl H/20 7801261
Pekayon Jl Raya Bogor Km 28 8710474
Pela Jl Bambu Kuning 285 7262289
Perdana Jl Pejagalan I/24 6912057
Perdatam Jl Pasar Minggu 40-41 7991469
Permata Ged Permata Lt 1 7293845
Permata Indah Jl Kp Gusti Pert Tmn Permata Indah II Bl L/4-5 6680916
Permata Medika Jl Cipaku I/5 2702525
Persahabatan Jl Persahabatan Raya 24 4712035
Petak Sembilan Jl Kemenangan III/2 6294790
Pharmantara Jl Sultan Agung 1 8303935
Pinang Indah Jl Ciputat Raya 56 7512463
Pisangan Jl Pisangan Tmr Raya 37 8509625
Pondok Aren Jl Utama I/65 7360607
Pondok Bambu Jl Kejaksaan Bl H/211 8615871
Pondok Gede Jl Raya Pd Gede 41 8400722
Pondok Indah Jl Tmn Duta I Kav 15-16 7657565
Pondok Kelapa Jl Pd Kelapa Raya Bl A 8/2 8649163
Prambanan Jl Radio Dlm Raya 4 7201437
Prapanca Jl Prapanca Raya 1 7221985
Pratama Jl Raya Bekasi Rawa Terate 1 4609242
Prima Jl Letjen S Parman 19 5481282
Prima Husada Jl Cinere Raya Bl F-I/1 7547382
Priok Jl Jepara 29 491520
Priyanti Jl Jati Padang 10 7822137
Puri Jl H Samanhudi 40 A 3457960
Pusaka Jaya Jl Sunan Sedayu 11 A 4759659
Puspita Jl Kramat Kwitang I-J/1 A 3154250
Puspita Farma Jl Ir H Juanda 25 B 7491222
Putra Bangsa Jl Jatimakmur Raya 8 84990762
Putri Jl Pluit Sakti Raya 117 6693685
Putri Kencana Jl Ciledug Raya 9 7304306
Rachmat Jl Prof Supomo SH 45 8292856
Ragunan Jl Tmn Margasatwa 18 7813436
Raja Farma Jl Raya Jatiwaringin 26 8461824
Rajawali Jl Cirendeu Raya 54 7491665
Rama Jl Pinang Raya 15 4893227
Rani Farma Jl Selat Makasar Bl G-3/6 Duren Sawit 8620285
Ratu Mustika Jl Pertokoan Selmis 8290868
Rawamangun Jl Kedondong 10 4714828
Raya Jl Shop House II/10 7354202
Rayananda Jl Kalibaru Tmr 134 4250689
Rejeki Jl Duri 10 6312306
Restu I Jl Raya Bogor Km 19 8011076
Retna Jl RS Fatmawati Raya 51 7512122
Ridhoi Jl Kapt P Tendean 13 7995927
Rini Jl Balai Pustaka Tmr 11 4753126
Rizqie Jl Benda Permai Raya Bl F 8/21 7405908
Roda Kencana Jl Jati Makmur 27 8461050
Roxy Jl Biak 39 6318066
Sabang Jl H Agus Salim 52 A 337312
Safari Jl Prof Dr Supomo SH 3 8291040
Saga Jl Angkasa 9 6590031
Sakti Jl Letjen Haryono MT Kav 2-3 Sakti Plaza 8292368
Sakti Farma Jl Pluit Sakti Raya 16 6690818
Samadi Jl Terusan Bandengan Utr 95 Bl E-4 6696475
Sambungan Hidup Jl Daan Mogot 43 5663339
Sampurna Jl P Jayakarta 36 B 6010505
Santa Jl Wolter Monginsidi 76 7202840
Sari Farma Jl Raya Bogor Km 24 8400540
Sari Gunung Jl Gn Sahari Raya 12 G 6294596
Sari Sakti Jl Raya Tanjung Brt 1 7805319
Sarinah Jl MH Thamrin 11 322762
Sasanti Jl Raya Bogor Km 29 8710733
Satiti Jl Ragunan Raya 10 PF 7822311
Satiti I Jl Aria Putra 61 7498052
Satiti II Ruko Pamulang Permai Bl F/1-2 7405246
Segar Waras Jl H Ten Bl F/41 D 4750084
Sehat Jl Sunan Giri 5 4896571
Sejahtera Jl H Samanhudi 2 3805966
Sejati Jl Jatiwaringin 49 8462274
Sekata Jl Jatinegara Tmr 31 A 8573771
Semper Jl Kesemek 3-5 4403101
Sena Jl KH Moch Mansyur 163 6250986
Senopati Jl Senopati 15 5736355
Setia Budhi Jl Setiabudi Tgh 2 5252867
Shinta Jl Surya Tmr Bl A/10 5802324
Shri Krishna Jl RS Fatmawati 69 7656416
Siaga Jl Siaga II/7 7970427
Sido Waras Jl Loster 21 4896724
Sinar Adil Jl Krendang Utr 19 6297638
Sinar Gema Melawai Psr Melawai Bl A Lt 1 BKS 3 7267788
Sindang Jl Sindang 19 491641
Singa Jl Utan Kayu 104 B 8563317
Slipi Farma Jl Anggrek Garuda Bl I/3-4 5308752
Srikandi Gg Macan Bl A 6/6 5682459
Sriti Jl Jatinegara Brt 169 8192210
Subur Raya Jl Raya Warung Buncit 105 7987685
Suka Waras Jl Kom L Yos Sudarso 104/8 491721
Suki Jaya Jl Jembatan Besi 8 6302692
Sukma Sakti Jl Pemuda 76 4890112
Sunter Jl Sunter Kemayoran 39 6501863
Surabaya Jl Surabaya 47 3145505
Surya Jl Ciledug Raya 31 A 7252453
Taju Segar Jl Tipar Slt I/1 4400825
Taman Ariesta Perum Tmn Aries Bl B-3/12 5859501
Taman Asri Jl Ciledug Raya 9 7331819
Taman Duta Jl Tmn Duta Brt Bl A-1/1 8714325
Taman Kebon Jeruk Kompl Tmn Kb Jeruk Bl A-IX/1-2 5490253
Taman Puring Jl Gandaria III/1-2 7247445
Taman Ratu Jl Tmn Ratu Indah Bl C-I/52 5651148
Taman Sari Jl Raya Tamansari 63 6393312
Taman Solo Jl Cempaka Putih Raya 129 4241982
Tanah Kusir Jl Tanah Kusir II/1 7396184
Tanah Tinggi Jl Tembaga 30 4241132
Tania Jl Robusta Raya 9 Bl Q/2 8624782
Tanjakan Jl Bukit Duri Tanjakan 68 8294479
Tanjung Jl Jampea 129 494170
Tarakan Jl Tarakan 2 A 3453157
Tarakan Baru Jl Percetakan Negara 10 4205920
Taurus Jl Raya Bekasi Tmr 188 A 4891877
Tebet Jl Tebet Timur Dlm Raya 70 8292694
Tekun Jl Dr Muwardi II/3 5671792
Teratai Jl Teratai Putih Raya 8 8622860
Terry Jl Balik Papan 2 F-G 360968
Theradia Jl Buncit Raya 77 A 7989231
Tiara Ruko Pamulang Permai I Bl E/8 7443816
Titi Murni Jl Kramat Raya 128 3909682
Tohdjaya Jl Suryo 56 7247079
Toko Tiga Jl Toko Tiga 38 6904807
Tomang Indah Jl Kamboja 64 5680739
Tomang Plaza Tomang Plaza I Bl A/16 5671551
Tomang Raya Jl Tomang Raya 25 5671562
Tonina Jl Hayam Wuruk 14 3865133
Trisakti Jl Dr Muwardi I/17 5673748
Tugu Indah Jl Kramat Jaya Kav 20/7 490833
Tumbuh Kembang Jl Raya Bogor Km 31/23 8701872
Tunggal Jl Salemba Raya 17 3153000
Udaya Jl Raya Bekasi Brt 21 8190752
Ulujami Jl Ciledug Raya 18 7365177
Umum Jl Kramat Raya 48 3906664
Unggul Usada Kompl Batan Bl B/5 7816763
Uni Farma Jl Matraman Raya 30 8509608
Unifarma Jl Matraman Raya 28 8509870
Utama Jl P Tubagus Raya Angke 74 6261742
Utama Bakti Jl P Jayakarta 14/4-5 6244721
Utan Kayu Jl Utan Kayu 76 A 8563372
Vidizari Jl Lapangan Tembak Ruko Bukit Permai 6-7 8716806
Virgo Jl Lautze 12 3846660
Vita Gading Jl Boulevard Raya QF-23/24 4507921
Vita Sana Jl KH Mas Mansyur 43 3143611
Walujo Jl Utan Kayu 62 8583345
Warakas Jl Sungai Bambu 5 490050
Waras Jl Tebet Raya 82 8292082
Windu Mukti Jl Bendungan Jago 13 4241273
Wirasa Jl Dr Saharjo 90 A 8292818
Wisnu Jl Raya Ragunan 71 7806058
Yanti Jl Cempaka Putih Tgh XI/1 4241170
Yuni Farma Jl Bintaro Utama III Bl AC/7 7353940
Zamzam Jl RS Veteran 3 7363846
Zenith Jl Ciledug Raya 7 7310539

Diposkan oleh TIM SUKSES di 06:43 0 komentar

ALAMAT BENGKEL DI JAKARTA

ALAMAT BENGKEL DI JAKARTA

Mitra 2000 Center
(Sebelah Kampus Universitas Bunda Mulia)
Jl. Lodan Raya No. 2
Tel. (021) 6930777, Fax. (021) 6916568
Jakarta Utara
Website : http://www.mitra2000-online.com

Bengkel Tole
Modifikator monoshock unitrack, disc brake blakang, cari spakbro orsi

cagiva/apprilia/dll,
Jalan Serdang Baru Raya No. 23 Belakang Ps Inpres Serdang, Kemayoran

Jakarta Pusat [Depan Jalan Serdang Baru 3] Belakang Kantor Kecamatan

Kemayoran
Telp : +62811872325

Yudha Yudadi
Spesialis Setting Karburator
Jl. Pondok Kopi Pemancingan No.1 jakarta timur
Telp. 021-9196021

PETA YUDHA: http://mx135.multiply.com/photos/photo/5/5.jpg

KUMIS
modif swingarm supertrack KUMIS + monoshock unitrack, disc brake KUMIS
bengkel KUMIS :
LAMPUNG JAYA MANDIRI
Jl. Raya kembangan utara no 9
RW 01/03
Jakarta Barat
Tel 58301317
Hari minggu tutup

ESPEDE Ban
Tempat servis velg CW
Jl. Sawah Besar 8, (3453272, 3456830)
Cabang:
Jl. Pemuda 11, Jak Tim (4701054),
Plaza Mitra Blok A/2, Jl.
Cut Mutiah, Bekasi Timur (82404403, 8240437).

Laksa Motor Station
Modifikator dan Toko variasi
Toko :
Jl. Dr. Satrio no.39
casablanca jakarta selatan
Bengkel :
Jl. Karet Pedurenan Gg. Sidik No.100, Karet Kuningan Jakarta.
Telpon Aming Aliwarga 0812-8705638 atau 5254385/5253536

PETA LAKSA: http://mx135.multiply.com/photos/photo/5/3.jpg

Recet Motor (RMC)
Modifikasi racing, airbrush, service panggilan 24 jam.
Jl. Dr. Saharjo I No.60 Manggarai, Jakarta Selatan
Telp. 021-8310457
Hp. 08161321159

Tiwa Motor Sport (TMS)
Jalan Sukaraja II Bandung
Contact : Kang Herman 0818631400

SPAREPART 2ND
YOGI MOTOR
Jual Beli Sparepart Motor Bekas
Kios :
Jl. Raya Bogor Km 20
Depan Apotek ABBA
Jakarta Timur
Rumah :
Jl. Masjid Al Barokah
Rt. 03/08 No. 3
Jakarta Timur
Pak Tarsa +628159931780
Yogi +628129369954

Maju jaya motor
Toko suku cadang
jl merdeka no.200
telp 5520671 tangerang
Disediakan daftar HET (harga eceran tertinggi)

JET HOT AUTO MUFFLER
customize silencer
Jl. Raya Joglo No. 35
Jakarta Barat
Tel 5859290
Contact: Muhadjirin M.S +62815964 6772

PETA JETHOT: http://mx135.multiply.com/photos/photo/5/1.gif

SERIBU DOLOK
distributor Ban Battlax
Jl. Kebon Jeruk III No. 6
telp. 021.6497275
__________________

INTI JAYA MOTOR
JLN Kebun Jeruk III / 32
Jakarta-Barat
(021) 6012360
Jl. Kebon Jeruk V no. 260
Hayam Wuruk, Jakarta Barat
Telp : 021-6012360 / 6397982 [no telp ga berubah]
SMS : 081.295.296.93

Neo Bursa
alamat di Ciganjur jl M. Kahfi
call Indra 081310828465
bannya eks Singapura kondisi 80% an

Ahli Press rangka dan komponen motor

(sasis,cakram,segitiga komstir dan pelek)

CV JAYA BINTANG KENCANA BERSAMA
Jl. Raya Ciracas , Gg. Bandag No.2 Jakarta Timur
Tlp. (021) 8719248, 0815 14288537
Patokan Harga: Body=Rp.120 ribu,segitiga komstir=Rp 25 ribu – 45

ribu,cakram=Rp.50 ribu,Pelek biasa=Rp.10 ribu,pelek racing=Rp.60 ribu

Produsen & Supplier
MANIFOLD POWERMAN
PT FOBORU INDONESIA GROUP
Automotive Parts Manufacturer
Branch: Ruko Mega Grosir Cempaka Mas Blok Q5
Jl. Letjen Suprapto Kemayoran – Jakarta Pusat 10640
Phone: (021) 42888901
Fax: (021) 42886628

Willys Motor
mekanik : Bang Udin, HP : 08161481849
buka 08.00 – 17.00 wib sabtu minggu buka
Jl.RTM Kelapa Dua (dari arah depok ketemu perempatan kelapa dua belok

kanan, sehabis Mesjid di kanan, 20m sebelah kiri depan TK sebelah

bengkel las) Tempat pencucian helm (tanpa lepas busa) pengeringan dengan mesin

(katanya sih ngga bikin kempes busa)
JL. Kav Polri Blok E 5 NO. 1356 Jelambar
08161942817

Distributor Repsol Oil
PT. SUKABUMI TRADING COY.
Wisma Bumiputera 8th floor
Jl. Jend. Sudirman kav.75 Jakarta 13910
Ph. 5703803, fax. 5713006

OLET MOTOR
service-tune up-cat body&chasis-modifikasi
Jl. Cibubur 3 Telp. (021) 8729247
PIC. Joyo

Asia Motor Indonesia
Menjual perlangkapan pakaian sepeda motor yang trendy dengan merk-merk

terkenal untuk helm, jacket, sepatu, sarung tangan, shoulder pad,

emblem dan perangkat serta asesori balap motor lainnya.
Jl. Hayam Wuruk No. 42 Jakarta, Telp. (021) 628-2561/2
http://www.astoria-racing.com

Cynthia KD Munthe
Hot Pipes Motor Shop
PT. MOTO PRIMA
Moto Prima Building
Jl. RS Fatmawati No. 15A-B Jakarta Selatan 12420
Telp : 021 – 7656405 & 7698916 / Fax : 021 – 7511027

Untuk cat metode powder coating
Bpk. Oci Tanubrata
‘Maniak Mesin Cilong’
Jln. Raya Condet Pejaten No.1
Pasar Minggu, Jaksel
Telp. (021) 7986525
HP. 0816-1972824

Chandra Motor
Jl Kebon jeruk III no 14
telp: 021 6245688

kalo ada yang mau Ganti oli Murah Dan ASLI:
TODA Pusat Oli Terlengkap
alamat: Pusat: Jl boulevard raya Blok PD1/2 TELP: 4503457 / 4524122
Cabang: Jl Radio Dalam Raya No:9-11 Telp (021) 7237966
Cabang : jl cideng barat 47 h jak-pus Telp (021) 6317972

KiNG Motor,
modifikasi,Fiberwork, monoshok., Konsultasi modifikasi(gratis)dll
Jl. Jenderal sudirman Barat 141 Purwokerto (depan Lapangan Porka)
(0281)642328

TOMOST
modification
Jl. Nurtanio No. 106 Bandung
022-6032585
Contact: Wildan +62 816 1177324
Limbah Moge/Trail: UpSide Down – Shock Telescopic – MonoShock – Velg –

Ban – Banan Arm – Cover Body – Disc Brake

CV. PRESSINDO TEKNIK
Bubut – Las Babet – Konstruksi Bangunan – Produksi Press JBB dll.
Jl. Raya Depok – Ps. Minggu
Lenteng Agung No. 2A – Jakarta Selatan
Ahli Press Rangka Motor menggunakan mesin press hidrolik
contact: Sarjuwandi +6281316397179

Rejeki Motor (SKF Bearing Distributor)
Jl. Sukarjo Wiryopranoto 28A Jakarta 10120
Tel 021-3857029 Fax 021-3807571
email: rezeki@cbn.net.id

distributor safety shoes merk king
Kompleks Ruko Mitra Bahari Block C-7 Jakarta Utara, telp: 662-5656.

Distributor Safety Shoes RED WING:
PT. Trimaxindo Adimitra
Mangga 2 Dalam Blok HI No. 28
Jakarta UtaraPhone : (+62-21) 628 9977 (Hunting)
Fax : (+62-21) 612 8143
E-mail : sales@trimaxindo.com
Homepage: http://www.trimaxindo.com

Bintang Terang Motor Telp. 866 11897
Jual segala asesoris motor..
Terima Debet & BCA Card
lokasi per4an terakhir jalan kasablanka arah ke bengkel Yudha Yudhadi
yg hobby kredit bisa puas deh pilih barang

ANEKA BAN
Specialist Ban MOTOR BATTLAX,MIZZLE,IRC ,DUNLOP,FEDERAL,dll
GRATIS ONGKOS PASANG ..
Jln Ir H juanda Ciputat (Depan Polsek Ciputat) Bp Stefanus Telp 021 –

74706822

UNIVERSAL PROTECSINDO
SAFETY,FIRE,RESCUE,MARINE & ENVIROMENTAL
A Safety Division From Hengtraco
Jl P.Jayakarta No 93BC,Jakarta.
Telp : 6399195 ( Hunting ), 6243443 ( Hunting )
Fax : 6018924
E-mail : rudy31@cbn.net.id
Selain REDWING, company ini juga menyediakan Second line nya REDWING,

merknya WORX. Menurut salespersonnya, kualitas WORX hampir sama dengan

REDWING dengan harga yang lebih murah. karena WORX diproduksi di RRC

sedang REDWING made in USA.

Tempat pembuatan speedometer indiglow buat tiger dan motor atau mobil:
SACS ( Specialist Auto Colour Speedo)
Workshop Asia Jaya Motor
Jl. Pondok Gede Raya No. 24 – Bekasi 17414, Indonesia
Phone: (021) 8487623 HP: 08167627773 (Wira)
E-mail: sacs_ajm@yahoo.com

PETA SACS: http://mx135.multiply.com/photos/photo/5/7.jpg

Jatayu Motor Sport
Jl. Tubagus Angke Komplek Taman Harapan Indah Blok Q No. 29,

JakartaBarat.
No. telp. 0811839391, Contact Person : Budi

OBELIX EXTEREME MOTOR CYCLE
Jl. Raya Condet No.5A Jakarta Timur
ylp : 021.9257393

Buat yg lagi nyari ban,
Kalau nyari Ban moge di toko ini saja,lengkap murah
dan ada perlengkapan helm,jaket kulit dll.Brand holder
merk BRIDGESTONE ,Battlax dll dan SPIDI (baju
balap)Khusus BRIDGESTONE dia yg pegang brand buat
motor dan gokart di Indo.Harganya juga miring,service
memuaskan.
BRIDGESTONE MOTORSPORT (BSM)
Attn: Ibu Walla
Jl.Pangeran Antasari No.32
Telp: 021 765 4084
Jakarta

Clink membuat kendaraan anda lebih kinlong
CLINK Chrome Technology jl.Kol.Sugiono No.100 Pondok Bambu

JakartaTimur
sebelah jalan layang Pondok Bambu
Phone : 021.86613154

Neobursa, menjual ban Moge second kondisi

prima,Metzeller,Prelli,BS,Dunlop,
Depan @rp.150rb belakang @rp.225 rb
alamat : Jl.M>Kahfi 1/31. Cilandak arah Ciganjur ph : 021.70728066 /

081310828465

Leather Goods Production
Jl. Raya Cibatu, No. 649, Garut
Telepon : 0852-2026-5710

Spesialis Pijat Sasis Motor
Tanpa Bakar Atau Las
Alamat:
AQUATRO MOTOR
Jl. KS Tubun I, RT 03/02, No. 19
Jati Baru, Tanah Abang, Jakarta Pusat
Telepon 0812-883-6016, 0812-868-7128
TABEL HARGA
1. Pres bodi utuh (rangka dan segitiga) : Rp 180.000
2. Pres bodi : Rp 130.000
3. Pres bodi belakang : Rp 70.000
4. Pes segitiga (bongkar) : Rp 60.000
5. Pres pelek racing (bongkar) : Rp 85.000
6. Pres cakram : Rp 60.000

Polaris Motor (Toko Aksesori)
Jl. Kebon Jeruk III/51, Jakarta Barat
Telp. (021) 6592128, Fax. (021) 6598971

Tiwa Motor Sport (TMS)
Jalan Sukaraja II Bandung
Contact : Kang Herman 0818631400 Update No telepon yang baru :

08121493762

CMC [ Chronicles Motorist Chrome ]
Jl. Bintara 12A , Bintara/Kranji , Bekasi Barat
Hub Heri (021) 70040124 , 70098124, HP 0818973612
Harga terjangkau / tersedia pricelistnya.
[ kemaren ngekrom sepasang Velg palang tiga enkei CBR400 Rp 450 ribu ]
Patokannya persis didepan toko Mebel Karya Ayu, masuk jalan kecil

kiosnya kira 10 dari jalan raya.

JET HOT AUTO MUFFLER
produksi knalpot mobil & motor besar segala merek
stainless steel – galvanis – alumunium
Jl. mayjend. Panjaitan 15 Telp. (0281) 7610693
purbalingga – jawa tengah
kalo mau nanya2 dulu
Muhadjirin M.S
hp. 08159646772

Berkat Motor
Jl. Raya Cileduk 1A
Telp 021-5847631
Hp. 081808399777
Attn : Rudi Gunawan
Specialist Modification

SMS Motor Sport (Mekanik Bang Satiri).
Jl.Raya Srengseng Sawah Cipedak Lenteng Agung Jak-Sel.

Diposkan oleh TIM SUKSES di 06:42 0 komentar

DAFTAR ALAMAT PERUSAHAAN MODAL VENTURA

DAFTAR ALAMAT PERUSAHAAN MODAL VENTURA
No Nama Perusahaan Alamat Telp/Fax/Email
SWASTA NASIONAL
1 PT Multi Investama Ventura Setiabudi Building II Lt. 11
Jl. H.R. Rasuna Said Kav 62 Jakarta
12920(021) 5210695 / 5210698 Fax. (62-21) 5210761
2 PT Astra Mitra Ventura Jl. Majapahit No. 16 Lt. II Jakarta
10160(021) 3450653 (Hunting)Fax. (021) 3450652
3 PT Freefort FinanceIndonesia
Plaza 89, Lt.5Jl. H.R Rasuna Said Kav X-7 No 6
Jakarta 12940 (021) 2520727
Fax . (62-21) 2591875

4 PT Bahana Artha Ventura Graha Niaga, Lantai M
Jl. Jend. Sudirman Kav 58 Jakarta12190
(021) 2505080/2505270
Fax. (62-21) 2505275

5 PT Bahana Bina Ventura Niaga Tower Lt. 18
Jl. Jend. Sudirman Kav 58 Jakarta 12190
(021) 2505080Fax. (62-21) 2505275/71

6 PT Ventura Investasi Utama Komplek Mangga Dua Plaza Blok
N-2 Jl. Mangga Dua Raya Jakarta 10730
(62-211) 6240655 (Hunting)
Fax. (62-21) 6240645

7 PT Multi Ventura Kapitalindo Gedung BRI II Suite 806
Jl. Jend. Sudirman Kav 42-44
Jakarta 10220(021) 251243
Fax. (62-21) 5713706

8 PT Bhakti Sarana Ventura Jl. Tebet Barat IX No.26 Tebet
Jakarta Selatan 12810(021) 83704181(Hunting)
Fax. 83704182

9 PT Batavia InternasionalVentura
Jl. Wolter Monginsidi No.93
Kebayaoran Baru Jakarta Selatan
12180(021) 7392212, 7392232
Fax. (62-21) 7200401

10 PT Arsi Bina Venturindo Roxy Mas Blok D3/23
Jl. KH. Hasyim Ashari No.125 Jakarta 10150
(62-21) 3442230, 6303716
Fax. (62-21) 3856263

11 PT Ventura Investasi Prima Komplek Mangga Dua Plaza
lok N-2 Jl. Mangga Dua Raya Jakarta 10730
(021) 6240655 (Hunting)
Fax. (62-21) 6240645

12 PT Ventura Investasi Perdana
Komplek Mangga Dua Plaza, Blok N-2
Jl. Mangga Dua Raya Jakarta 10730
(021) 6240655 (Hunting)
Fax. (62-21) 6240645

13 PT Ometraco Artha Ventura Menara Kebon Sirih Lt. 21
Jl. Kebon Sirih Kav. 17-19 Jakarta Pusat

14 PT Abad Perdana Kapita Ventura
Jl. Melawai XI No.55 Jakarta Selatan 12160
(021) 7399522, 7399947
Fax. 7211485

15 PT Maco Venturindo Kapital Menara Imperium Lt.10, Suite A
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 1 Jakarta 12980
(021) 835.4111 Fax. (021) 8354114

16 PT Ventura Cakrawala Investama
Gedung Aneka Usaha Perkebunan
Lt. III, Jl. Tanjung Karang No. 5
Jakarta 10230
(021) 3917351 – 3158705

17 PT PNM Venture Capital Gedung Arthaloka Lt. 9
Jl. Jend. Sudirman Kav.2
Jakarta 10220
(62-21) 2511404
Fax. (62-21) 2511546

18 PT PNM Techno Ventura Gedung Bumi Bina Usaha, Lt.9,
Suite 902, Jl. Asia Afrika 141-149 Bandung
(62-22) 4241315, 4241316, 4204095
Fax. (62-22) 4241316

19 PT Mitra Ventura Indonesia Komplek Wijaya Graha Puri Blok H 12
A Jl.Wijaya II Kebayoran Baru Jakarta
Selatan 12160 (62-21) 725-5513
Fax. (62-21) 722-1552

20 PT Ventura Giant Asia Wisma Mitra Sunter 11th, Komplek
Mitra Sunter Blok C2, Jl. Yos Sudarso
Kav. 89, Jakarta 14350
(62-21) 6514903
Fax. (62-21) 6514904

21 PT Ventindo Selaras Indonesia
Jl. Bakti No.16, Senopati, Jakarta 12180
(021) 70741921,
Fax. (021) 5737670/7260195

22 PT Swadana Mitra Binaan
Balisari Rejeki Ventura
Jl. Bendahulu. No. 8, Kompleks Gatot
Subroto, Denpasar 80135
(0361) 424803, 430087
Fax. (0361) 426577

No Nama Perusahaan Alamat Telp/Fax/Email
PATUNGAN
1 PT Finasindo Griyartha S. Widjojo Center Lt. 5 Jl. Jend.
Sudirman Kav. 71 Jakarta (021) 5205910
Fax. (62-21) 5223129

2 PT Premier Ventures Indonesia
Jl. Raya Bogor Km. 27 Ciracas Jakarta
13740 P.O. Box 2778 Jakarta 10001
(021) 8710130
Fax. (62-21) 8714869

3 PT Pama Ventura Indonesia Wisma GKBI, Suite 3901, lantai 39,
Jl. Jend. Sudirman No. 28 Jakarta 10210
(021) 57998173
Fax. (62-21) 57998174

4 PT Seavi Indonesia Venture Plaza Bapindo Tower II, Lantai 22
Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55 Jakarta 12190
(021) 5266845 (hunting)
Fax. (62-21) 5266843

5 PT Bali Walden Venture Capital
Gedung Bank Bali Lt. 11
Jl. Jend. Sudirman Kav. 27 Jakarta 12920
(021) 5237535 / 5237899
Fax. (021) 2500488

6 PT Widya Global Ventura Gedung Menara Imperium Lt.10
Suite B, Jl. H.R Rasuna Said Kav. A.
No. 1 Jakarta 12980 (021) 8354060 (Hunting)
Fax. (62-21) 8354061

7 PT Ludlow Capital
(d/h PT Istethmar Indonesia)
Graha Chantia Lt. 2
Jl. Bangka Raya N0. 6 Jakarta Selatan 12720
(021) 7199006
Fax. 7199041

8 PT Jasa Dinamika Venture Co.
Summitmas I Lt. 21
Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62 Jakarta 12190
(021) 5200808

9 PT BNI NJM Ventura Daiwa Perdana Bank Building Lt. 7
Jl. Jend. Sudirman Kav 4041 Jakarta 10210
(62-21) 5707321
Fax. (62-21) 5707318

10 PT Singa Jaya Kapita Kompleks LFD Manufacturing
Jl. Raya Bogor Km. 28 Jakarta Timur 13720
(62-21) 8710914
Fax. (62-21) 8717985

11 PT Bayindo Investama Mid Plaza I Lt.16-17
Jl. Sudirman Kav. 10-11 Jakarta 10220
(62-21) 5703661/5700595
Fax. (62-21) 5745877

12 PT Matrix Investama Plaza Chase Lt. 19
Jl. Jend. Sudirman Kav. 21 Karet-
Setiabudi Jakarta 12920
(62-21) 5200221

No Nama Perusahaan Alamat Telp/Fax/Email
DAERAH
1 PT Sarana Jabar Ventura Jl. Laswi No.104-108, Bandung, 40273 (022) 7334722
Fax. (022) 4200558
Email. sjv@elga.net.id /
ptsjv@lbm.net

2 PT Sarana Jatim Ventura Jl. Jemur Andayani No. 33

Surabaya 60237 (031) 843-2333/2333/4133
Fax. (031) 8434333
Email: jtm-vent@indo.net.id

3 PT Sarana Yogya Ventura Jl. Yos Sudarso 25
Kotabaru Yogyakarta 55224
(0274) 562333 / 518227
Fax. (0274) 518225
Email: syv@indo.net.id

4 PT Sarana Jateng Ventura Jl. Tri Lomba Juang No.5
Semarang (024) 8452929
Fax. (024-8452424 )
Email:sjatengv@semarang.wasantara.net.id

5 PT Sarana Bali Ventura Gedung Deperindag (Unit Design
Center)
Jl. By Pass – Ngurah Rai No. 546
Denpasar 80227 (0361) 282886/282887/282889
Fax. (0361) 282890
Email: ptsbv@denpasar.Wasantara.net.id

6 PT Sarana Sulsel Ventura Graha Ventura,
Jl. Hertasning Raya Timur No. 18 D,
Makassar 90222 (0411) 458416/5
Fax. (0411) 458413
Email:ssvupg@indosat.net.id

7 PT Sarana Sumbar Ventura Jl. Raden Saleh No. 30 Padang (0751) 52858/59
Fax. (0751)52859
Email:ssbvnet@indosat.net.id

8 PT Sarana Sumsel Ventura Jl. Angkatan 45 F-27 Pakjo,

Palembang 30137 (0711) 372386/372390
Fax. (0711) 354507
Email: ssvplg@palembang.wasantara.net.id

9 PT Sarana Lampung Ventura Jl. Diponegoro No.69 A, Sumur Batu,
Bandar Lampung 35214 (0721) 473714/15
Fax. (0721) 481814
Email:slv@lampung.wasantara.net.id

10 PT Sarana Kaltim Ventura Jl. P. Antasari No.21, Samarinda (0541) 754140/43
Fax. (0541) 754144
Email:skv@smd.mega.net.id

11 PT Sarana Jambi Ventura Jl. Kapten Pattimura No.119, Kenali
Besar, Jambi 36001 (0741) 668388/89
Fax. (0741) 668390
Email:ventura@Jambi.wasantara.net.id

12 PT Sarana Aceh Ventura Jln. Tgk Syach Muda Wali No. 39
Banda Aceh (0651) 22117 / 25645
Fax. (0651) 33185
Email:pt.sav@aceh.wasantara.net.id

13 PT Sarana Kalbar Ventura Jl. Veteran No. 18 Pontianak 78121 (0561) 736613/765240
Fax. (0561) 46883
Email:pt-skv@ptk.centrin.net.id

14 PT Sarana Sulut Ventura Jl. Babe Palar No. 45-46 Manado 95117
(0431) 857867/8 Fax. (0431) 860043
Email:sulutve@telkom.net.id

15 PT Sarana NTB Ventura Jl. Sandubaya No. 99 Bertais
Cakranegara NTB (0370) 673234
Fax. (0370) 673839
Email: sntbv@mataram.wasantara.net.id

16 PT Sarana Surakarta Ventura Jl. M. Saleh Werdisastro No. 1
Surakarta-Solo 57133 (0271) 667602/603/604
Fax. (0271) 667605
Email:ssv@indo.net.id

17 PT Sarana Sumut Ventura Jl. Setia Budi No.90 F-G Medan 20133 (061) 8218380/08/88 Fax. (061) 8218348
Email:sumutven@medan.wasantara.net.id

18 PT Sarana Maluku Ventura Jl. Rijali No. 44 Ambon 97123 (0911) 348764 / 65
Fax. (0911) 341388
Email:smvamq@ambon.wasantara.net.id
19 PT Sarana Papua Ventura Jl. Raya Sentani No.74 A Waena,
Jayapura (0967) 573912/11
Fax. (0967) 573977
Email:sijv@jayapura.wasantara.net.id
20 PT Sarana Riau Ventura Jl. Jend. Sudirman No.1 Tangkerang
Utara (sebelah ASKES), Pekanbaru 28282
(0761) 857910 Fax. (0761) 857766
Email:riau-ventura@telkom.net

21 PT Sarana Sultra Ventura Jl. La Ode Hadi No.212, Kendari
Sulawesi Tenggara 93117 (0401) 391222/391333
Fax. (0401) 391666
Email:ssv@Kendari.wasantara.net.id

22 PT Sarana Sulteng Ventura Jl. Ir. H. Juanda No.6 Palu Sulawesi
Tengah 94112 (0451) 421800/454950
Fax. (0451) 424888
Email:ventura@palu.wasantara.net.id

23 PT Sarana Kalteng Ventura Gedung Pusat Bisnis Batang Garing
Lt.1 Kav 107 & Lt.II Kav.208 A&B,
Jl. D.I. Panjaitan No.1 Palangkaraya73111 .

24 PT Sarana Kalsel Ventura Jl Pramuka RT 33 No. 12A Banjar
masin, Kalsel, 70249
(0511) 273-209
Fax. (0541) 254-252

25 PT Sarana Bengkulu Ventura Jl. P. Natadirja No.12 Km 6,5 Bengkulu
38225 (0736) 342257/753 Fax. (0736) 20912
Email:sbv@bengkulu.wasantara.net.id

26 PT Sarana NTT Ventura Jl. Samratulangi No.19 Walilkota-
Kupang NTT (0380) 820929 Fax. (0380) 824436
Email:nttvent@kupang.wasantara.net.id
ASOSIASI MODAL VENTURA INDONESIA,
d/a. PT Astra Mitra Ventura Jl. Majapahit No. 16 Lt. 2
Jakarta 10160Telp. (021) 3450653
Fax. (021) 3450652

Diposkan oleh TIM SUKSES di 06:41 0 komentar

Label: Perusahaan

Posting Lama Beranda

Langganan: Entri (Atom)

SMS KAMPANYE PILKADA

Media sms Iklan massal

Kategori

Tamu online

layanan

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774
DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

infoalamat.com

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774
DOMAIN INI DI JUAL JIKA BERMINAT HUB 081 3300 87774

proses

proses update masih berlangsung harap bersabar

  © Free Blogger Templates Digi-digi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP  

 

Kisahku sebagai Anak Adopsi

Kisahku sebagai Anak Adopsi

Hal pertama yang memulai kenyataan bahwa aku seorang anak adopsi / pungut ketika aku kelas 5 SD. Ketika aku pulang dari sekolah dan melewati rumah tetanggaku terdengar teriakan ” Anak pungut lewat! ” Teriakan itu berulang kali kudengar setiap aku pulang sekolah.Awalnya aku cuek saja tapi semakin lama aku bingung, kenapa setiap aku lewat rumah tetanggaku selalu mendengar ucapan itu. Padahal saat aku lewat hanya aku seorang diri, muncul pertanyaan dalam benakku “Siapa yang dimaksud Anak pungut itu ?”
Hingga suatu hari ketika aku pulang sekolah dan mendengar teriakan itu, aku mendatangi rumah tetanggaku itu dan bertanya siapa yang dimaksud anak pungut tersebut. Alangkah kagetnya ketika tetanggaku menjawab “Kamu kan anak pungut! Mang ga tahu?” Ucapan itu terasa petir secara aku masih kecil, masih kelas 5 SD.
Aku lari pulang sambil menangis. Sampai rumah kutemui mamaku, ku bertanya “mama, kata tetangga di ujung aku anak pungut! Bener itu ma?” Mamaku sangat kaget dan ikut menangis karena melihat tangisku. Mama memelukku dan berkata “iya , kamu anak angkat. Kamu BUKAN ANAK KANDUNG papa dan mama” Saat mendengar pernyataan itu langsung aku menangis menjerit. Aku bertanya ke mamaku “Siapa mama kandungku?” lalu mamaku masuk ke kamar , mengambil sesuatu dari dalam lemari. Ternyata mamaku mengambil sebuah surat yang terlihat sudah lusuh. Mamaku menyodorkan surat tersebut dan menyuruhku membacanya. Kubuka suratnya dan kubaca tulisan tangan, disitu dijelaskan bahwa aku diserahkan untuk diadopsi tapi yang kusesalkan aku tidak ingat sampai sekarang siapa nama ayahku kandungku yang tertera di surat itu.
Anak seusiaku masih kelas 5 SD dipaksa untuk mengerti dan mengetahui asal-usulku yang sebenarnya. Usia yang seharusnya belum pantas mengetahui semua itu. Sejak saat itu aku merasa minder dan malu dengan lingkungan di rumahku. Terutama pada teman sebayaku ketika aku ingin bermain bebas seperti mereka aku hanya bisa terdiam merenung di kamar.
Hari terus berjalan, setelah kejadian itu sikap mamaku berubah drastis kepadaku. Awalnya sebelum kejadian itu, mamaku selalu baik dan sangat sayang kepadaku secara aku adalah anak perempuan tunggalnya. Hari demi hari sikap dan ucapan mamaku semakin kasar.
Setiap hari aku harus belajar dengan keras untuk mendapat nilai yang paling sempurna, jika nilai ulanganku mendapat nilai 7, aku langsung dihukum, aku dipukul dengan sapu lidi, ditampar, tidak boleh nonton tv.
Bahkan kalau aku ada PR sekolah tapi tidak bisa mengerjakan pasti aku langsung dibentak, dimarahi kasar.
Satu malam, aku lupa aku kelas berapa tapi pastinya aku masih SD. Aku belajar ulangan IPS, sudah 2 jam aku belajar menghafal tapi aku tetap tidak bisa saat ditanya jawab oleh mamaku. Saat aku salah menjawab, mamaku langsung memukulku hingga akhirnya aku disuruh belajar lagi sampai jam 9 malam, tapi tetap saja aku ga bisa jawab saat tanya jawab dengan mamaku, entah ada apa dengan diriku saat itu hingga tidak ada 1 pun materi pelajaran yang masuk ke otakku. Setelah nilai ulangan dibagi, ternyata aku dapat nilai 67. Aku takut sekali saat itu, takut dimarahi. Sampai dirumah aku tunjukkan hasil ulanganku ke mamaku dengan sangat takut. Ternyata benar mamaku marah besar, dia berkata “Dasar anak bego! Ulangan begini aja cuma dapat 67! Dasar anak pungut, uda bagus diurus tapi ga tau terima kasih! Kalau gue ga pungut, udah mati di tong sampah”
Hati ini sangat sakit mendengar ucapan itu, hari terus berjalan, aku yang seharusnya menikmati masa kecil yang menyenangkan tapi harus dihadapkan dengan situasi yang sangat menyedihkan dan menyakitkan. Kalimat “Dasar anak pungut, uda bagus diurus tapi ga tau terima kasih! Kalau gue ga pungut, udah mati di tong sampah” itu selalu teringat di benakku yang membuatku untuk hidup mandiri, memaksaku untuk bisa mengatasi setiap masalah yang ada dengan harapan bahwa aku tidak mengecewakan orang tua angkatku nantinya. Ku berpikir hanya itu yang bisa kulakukan supaya orang tua angkatku setidaknya bisa menerima.
Ibuku juga selalu bilang “Jadi anak jangan nyusahin orang tua! Jangan suka nambah masalah, kamu itu anak pungut. Kalau sakit jangan ngerengek minta diurus” Kalimat itu sebagai pecut dalam hidupku, aku berjanji pada diri sendiri untuk bisa melakukan dan mengerjakan sesuatu sendiri dan tidak pernah mau merepotkan orang tuaku.

Berbagai tantangan kualami, pandangan miring dari lingkungan tetangga sekitar rumah dan juga pandangan miring dari keluarga besar kedua orang tua angkatku. Karena mereka tahu statusku sebagai anak adopsi maka aku juga dikucilkan oleh saudara sepupuku baik dari mama atau dari papa.

Ketika aku beranjak dewasa, SD,SMP pun terlewati dengan kondisi yang bisa aku katakana sangat tidak aku harapkan. Terkadang aku melamun membayangkan teman-temanku. Alangkah bahagyanya mereka berangkat sekolah ada yang mengantar, mendapatkan kasih sayang dan yang buat aku semakin tergores hatinya ketika terjadi perkumpulan wali murid ibu angkatku tidak mau menghadirinya.

Katanya malu mempunyai anak pungut kaya aku. Memang ayahku tidak se kejam ibuku, sekali-kali pernah memberi aku uang buat jajan. Ayahku sebagai seorang pedagang usut tinusut mempunyai seorang istri lagi di kota. ayah angkatku pulangnya tidak menentu kadang 1 bulan sekali kadang bias nyampe 2 bulan baru pulang. Hubunganku dengan ayah angkatku pun terbilang kaku, dia tipe orang yang pendiam dan tidak begitu banyak bicara.

Ibuku sebetulnya ingin sekali menceraikannya tetapi apalah daya siapa yang menjadi tulang punggung keluarga ini. Jikalau menghandalkan uang kiriman dari kakaku yang ke-tiga pasti tidak mencukupi buat kehidupan sehari-hari.  aku ingin sekali mengetahui siapa ayah dan ibuku yang sesungguhnya. Sebetulnya terbesut juga keinginan untuk membahagiakan kedua orangtua angkatku untuk sekedar membuat dia tersenyum padaku pun susah bukan main.

Ketika aku duduk di kelas 2 SMA aku mengikuti lomba mametika karena mengikuti loba aku pulang pasti sore. Ibuku pun sering mengomel “jadi anak itu yang rajin, harus ngerti pekerjaan ruma” akupun bilang aku akan mengikuti lomba bu, akan tetapi ibuku memaki dengan alas an apa untungnya lomba tidak menghasilkan uang tandasnya. Memang ibu angkatku bisa dibilang materialis terutama dalah hal uang. Singkat cerita akupun berhasil menjadi juara 2 dalam lomba itu. Ibuku yang mengetahuinya pun tersenyum kepadaku sembaru berkata “nah kaya gitu jadi gak sia-sia aku pungu kamu” medengar kata-kata itu akupun mencoba sabar karena kebetulan ada teman-temanku yang sedang main kerumahku. Untungnya aku mempunyai teman yang dibilang sangat baik kepadaku. Teman-temanku banyak yang mengetahui tentang ibu angkatku yang super menjengkelkan.

Teman-temanku pun cenderung kasihan terhadapku memang si banyak yang bilang kepadaku kalo butuh apa-apa bilang saja kita bias bantu kata mereka. Akan tetapi pengalam di masa kecilku selalu mengingatkan serta memaksaku untuk harus berbuat mandiri. Aku yakin suatu ketika aku bias sukses dan membuat orangtua angkatku kagum kepadaku.

Waktu berjalan dengan begitu cepat, aku pun telah lulus sma. Kini aku bekerja di alfamart sebagai kasir. Gajihku pun tidak seberapa tapi ya aku syukuri cukup untuk menghidupi aku dan ibu angkatku di rumah. Ayah angkatku sekarang sudah mulai sakit-sakitan.

Anehnya ketika ayah angkatku jatuh sakit pasti pulang kesini tidak di rumah istri mudanya. Memang semenjak aku lulus sekolah ibuku tidak begitu bawelnya memarahi aku. Kini cenderung menurun tingkat emosinya mungkin karena factor usia yang sudah mulai menua.

Ketika ayah dirumah dan sakit akulah yang merawatnya, iya walaupun aku bukan anak kandungnya tetap aku masih bersyukur ada yang meng adopsiku walaupun tidak aku harapka kehidupan yang seperti ini aku alami. Ketiga kakak angkatku sangat tidak menyukai ayah angkatku. Ketika ayah di rumah pasti kakaku yang belum menikah enggan tidur di rumah. Aku sangat kasihan terhadap ayah angkatku. Ketika dia sedang sakit-sakitan ehh anak-anaknya tidak memerhatikannya. Mungkin itu semua terjadi karena ayah angkatku menikah lagi. Dan kasih sayang terhadap keluarganya berkurang.

Sebagai seorang anak angkat akupun mengerti akan hak-hakku di rumah ini, singkat cerita ayahkupun meninggal. Kami pun tak sangat bersedih. Memang sih dalam hati aku tak begitu sedih mungkin karena kebenciaaanku terhadap ibuku. Akan tetapi akupun senantiasa mendoakannya.

20 tahun sudah aku lewati hidup ini tanpa aku mengetahui siapa sebenarnya ke dua orang tua kandungku. Hati ini tak hentinya mengeram dan menjerit ingin sekali aku bertemu ayah dan ibu kandungku yang telah melahirkanku. Suatu ketika aku pun memberanikan diri menanyakan sesuatu kepada ibuku. Sebetulnya akupun sudah siap mengambil resiko jika menanyak hal ini pasti ibu angkatku marah besar bahkan mungkin bias mengusir aku dari rumah ini, akan tetapi tekad ku pun sudah bulat aku ingin sekali menanyaka siapa sebetulnya orang tuaku. Ketika selesai pulang dari pekerjaanku akupun memasak sembari membersihkan rumah. Setelah selesai membuat masakan akupun memangggil ibu angkatku untuk mengajak makan bersama sambil menonton tv “bu, ini aku masakin nasi goring ayok kita makan bareng” ibuku pun mau makan bersamaku. Kemudian sambil makan aku bertanya “bu, boleh nggak aku nanya suatu hal” sambil meluluhkan hatinya akupun berbicara panjang lebar mengenai kehidupan teman temanku yang punya orang tua kandung. Ibuku pun menangi sembari memeluku. Beliau Minta maaf terhadapku selama ini telah memaki memarahi aku. Aku pun bilang “iya bu akupun minta maaf selama ini banyak nyusahiin ibu” ibukupun menceritakan tentang semuanya saat dia mengadopsiku. Bahkan ibukupun tidak tahu siapa sebenarnya ibu kandungku sebetulnya. Yang dia ceritakan ibu kandungku tidak sanggup menghidupi kelak. Kata dia ayah kandungku telah meninggal dunia sebelum aku lahir.

Alangkah teririsnya hati ini, perasaan yang sangat sangat tidak aku inginkan. Rasanya ingin segera meninggalkan dunia ini. Sempat berkata kenapa tuhan tidak adil terhadapku, kenapa aku harus mengalami semua ini, kenapa orang tuaku begitu kejam terhadapku. Akupun segera memeluk ibu angkatku sambil berkata “ibu aku udah gak punya siapa-siapa lagi keculai ibu” ibu angkatkupun tanpa aku sadari meeluku dengan eratnya sembari menangis terseduh-terseduh sembali berkata “berulang-ulang maafkan ibu nak, maafkan ibu nak”

Semenjak kejadian itupun aku dan ibu angkatku mulai harmonis. Sekarang ketiga kakak angkatku sudah memppunyai rumah tangga masing-masing. Tinggal aku yang belum menikah. Ibuku pun berpesan jika aku menikah dia harap aku tetap di tinggal bersamanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Contoh Proposal Budidaya Kelinci

 

PROPOSAL USAHA

 

Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Penumbuhan Jiwa Kewirausahaan

 

 

 

 

 

 

 

Judul:

PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI

 

 

Oleh:

KHAFID ALWI

PGSD ¾

40213111

 

 

 

STKIP ISLAM BUMIAYU

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BUMIAYU

2015

BAB  I   PENDAHULUAN
  1. Judul Kegiatan : PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI
  2. Status Usaha : Usaha yang akan saya jalankan adalah rintisan usaha pengembangan yang telah ada dan secara berkelompok.
  3. Rasional Kegiatan : Usaha pengembangan BUDIDAYA KELINCI yang akan saya dirikan adalah jenis usaha industri kelompok berskala kecil. Alasan saya dalam memilih usaha industri pengembangan kelinci berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai beriktu; (a) Peningkatan gizi masyarakat (b) Peningkatan sumber serta sumber pakar. Dapat memanfaatkan limbah tanaman holikultura seperti wortel, labu, ketimun, kangkung dll. Serta kotoran kelinci merupakan jenis ternak yang mulai banyak dilirik peternak. (c). saya memiliki pengalaman dalam budidaya kelinci, selain sebagai daging kelinci juga bisa dimanfaatkan sebagai penghasil kulit dan bulu sebagai bahan baku industri.
  4. Tujuan Kegiatan :

Tujuan dari didirikankanya usaha industri budidaya kelinci ini adalah:

  1. Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas serta pendapat peternak secara berkelanjutan;
  2. Meningkatkan kemandirian dan kerja sama kelompok. Terciptanya kegiatan agrobisnis ternak kelinci yang di jalankan secara intensif;
  3. Meningkatkan kemampuan kelompok peternak secara manajerial dan teknis dalam mengembangkan usaha kelompoknya.
  4. Terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat dan meningkatnya pendapatan.

 

 

 

 

 

BAB  II  METODE PELAKSANAAN

  1. Produk : Produk olahan industri yang akan saya hasilkan adalah : KELINCI PEDAGING, Tekstur daging kelinci yang lembut dan gurih merupakan salah satu alasan banyak dicari konsumen. Selain itu, kandungan kolesterol daging kelinci juga jauh lebih rendah (164 mg/100 gr daging) dibandingkan daging ayam, sapi, domba, kambing dan babi (berkisar 220-250 mg/100 gr daging) sehingga lebih sehat dikonsumsi. Kandungan lemak daging kelinci 8%, sedangkan daging ayam 12%, daging sapi 24%, daging domba 14% dan daging babi 21%. Protein daging kelinci mencapai 21% sementara ternak lain hanya berkisar 17-20%. Berdasarkan kandungan protein, lemak dan kolesterol, daging kelinci sangat baik untuk dikonsumsi sebagai daging yang sehat dan semaikin diterima pasar. Selain diolah menjadi sate, beberapa pengusaha membuat variasi produk berbahan dasar kelinci seperti abon, bakso, burger, dendeng, nugget dan sosis. Tujuan dari deferesiansi produk tersebut agar dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyrakat. Manfaat lain yang bias diambil dari kelinci adalah pupuk dari kotoran yang dihasilkan. Air seni kelinci juga bias dipakai untuk penyubur tanaman dan pembasmi penyakit di daun. Berdasarkan realitas tersebut, terlihat bahwa peluang usaha budidaya ternak kelinci masih sangat menjajikan.

 

  1. Bahan Baku : 1. Pengadaan Ternak
  2. Pengadaan Peralatan Kandang
  3. Pengadaan Pakan
  4. Pengadaan Vaksin & Obat-obatan
  5. Proses Produksi :

Proses produksi budidaya kelinci

BUDIDAYA KELINCI akan diproduksi dengan proses sebagai berikut:

  1. MEMBUAT KANDANG YANG NYAMAN

Selain sebagai tempat berteduh dari teriknya matahari dan dinginnya udara malam hari, kandang juga berfungsi sebagai tempat berkembang biak. Oleh karena itu kandang menjadi syarat penting untuk sebuah kelangsungan hidup ternak dan kelangsungan hidup pengusaha ternak. Membuat kandang dan perlengkapan sangat dipengaruhi oleh kondisi lokasi,situasi, tingkat usaha dan modal.

Bentuk dan ukuran kandang yang akan dibangun sebaiknya memerhatikan kemudahan dalam bekerja, mengontrol serta kehematan waktu dan tenaga dalam pengelolaannya.

  1. TIPE DAN KONSTRUKSI KANDANG

Kandang kelinci dapat dimodifikasi dan ditempatkan sesuai dengan kondisi setempat. Hal penting yang harus diperhatikan adalah kandang harus tetap dalam kondisi sejuk dan kering serta terhindar dari segala macam gangguan (predator). Oleh karenanya, bahan yang digunakan untuk kandang harus menahan predator masuk ke kandang. Kandang juga sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan.

  1. Bagian kandang
  2. Lantai

Lantai kandang dapat dibuat dari bambu, kayu, kawat, atau tanah. Kami memilih menggunakan bamboo dengan pertimbangan harga lebih murah, mudah didapat dan mudah pemasangannya. Pemasangan bamboo untuk lantai dibuat kisi-kisi dengan jarak antar bamboo 1-2cm.

  1. Dinding

Dinding terbuat dari kayu, kawat, bamboo atau gabungan dari ketiganya. Yang terpenting adalah sirkulasi udara tetap lancar dan terlindungi pada saat hujan ataupun saat terpaan angina kencang.

  1. Atap

Bahan yang paling efektif digunakan untuk atap adalah genteng dan asbes. Karena harganya terjangkau dan dapat menjaga kestabilan suhu kandang.

  1. Bentuk kandang

Bentuk kandang yang akan digunakan adalah kandang batrai dan kandang postal/koloni. Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu :

  1. Kandang pejantan dengan ukuran 80 x 50 x 60 cm
  2. Kandang indukan dengan anakan dengan ukuran 90 x 70 x 60 cm.

Ukuran kandang sebaiknya disesuaikan dengan jenis kelinci yang dipelihara, secara umumukuran kelonggaran bisa diukur dari empat kali besar badannya.

  1. Perlengkapan kandang

Perlengkapan kandang berfungsi untuk memudahkan peternak dalam memelihara ternaknya, sekaligus sarana untuk mencapai keberhasilan usaha. Perlengkapan kandang meliputi :

  1. Tempat pakan
  2. Tempat minum
  3. Sarang beranak
  1. PENYIAPAN BIBIT

Ciri-ciri kelinci adalah sebagai berikut :

  1. Penampilan secara umum nampak tegap, gerakannya gesit
  2. Bulu halus mengkilap dan tidak rontok
  3. Pandangan mata tajam
  4. Nafsu makan baik
  5. Bagian kaki tidak bengkok
  6. Ekor naik mengikuti arus tulang punggung
  7. Bagian anus tidak basah atau kotor

Kelinci adalah hewan yang memiliki kemauan dalam beranak. Kelinci dapat melahirkan rata-rata 6-12 ekor. Masa pubernya dimulai umur 3 bulan keatas. Namun kelinci betina baru bias menghasilkan sel telur yang baik untuk betina pada usia 5,5 bulan keatas. Sedangkan pejantan biasanya sudah bias membuahi usia 4,5 bulan.

  1. PEMELIHARAAN

 

  1. Pemasaran :

Segmen pasar yang dibidik untuk sementara waktu tiga tahun kedepan adalah pasar lokal kota Blitar. Diperkirakan dengan jumlah penduduk  kota blitar 600.000. jiwa, 40 % nya adalah remaja yang dijadikan sasaran bidik pemasaran, maka akan ada sasaran bidik sejumlah 240.000 jiwa. Jika 5% dari jumlah remaja yang menjadi sasaran pemasaran tertarik terhadap produk sari nanas, maka akan ada calon konsumen sebesar 12.000 konsumen. Strategi pemasaran yang dilakukan adalah dengan cara konsinyasi pada toko-toko bahan makanan. Dengan asumsi konsumen 12.000 orang perbulan, maka jumlah produk yang harus dihasilkan adalah  kurang lebih 13200 gelas, yaitu jumlah target dan 10% untuk stok.

Dengan asumsi pasar tumbuh 20% pertahun, maka gambaran pasar 3 tahun kedepan dapat ditunjukan sebagai berikut:

Tahun usaha Jumlah Konsumen Jumlah Produk
2015 -2016 12.000 13.200
2016 – 2017 14.400 15.840
2017 – 2018 17.280 19.008

 

  1. Tempat Produksi :

Tempat produksi dilakukan di rumah sendiri di jalan raya Nglegok Kabupaten Blitar. Tempat produksi cukup strategis karena berada pada poros jalan raya Blitar-Nglegok sehingga dapat dengan mudah di akses oleh kendaraan untuk pengiriman maupun calon pembeli yang membawa kendaraan besar.

Luas tempat produksi yang disediakan adalah 80 meter persegi, yang terdiri dari: 20 meter persegi untuk penyiapan bahan baku, 20 meter persegi untuk proses pengolahan, 20 meter persegi untuk proses pengemasan, dan 20 meter persegi untuk gudang penyimpanan produk siap jual.

BAB  III  TARGET LUARAN

  1. Target produk :

Produk yang akan dihasilkan adalah SARI NANAS dalam kemasan gelas 220 ml. kualitas produk yang akan dihasilkan adalah sari nanas natural dengan bahan gula murni tanpa mempergunakan bahan pengawet maupun pewarna. Sesuai dengan kapasitas peralatan produksi, produk yang dapat dihasilkan adalah 240.000 gelas pertahun. Namun sesuai dengan jumlah konsumen yang ditargetkan, produksi yang akan dihasilkan adalah 500 gelas perhari atau 12.000 perbulan (24 hari kerja/bulan)

  1. Target konsumen :

Konsumen yang ditargetkan adalah usia remaja dengan jumlah target rata-rata 12.000 orang perbulan atau 144.000 orangpertahun.

  1. Target pendapatan : Jumlah pendapatan yang ingin saya peroleh setiap bulan adalah Rp. 2.400.000,-

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV   RENCANA BIAYA

  1. Rencana biaya usaha :

Rencana biaya usaha yang akan saya lakukan adalah sebagai berikut:

BIAYA INVESTASI    
1. PENGADAAN      
No Uraian Vol Satuan  Harga/Sat  Jumlah Rp.
1 Kelinci Indukan 130 ekor Rp    300,000  Rp    39,000,000
2 Kelinci Pejantan 13 ekor Rp    400,000  Rp      5,200,000
           Rp   44,200,000

 

2. PERALATAN          
a. Peralatan Kantor      
No Uraian Vol Satuan  Harga/Sat  Jumlah Rp.
1 Kandang Indukan 130 Unit Rp      70,000  Rp      9.100,000
2 Kandang Pejantan 13 Unit Rp      70,000  Rp         910,000
3 Kandang Anakan 10 Unit Rp      80,000  Rp         800,000
4 Sarang Beranak 130 Unit Rp        5,000  Rp         650,000
5 Tempat Makan 153 Unit Rp        5,000  Rp         765,000
6 Tempat Minum 153 Unit Rp      14,000  Rp      2,142,000
           Rp     7,575,000

 

b.        
No Uraian Vol Satuan  Harga/Sat  Jumlah Rp.
1 Kompor gas 1 bh  Rp     150,000  Rp         150,000
2 Tabung gas 12 kg 1 bh Rp      550,000  Rp         550,000
3 Sealer 1 bh Rp      800,000  Rp         800,000
4 Panci 20 liter 2 bh Rp      125,000  Rp         250,000
5 Drum 100 liter 1 bh Rp      175,000  Rp         175,000
6 Pengaduk logam 2 bh Rp        15,000  Rp           30,000
7 Timbangan 1 bh Rp        80,000  Rp           80,000
8 Gayung Melamin 2 bh Rp        20,000  Rp           40,000
           Rp     2,075,000
           
 JUMLAH BIAYA INVESTASI   (Peralatan) Rp      9,650,000

 

3. DATA OPERASI        
  Kapasitas produksi/hari 500 gelas 21  karton
  Hari kerja perbulan 24 hari 500  karton
  Standar harga  paket satuan  harga  harga/sat
1 Air 1 liter  Rp         25  Rp          25
2 Gula pasir 1 kg  Rp    6,000  Rp     6,000
3 Apel 1 kg  Rp    4,000  Rp     4,000
4 Esence 1 gram  Rp       250  Rp        250
5 Gelas 50 bh  Rp    7,500  Rp        150
6 Cup/tutup gelas 500 bh  Rp  17,500  Rp          35
7 Biaya sablon 1000 bh  Rp  25,000  Rp          25
8 Plastik sedotan 100 bh  Rp    3,000  Rp          30
9 Karton 1 bh  Rp    1,750  Rp     1,750
10 Gas        
  Upah kerja/bulan 24 hari  upah  Upah /hari
1 Manajer 1 bln  Rp 900,000  Rp   37,500
2 Tenaga harian 1 bln  Rp 600,000  Rp   25,000
           

 

 

4. BIAYA OPERASI          
a. Kebutuhan bahan baku          
No Uraian Vol. bahan Satuan  Harga /sat  Jumlah Total  Jumlah Total
1 Air 100 liter  Rp          25  Rp         2,500  
2 Gula pasir 5 kg  Rp     6,000  Rp       30,000  
3 Apel local 5 kg  Rp     2,500  Rp       12,500  
4 Essence 10 gram  Rp        250  Rp         2,500  
  Jumlah biaya bahan baku        Rp       47,500  Rp      47,500
             
b. Kebutuhan bahan pembantu          
No Uraian Vol. bahan Satuan  Harga /sat  Jumlah Total  Jumlah Total
1 Gelas 500 bh  Rp      150  Rp        75,000  
2 Tutup plastik 500 bh  Rp        35  Rp        17,500  
3 Biaya sablon 500 bh  Rp        25  Rp        12,500  
4 Plastik sedotan 500 bh  Rp        30  Rp        15,000  
5 Kemasan karton 21 bh  Rp   1,750  Rp        36,458  
  Jumlah biaya bahan pembantu        Rp      156,458  Rp    156,458
             
             Rp    203,958
c. Kebutuhan biaya  operasional          
No Uraian Vol. bahan Satuan  Harga /sat  Jumlah Total  Jumlah Total
1 Sewa listrik 500 bh  Rp         15  Rp        7,500  
2 Gas 500 bh  Rp         10  Rp        5,000  
3 Biaya promosi 500 bh  Rp         25  Rp      12,500  
4 Biaya Transportasi 500 bh  Rp         25  Rp      12,500  
  Jumlah biaya operasional        Rp      37,500  Rp 37,500

 

 

GAJI DAN UPAH KERJA          
No Uraian Volume Satuan  Harga/Sat  Jumlah Rp  Jumlah Total
1 Tenaga ahli 1 oh  Rp   37,500  Rp   37,500  
2 Pekerja 2 oh  Rp   25,000  Rp   50,000  
           Rp   87,500  Rp         87,500
             
  JUMLAH BIAYA PRODUKSI PERHARI        Rp        328,958
  JUMLAH BIAYA PRODUKSI PERBULAN        Rp     7,895,000
  BIAYA INVESTASI USAHA AWAL      Rp   17,545,000
  BIAYA CADANGAN OPERASIONAL      Rp     2,455,000
  JUMLAH TOTAL BIAYA USAHA      Rp   20,000,000

 

5. MENGHITUNG HARGA JUAL          
No Uraian Jumlah Biaya    Kapasitas produk  Biaya per unit  
1 Biaya bahan baku perbulan  Rp     5,795,000    Rp             12,000  Rp               483  
2 Biaya operasional perbulan  Rp     2,100,000    Rp             12,000  Rp               175  
  Total biaya operasi perbulan      Rp    7,895,000 Total Biaya per Unit  Rp               658  
             
  Margin keuntungan yang diharapkan 40  prosen 0.400  
  Harga Jual produk per unit  Rp          658 plus  Rp              263  Rp            921  
  Harga jual per karton isi 24  Rp          921    Rp                24  Rp      22,106  
             
6. TITIK IMPAS PRODUKSI          
  Biaya operasi perbulan  Rp    7,895,000        
  Jumlah Titik Impas produksi 8571 gelas 357  Karton  
 

 

           
7. RENCANA ALIRAN KAS          
URAIAN TRANSAKSI PERSIAPAN  BULAN 1  BULAN 2  BULAN 3
PERSEDIAAN PRODUK     500 600 660
         
Kas awal bulan  Rp      20,000,000  Rp         2,275,000  Rp      5,596,000  Rp            10,056,600
Jumlah unit terjual   400 440 484
Nilai penjualan    Rp       11,396,000  Rp    12,535,600  Rp            13,789,160
Pendapatan lain-lain        
Jumlah Pemasukan  Rp     20,000,000  Rp       13,671,000  Rp    18,131,600  Rp           23,845,760
           
Pembelian peralatan kerja & Kantor  Rp      9,650,000      
Pembelian bahan baku          
Pembelian bahan utama  Rp      1,320,000  Rp         1,320,000  Rp      1,320,000  Rp             1,320,000
Pembelian bahan penolong  Rp      3,755,000  Rp         3,755,000  Rp      3,755,000  Rp             3,755,000
Biaya operasional dan sewa  Rp         900,000  Rp            900,000  Rp         900,000  Rp                900,000
   Rp     5,975,000  Rp         5,975,000  Rp      5,975,000  Rp             5,975,000
           
Gaji dan Upah        
Tenaga ahli  Rp          900,000  Rp           900,000  Rp         900,000  Rp                900,000
Pekerja  Rp       1,200,000  Rp         1,200,000  Rp      1,200,000  Rp             1,200,000
   Rp       2,100,000  Rp         2,100,000  Rp      2,100,000  Rp             2,100,000
Jumlah Pengeluaran  Rp     17,725,000  Rp         8,075,000  Rp      8,075,000  Rp             8,075,000
           
 SALDO AKHIR BULAN  Rp      2,275,000  Rp         5,596,000  Rp    10,056,600  Rp           15,770,760

 

  1. Rancangan Pengembangan & Investasi:

Keuntungan yang saya peroleh dari usaha adalah :

Uraian Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
Hasil penjualan  Rp11,396,000  Rp12,535,600  Rp  13,789,160
Biaya operasional  Rp  8,075,000  Rp  8,075,000  Rp    8,075,000
Keuntungan  Rp  3,321,000  Rp  4,460,600  Rp    5,714,160

 

Keuntungan tersebut akan saya gunakan untuk:

Pengembalian modal 0.30%  Rp   996,300  Rp  1,338,180  Rp    1,714,248
Pengembangan usaha 0.30%  Rp   996,300  Rp  1,338,180  Rp   1,714,248
Tabungan 0.40%  Rp1,328,400  Rp 1,784,240  Rp   2,285,664

 

BAB V  JADWAL PELAKSANAAN.

Jadwal Pelaksanaan usaha dan tahap kebutuhan anggaran disusun sebagai berikut:

No Uraian Kegiatan Bulan Pelaksanaan
    Juni Juli
1 Pembelian peralatan Kantor 5 item  
Rp      7,575,000  
2 Pembelian peralatan produksi 8 item  
Rp      2,075,000  
3 Penataan ruang produksi    
Rp.  200,000  
4 Pembelian bahan baku produksi untuk satu bulan operasional   6 item
  Rp     5,795,000
  Jumlah Rp       9,850,000 Rp     5,795,000

 

 

BAB VI ORGANISASI PELAKSANA
  1. Personil : Personil pelaksana kegiatan usaha tersusun sebagai berikut:
No Nama Pendidikan/Keahlian Deskripsi tugas
1 Siti Sendari S1 Tataboga Manajer dan pemasaran
2 Karyono S1 Kimia Produksi
3 Janis DIII Elektro Produksi

 

  1. Pendamping : Usaha industri SARI NANAS dalam menjalankan usahanya akan didampingi oleh:
No Nama Lembaga/Keahlian Deskripsi tugas
1 Dra. Wahyuni, M.T Teknik Industri UM/ S1 Tataboga pengembangan teknologi
2 Syamsul Arifin CV. Aneka rasa/ pengolahan minuman pendampingan manajemen

 

BAB  VII  POTENSI KHUSUS

  1. Peluang Komersial: Produk SARI NANAS selama ini belum pernah diproduksi oleh perorangan ataupun industri makanan yang sudah ada, dengan demikian produk ini memiliki peluang pasar yang baik karena tanpa pesaing.
  2. Peluang Patent atau Haki: Sari Nanas merupakan produk baru dengan karakteristik sebagai minuman penyegar sekaligus memiliki khasiat untuk menurunkan kadar kholestrol, maka produk ini memiliki peluang yangbesar untuk mendapatkan patent.
  3. Peluang Legalitas: Peluang untuk mendapatkan legalitas usaha sangat tinggi karena produk minuman sari nanas diproduksi dengan teknologi pengolahan yang memenuhi syarat higyenitas dan bebas dari bahan berbahaya.

Hasil Diskusi Tentang Penilaian

Ringkasan Juknis Penilaian
a. SMK
• Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.
• Melakukan penilaian secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil, dalam bentuk: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Ulangan harian dapat dilakukan bila sudah menyelesaikan satu atau beberapa indikator atau satu kompetensi dasar (KD), ulangan tengah semester dilakukan bila telah menyelesaikan beberapa KD atau satu stándar kompetensi (SK), ulangan akhir semester dilakukan setelah menyelesaikan semua KD atau SK semester bersangkutan, sedangkan ulangan kenaikan kelas dilakukan pada akhir semester genap dengan menilai semua SK semester ganjil dan genap, dengan penekanan pada semester genap.

Penilai No Jenis
Penilaian Unsur yang terlibat Ruang lingkup
materi Bentuk Administrasi Penilaian
Produktif Normatif dan Adaptif
Pendidik 1 Ulangan Harian (Penilaian pro-ses akhir KD/tatap muka) Guru KD KHS KHS
2 Ulangan Tengah Semester (Penilaian akhir beberapa KD atau akhir sebuah SK) Guru
(Internal/QA)
dan Unsur Eksternal/ QC Beberapa KD atau SK KHS/Skill Passport KHS
3 Ulangan Akhir Semester Ganjil (komprehensif, seluruh kompe-tensi dalam satu semester)

Guru,
dan Unsur Eksternal Dapat berupa beberapa KD atau SK • KHS/ Skills
• Passport
• Laporan
Hasil
Belajar
• Leger • Raport
• Leger
Pendidik (Satuan Pendidikan)
1 Ulangan Kenaikan Kelas/ akhir semester genap Guru dan Unsur Eksternal SKL yang dipelajari pada tahun yang bersangkutan • KHS/Skill
Passport
• Laporan
Hasil
Belajar
• Transkrip
• Leger • Raport
• Leger

Penilai No Jenis
Penilaian Unsur yang terlibat Ruang lingkup
materi Bentuk Administrasi Penilaian
Produktif Normatif dan Adaptif

2
Ujian Sekolah • Sekolah, Pemerintah
• (Internal/QA dan atau Eksternal/QC)
Mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN untuk seluruh SKL yang sudah diajarkan • KHS/ Skills
• Passport
• Laporan
Hasil
Belajar
• Translrip
• Ijazah
• Leger • Ijazah
• Transkrip
• Leger
Pemerintah
1 Ujian Nasional (UN) Pememrintah dan Du/Di Seluruh SKL Ujian Nasional • Transkrip
• Ijazah
• SKHUN
• Sertifikat Kompetensi • Ijazah
• SKHUN
• Leger

1. KKM Program Normatif dan Adaptif
Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator program normatif dan adaptif adalah 75%.
• KKM program normatif dan adaptif ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, dan kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran
• KKM program produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan kompetensi yang berlaku di dunia kerja yang bersangkutan. Kriteria ketuntasan untuk masing-masing kompetensi dasar (KD) adalah terpenuhinya indikator yang dipersyaratkan dunia kerja yaitu kompeten atau belum kompeten dan diberi lambang/skor 7,00 bila memenuhi persyaratan minimal.
• Data penilaian unjuk kerja adalah skor yang diperoleh dari pengamatan terhadap unjuk kerja peserta didik dari suatu kompetensi. Skor diperoleh dari format penilaian unjuk kerja, berupa daftar ceklist.
• Nilai yang dicapai oleh peserta didik dalam suatu unjuk kerja adalah tingkat ketercapaian indikator pada setiap KD. Nilai unjuk kerja suatu kompetensi ditetapkan berdasarkan skor KD terendah.
A. Penetapan Teknik Penilaian
Dalam memilih teknik penilaian hendaknya mempertimbangkan ciri indikator, contoh:
1. Apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka teknik penilaiannya adalah unjuk kerja (performance).
2. Apabila tuntutan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaiannya adalah tertulis.
3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap indikator dalam suatu Kompetensi Dasar (KD) diberikan skor 0% – 100%. Kriteria ideal pencapaian masing-masing indikator adalah lebih dari 70%, tetapi sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator (misalnya: mulai dari 50%), dengan rasional acuan: tingkat kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas indikator, dan ketersediaan daya dukung guru serta sarana dan prasarana. Kriteria ketuntasan untuk masing-masing Kompetensi Dasar (KD) adalah terpenuhinya indikator yang dipersyaratkan dunia kerja yaitu kompeten atau belum kompeten dan diberi lambang/skor 7,00 bila memenuhi persyaratan minimal.
4. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas  50%, peserta didik dapat mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti remedial untuk indikator yang belum tuntas, Sebaliknya, apabila nilai indikator dari suatu KD < KKM, artinya peserta didik belum menuntaskan indikator. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang belum tuntas > 50%, peserta didik belum dapat mempelajari KD berikutnya (artinya harus mengulang KD tersebut).

Contoh: Penghitungan nilai KD dan ketuntasan belajar suatu mata pelajaran.

Kompetensi Dasar Hasil Belajar Indikator KKM Perolehan Nilai Ketuntasan
Menyimpulkan bahwa tiap wujud benda memiliki sifatnya masing-masing dan dapat mengalami perubahan 1. Mendeskripsikan sifat-sifat benda padat, cair, dan gas
 Mendeskripsikan benda padat berdasarkan sifatnya.
 Menunjukkan bukti tentang sifat benda cair.
 Menunjukkan bukti tentang sifat benda gas 70%

70%

60% 70

69

69 Tuntas

Belum tuntas

Tuntas
2. Mendemonstrasikan bahwa beberapa benda dapat melarutkan benda lainnya  Menunjukkan benda padat yang dapat dilarutkan pada benda cair.
 Mengidentifikasi benda cair yang dapat melarutkan benda padat.
 Mengartikan larutan dan pelarut 60%

70%

60% 61

80

90 Tuntas

Tuntas

Tuntas
Nilai indikator pada hasil belajar No.1 cenderung 70, jadi nilai hasil belajar No.1 adalah 70 atau 7,00.
Nilai indikator pada hasil belajar No.2 bervariasi, dihitung nilai rata-rata indikator. Jadi nilai hasil belajar No.2 :
;  Dengan demikian nilai KD =
Pada hasil belajar No.1, indikator No.2 belum tuntas. Jadi peserta didik perlu mengikuti remedial untuk indikator No.2.
b. Buku Laporan (Rapor)
Rapor adalah buku laporan hasil belajar peserta didik yang secara administratif dilaporkan setiap satu semester, untuk semua mata pelajaran yang ditempuhnya dengan tuntas. Bagi mata pelajaran yang belum mencapai ketuntasan tidak dimasukan ke dalam rapor. Untuk mengatasi hal tersebut sekolah dapat menerbitkan rapor sementara. Format dan isi laporan disesuaikan dengan karakteristik kompetensi keahlian.
(Lampiran 4. Contoh Format Rapor).
Penjelasan dan contoh format rapor, serta tata cara pengisiannya dapat dilihat pada Buku Petunjuk teknis Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik SMK (Rapor SMK).
• Jika peserta didik masih belum menuntaskan indikator, HB, KD, dan SK pada lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran sampai batas akhir tahun ajaran, maka peserta didik tersebut harus mengulang di kelas yang sama.
• Apabila dalam penilaian yang dirancang berdasarkan indikator dari sebuah KD mengandung aspek/ranah pengetahuan, maka proses pembelajaran harus membahas tentang pengetahuan, apabila ada penilaian motorik, maka proses pembelajaran harus ada kegiatan praktik, dan apabila ada penilaian sikap, maka dalam pembelajaran harus ada proses pembentukan sikap.
• Walaupun prinsip pembelajaran berbasis kompetensi maju terus, namun bila 3 (tiga) kompetensi yang dipelajari di kelas IX dan X tidak mencukupi maka sekolah dapat menetapkan bahwa peserta didik mengulang secara keseluruhan di tingkat semula.
• Sekolah dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di bawah nilai ketuntasan belajar ideal (KKMstandar = 75) dan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan ideal secara bertahap sampai tercapai standar minimal program keahlian tersebut.
F. Kenaikan Kelas
• Kriteria kenaikan kelas ditentukan melalui rapat dewan pendidik bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket.
• Kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajar pada semester dua, dengan pertimbangan SK/KD yang belum tuntas pada semester satu harus dituntaskan sampai mencapai KKM yang ditetapkan. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedi.
• Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas ke kelas XI atau kelas XII, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran yang merupakan prasyarat dari Standar Kompetensi (SK) berikutnya.
• Peserta didik yang dinyatakan tidak naik kelas harus mengulang seluruh pelajaran di tingkat tersebut.
• Sekolah dapat menambah/menyesuaikan kriteria kenaikan kelas sesuai dengan karakteristik, kemampuan dan kebutuhan setiap sekolah.
• Nilai yang dicantumkan untuk mata pelajaran normatif, adaptif dan muatan lokal yang dicantumkan adalah nilai rata-rata dari SK mata pelajaran tersebut;
• Sedangkan nilai yang dicantumkan untuk mata pelajaran produktif adalah nilai terendah dari kompetensi dasar.
b. SMA
 Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi/ranking seseorang terhadap kelompoknya.
 Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100 %. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75 %.
 Kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajar pada semerter 2 (dua), dengan pertimbangan seluruh SK/KD yang belum tuntas pada semester 1 (satu) harus dituntaskan sampai mencapai KKM yang ditetapkan, sebelum akhir semester 2 (dua).
 Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XI, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan, lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran.
 Proses pembelajaran berbasis kompetensi menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) dan penilaian berkelanjutan.
 Apabila pada salah satu semester terdapat SK/KD mata pelajaran tertentu yang belum mencapai ketuntasan belajar dalam semester yang bersangkutan, maka laporan hasil pencapaian kompetensi peserta didik setelah dilakukan program remidial, dicantumkan pada semester berikutnya.
 Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual.
 Prinsip-prinsip utama pembelajaran tuntas adalah:
a. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis;
b. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback;
c. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan;
d. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal.
 Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.
 Bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial:
a. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda jika jumlah peserta yang mengikuti remedial lebih dari 50%;
b. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan jika jumlah peserta didik yang mengikuti remedial maksimal 20%;
c. Pemberian tugas-tugas kelompok jika jumlah peserta yang mengikuti remedial lebih dari 20 % tetapi kurang dari 50%;
d. Pemanfaatan tutor teman sebaya.
 Semua pembelajaran remedial diakhiri dengan tes ulang.
 Pembelajaran remedial dan tes ulang dilaksanakan di luar jam tatap muka.
 PENGAYAAN
 Pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh kompetensi/materi baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas masing-masing. Pembelajaran pengayaan dapat pula dikaitkan dengan kegiatan penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
 Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan, tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari peserta didik yang normal.
 Pada kolom hasil diisi nilai hasil ulangan ulang, walaupun nilai yang nantinya diolah adalah sebatas tuntas
 Laporan Hasil Belajar (LHB) atau rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam kurun waktu satu semester. Laporan prestasi mata pelajaran, berisi informasi tentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Nilai pada rapor merupakan gambaran pencapaian kemampuan peserta didik dalam satu semestar. Nilai tersebut berasal dari nilai Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir Semester. Oleh karena itu, kedudukan atau bobot nilai Ulangan Harian sama atau lebih besar dari nilai Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir Semester (Model Penilaian Kelas SMA/MA: Puskur Balitbang Depdiknas).
Rambu-rambu
 Nilai pada rapor merupakan gambaran pencapaian kemampuan peserta didik dalam satu semester. Nilai tersebut berasal dari nilai Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester,dan Ulangan Akhir Semester.
 Kedudukan atau bobot nilai Ulangan Harian, Nilai Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir Semester/Nilai Ulangan Kenaikan Kelas merupakan kebijakan satuan pendidikan yang dirumuskan bersama dengan dewan guru.
 Hal yang dapat menjadi pertimbangan bagi satuan pendidikan dalam menentukan kedudukan atau bobot adalah cakupan indikator yang diukur, konsistensi dan kontinuitas pengukuran pencapaian kompetensi sehingga kedudukan atau bobot nilai Ulangan Harian sama atau lebih besar nilai Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir Semester/Nilai Ulangan Kenaikan kelas
 Contoh 1. Pembobotan nilai Ulangan Harian lebih besar dari Ulangan Tengah Semester dan Ulangan Akhir Semester, misal: 50% – 25% – 25%
Mata Pelajaran Sosiologi :
• Nilai Ulangan Harian = 75
• Nilai Ulangan Tengah Semester = 70
• Nilai Ulangan Akhir Semester = 60
• Jadi Nilai pada rapor = (50% x 75) + (25% x 70) + (25% x 60) = 37,5 + 17,5 + 15 = 70
 KKM harus ditetapkan pada awal tahun pelajaran. Acuan kriteria tidak diubah serta merta karena hasil empirik penilaian, yang berarti KKM tidak bisa diubah pada tengah semester (Panduan Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, BAB II Butir A);
 Nilai ketuntasan belajar untuk aspek kompetensi pengetahuan dan praktik dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0 -100 (angka 100% merupakan kriteria ideal). Satuan pendidikan dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di bawah nilai ketuntasan belajar ideal
 Penilaian akhlak mulia dan kepribadian peserta didik, harus dilaksanakan secara komprehensif dan berkesinambungan. Hasil penilaian Akhlak Mulia dan Kepribadian dimaksud, diolah dan dianalisis oleh guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor yang dirangkum dalam 10 (sepuluh) aspek penilaian yang mencakup: 1) Kedisiplinan, 2) Kebersihan, 3) Kesehatan, 4) Tanggungjawab, 5) Sopan santun, 6) Percaya diri, 7) Kompetitif, 8) Hubungan sosial, 9) Kejujuran, 10) Pelaksanaan ibadah ritual. (SK Dirjen Mandikdasmen Departemen Pendidikan Nasional Nomor 12/C/KEP/TU/2008, pada Lampiran Penulisan LHB, BAB II, Butir B. 5).
 kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajar pada semester genap, dengan pertimbangan seluruh SK/KD yang belum tuntas pada semester ganjil, harus dituntaskan sampai mencapai KKM yang ditetapkan, sebelum akhir semester genap. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning), dimana peserta yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan KKM yang ditetapkan, maka yang bersangkutan harus mengikuti pembelajaran remidi sampai yang bersangkutan mampu mencapai KKM tersebut;
 peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XI, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran;
 peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XII, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran yang bukan mata pelajaran ciri khas program, atau yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal pada salah satu atau lebih mata pelajaran ciri khas program.
 Hasil pekerjaan peserta didik untuk setiap penilaian dikembalikan kepada masing-masing peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik misalnya, mengenai kekuatan dan kelemahannya. Ini merupakan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk (a) mengetahui kemajuan hasil belajarnya, (b) mengetahui kompetensi yang belum dan yang sudah dicapainya, (c) memotivas diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajarnya.
 Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik sebagai tindak lanjut hasil analisis meliputi:
1) Pelaksanaan program remedial untuk peserta didik yang belum tuntas (belum mencapai KKM) untuk hasil ulangan harian dan memberikan kegiatan pengayaan bagi peserta didik yang telah tuntas;
2) Pengadministrasian semua hasil penilaian yang telah dilaksanakan.

c. SMK
JUKNIS LAPORAN HASIL BELAJAR SMK 2006 (sebelum ada permen standar penilaian)
 Porsi waktu pemelajaran setiap kompetensi/mata pelajaran pada Kurikulum SMK tidak dirancang per satuan waktu semester atau tahun, tetapi dirancang berdasarkan kebutuhan waktu untuk menguasai kompetensi secara tuntas. Karena itu penyelesaiannya pun tidak boleh dipaksakan supaya terkait dengan akhir semester atau akhir tahun. Ulangan/tes/ujian dilaksanakan atas dasar penyelesaian program belajar yang ditempuh, bukan atas dasar akhir semester atau akhir tahun.
 Konsisten dengan prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi, laporan hasil belajar siswa –selanjutnya disebut Laporan Hasil Belajar Siswa — bisa dikeluarkan kapan saja sesuai dengan kebutuhan, melaporkan apa yang telah dicapai oleh peserta didik pada saat laporan itu dibuat. Jika berdasarkan tuntutan administratif harus dikeluarkan Laporan Hasil Belajar Siswa setiap akhir semester/akhir tahun, maka isi yang dilaporkan adalah semua hasil belajar yang telah dicapai pada saat laporan itu dikeluarkan. Sedangkan kompetensi yang masih ditempuh (sedang berjalan) tidak harus dilaporkan.
 Sesuai dengan prinsip pemelajaran berbasis kompetensi (competency-based education and training), penilaian berbasis kompetensi (competency-based assessment) harus mampu mengukur dan menilai aspek-aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif secara proporsional sesuai dengan karakteristik masing-masing kompetensi, tetapi dilakukan secara terpadu. Karena itu, nilai yang keluar harus merupakan nilai kompetensi yang menggambarkan kemampuan unjuk kerja (performance) secara utuh, dan bukan nilai aspek-aspek secara parsial.
 Kurikulum berbasis kompetensi pada prinsipnya tidak mengenal kenaikan kelas atau tingkat, setiap siswa mengikuti program dengan cara maju berkelanjutan; yaitu pindah dari satu kompetensi/subkompetensi ke kompetensi/subkompetensi berikutnya setelah kompetensi/ subkompetensi yang dipelajari dinyatakan kompeten (lulus), sesuai kriteria yang ditetapkan.
 Nilai yang dimasukkan pada Buku Laporan Pendidikan adalah nilai terendah dari subkompetensi masing-masing mata pelajaran/kompetensi.
 Pelanjutan program pembelajaran (yang terkait dengan program pembelajaran sebelumnya) dapat dilaksanakan apabila hasil belajar untuk setiap kompetensi/ subkompetensi program pembelajaran sebelumnya telah dinyatakan kompeten berdasar kriteria ketuntasan minimal.
Sosialisasi ktsp smk 2007 (Setelah permen standar penilaian)
 KRITERIA: 0% – 100%
 IDEAL: 75%
 SEKOLAH MENETAPKAN SENDIRI DGN PERTIMBANGAN: KEMAMPUAN AKADEMIS SISWA, KOMPLEKSITAS INDIKATOR, DAYA DUKUNG : GURU, SARANA
 PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL
 TATAP MUKA DENGAN GURU
 BELAJAR SENDIRI → dinilai
 KEGIATAN: MENJAWAB PERTANYAAN,MEMBUAT RANGKUMAN
 MENGERJAKANUGAS, MENGUMPULKAN DATA.
 PADA ATAU DI LUAR JAM EFEKTIF
 Ketuntasan Belajar
Berisi tentang kriteria ketuntasan minimal (KKM)per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah dengan memper-timbangkan hal-hal sbb:
– Ketuntasan belajar ideal untuk setiap indikator adalah 0 – 100 %, dgn batas kriteria ideal minimum 75 %.
– Sekolah harus menetapkan kriteria ketuntasan minimal
– Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah batas kriteria ideal, tetapi secara bertahap harus dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal.
d. SMP
JUKNIS SMP
 Nilai rapor merupakan rata-rata nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester/ulangan kenaikan kelas. Pada dasarnya bobot masing-masing nilai ditetapkan oleh sekolah. Namun demikian, bobot ulangan harian disarankan sama atau lebih dari jumlah bobot ulangan tengah semester dan akhir semester. Berikut disajikan beberapa contoh pembobotan dan penghitungan nilai rapor.
 Semua nilai mata pelajaran dinyatakan dengan angka skala 0 – 100. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus diberi pembelajaran dan penilaian remedial sehingga mencapai ketuntasan. Bila dalam waktu yang tersedia (hingga akhir semester) yang bersangkutan belum juga mencapai KKM, pencapaian/nilai tertinggi yang ia peroleh yang dimasukkan ke dalam rapor.

1. Hasil Sharing
 SMK 1 Banyumas : Penilaian di sekolah kami tidak mengambil nilai yang terendah.
Pengawas : sepanjang pengetahuan saya itu juknis sebelum ada permendiknas no. 20/2007, sehingga setelah keluar permen sudah tepat jika penilaian menyesuaikan permen yang ada sekarang.
 SMA Negeri Wangon : Di sekolah kami nilai tugas menggunakan rumus (2UH+1tugas)/3.
Pengawas : saya kira sudah tepat, dan penentuan rumus tugas itu menjadi kebijakan masing-masing sekolah atau guru.
 SMK Negeri Purwojati : Di sekolah kami penilaian produktif menggunakan bobot 30% ulangan teori, 70% ulangan praktek.
Pengawas : Boleh-boleh saja yang terpenting hasil akhir pada nilai raport merupakan akumulasi dari ulangan harian(UH), ulangan tengah semester(UTS), dan ulangan akhir semester(UAS) dengan bobot UTS, dan UAS sama atau lebih rendah dari UH.
 SMA Negeri Sokarja : Sekolah kami sudah membuat kebijakan bahwa yang diremidi adalah hanya ulangan harian sementara UTS dan UAS tidak boleh diremidi, tapi ada masalah ketika UH sudah tuntas tetapi nilai UTS dan UAS rendah sehingga ketika dicampur menggunakan rumus yang ada tidak mencapai KKM, akhirnya kami membuat rumus konversi agar bisa mencapai KKM.
Tanggapan dari SMA 2 Purwokerto : untuk konversi jangan dilegalkan atau diformalkan dengan membuat rumus karena tidak etis, sebaiknya dibelakang meja dengan diserahkan kepada guru untuk menjustifikasi perlu penambahan nilai atau tidak. Toh bila ada yang tidak tuntas ada klausul yang memperbolehkan bahwa dalam kenaikan kelas boleh ada mapel yang tidak tuntas maksimal 3 mapel.
Pengawas : Saya pikir tepat apa yang disampaikan wakil dari SMA Negeri 2 Purwokerto.
SMA Negeri Sokaraja : Kami sudah menyusun system penilaian yang secara otomatis bila rapor muncul nilai tertentu maka akan muncul pula komentar yang sudah diprogram.
Pengawas : Sekolah lain dapat meniru bila dipandang efektif.
SMA Negeri Sokaraja : Sekolah kami menugaskan kepada MGMP matematika untuk meneliti pembobotan antara nilai UH, UTS dan UAS yang paling efektif untuk sekolah, ternyata hasilnya yang dianggap paling pas proporsinya 3UH:1UTS:1UAS.
Pengawas : Bagus, sekolah lain bisa memakai proporsi itu bila cocok untuk sekolahnya.
 SMA Negeri 2 Purwokerto : Pengawas menyampaikan bila dalam hitungan KKM suatu mapel diperoleh 65 sekolah bisa saja menetapkan 70. Menurut kami menyulitkan secara administrative sehingga menurut saya lebih tepat KKM ditetapkan apa adanya sesuai hitungan yang diperoleh.
Pengawas : Bagi saya walaupun tidak ada panduan yang menyatakan itu boleh/bisa, tetapi kalau KKM itu sebagai sebuah target atau cita-cita, memungkinkan untuk ditetapkan lebih dari hitungan yang ada.
 Pengawas : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran remedial di sekolah Bapak/Ibu?
SMA Negeri 2 Purwokerto : Di sekolah kami bagi anak yang belum tuntas sampai batas pembagian rapot, maka nilai dalam rapot masih dikosongi, dan sekolah memberi batas waktu penuntasan sampai akhir januari.
Pengawas : Sebaiknya sekolah menentukan secara tegas tentang batas penuntasan belajar sehingga tidak akan terjadi sudah kelas 3 siswa akan mengikuti ujian nilai masih banyak yang kosong akhirnya menyulitkan semua pihak. Oleh karena itu kita sepakati bahwa batas penuntasan belajar, maksimal sebelum akhir semester genap pada tahun berjalan.

Purwokerto, 6 januari 2012
Pengawas SMK
Drs. Ahmad Nurul Huda, M.M.

Panduan Pengembangan RPP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berlandaskan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional, berkewajiban menetapkan berbagai peraturan tentang standar penyelenggaraan pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Standar nasional pendidikan yang dimaksud meliputi: (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.

Dalam pencapaian standar isi (SI) yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pembelajaran dalam jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada gilirannya mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) setelah menyelesaikan pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu secara tuntas. Agar peserta didik dapat mencapai SK, KD, maupun SKL secara optimal, perlu didukung oleh berbagai standar lainnya dalam sebuah sistem yang utuh. Salah satu standar tersebut adalah standar proses.

PP nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal, baik yang menerapkan sistem paket maupun sistem kredit semester (SKS).

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran secara memadai.

Oleh karena itu, disamping sebagai implementasi dari Permendiknas nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran – Dit. PSMA (yang antara lain disebutkan bahwa melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum) dipandang perlu menyusun panduan bagi guru SMA sehingga dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan RPP.
B. Tujuan

Penyusunan Panduan ini bertujuan :
1. Menjelaskan pengertian RPP;
2. arti penting proses perencanaan pembelajaran dalam proses pencapaian kompetensi siswa.
3. Menjelaskan komponen RPP
4. Menjelaskan prinsip-prinsip penyusunan RPP
5. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan RPP.
C. Manfaat

Perencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Perencanaan pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, sekolah, mata pelajaran, dsb.

Buku ini disusun dengan harapan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pengembangan perencanaan pembelajaran, seperti kepala sekolah, guru, pengawas sekolah menengah atas maupun pembina pendidikan lainnya. Bagi kepala sekolah panduan ini dapat dijadikan bahan pembinaan terhadap guru sebagai bagian dari tugasnya dalam melakukan supervisi terhadap proses perencanaan pembelajaran.

Bagi guru, panduan ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi untuk meningkatkan kompetensi dalam pengembangan perencanaan pembelajaran. Sehingga akan menghasilkan satu kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Bagi pengawas sekolah menengah atas atau para pembina pendidikan lainnya keberadaan panduan juga diharapkan mendatangkan manfaat dalam melakukan supervisi dan memberikan layanan profesional, berupa bimbingan teknis dan pendampingan secara terprogram dan berkelanjutan.

BAB II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Pengertian

Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:
”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.

Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan ke¬giatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

B. Komponen RPP

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah:
1. Identitas mata pelajaran, meliputi:
a. satuan pendidikan,
b. kelas,
c. semester,
d. program studi,
e. mata pela¬jaran atau tema pelajaran,
f. jumlah pertemuan.
2. standar kompetensi
merupakan kualifikasi kemam¬puan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3. kompetensi dasar,
adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran ter¬tentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompe-tensi dalam suatu pelajaran.
4. indikator pencapaian kompetensi,
adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilai¬an mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera¬sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. tujuan pembelajaran,
menggambarkan proses dan ha¬sil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. materi ajar,
memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro¬sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe¬tensi.
7. alokasi waktu,
ditentukan sesuai dengan keperluan un¬tuk pencapaian KD dan beban belajar.
8. metode pembelajaran,
digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembela¬jaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemi¬lihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situ¬asi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
9. kegiatan pembelajaran :
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un¬tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di¬lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang¬kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un¬tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpul¬an, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

10. Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kom¬petensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

11. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kom¬petensi.
C. PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPP
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, krea¬tivitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembang¬kan kegemaran membaca, pemahaman beragam ba¬caan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, ke¬giatan pembelajaran, indikator pencapaian kompeten¬si, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengako¬modasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegra¬si, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
D. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RPP
Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan Identitas RPP, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Setiap komponen mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan.

Penjelasan tiap-tiap komponen adalah sebagai berikut.
1. Mencantumkan Identitas
Terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas¬, Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Alokasi Waktu.
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. RPP boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
b. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus. (Standar kompetensi – Kompetensi Dasar – Indikator adalah suatu alur pikir yang saling terkait tidak dapat dipisahkan)
c. Indikator merupakan:
 ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi dasar
 penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
 dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah.
 rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
 digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
d. Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan (contoh: 2 x 45 menit). Karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada kompetensi dasarnya.

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan pembelajaran.
Misalnya:
Kegiatan pembelajaran: ”Mendapat informasi tentang sistem peredaran darah pada manusia”.
Tujuan pembelajaran, boleh salah satu atau keseluruhan tujuan pembelajaran, misalnya peserta didik dapat:
1. mendeskripsikan mekanisme peredaran darah pada manusia.
2. menyebutkan bagian-bagian jantung.
3. merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman sekelasnya.
4. mengulang kembali informasi tentang peredaran darah yang telah disampaikan oleh guru.
Bila pembelajaran dilakukan lebih dari 1 (satu) pertemuan, ada baiknya tujuan pembelajaran juga dibedakan menurut waktu pertemuan, sehingga tiap pertemuan dapat memberikan hasil.

3. Menetukan Materi Pembelajaran
Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari indikator.
Contoh:
Indikator: Peserta didik dapat menyebutkan ciri-ciri kehidupan.
Materi pembelajaran:
Ciri-Ciri Kehidupan:
Nutrisi, bergerak, bereproduksi, transportasi, regulasi, iritabilitas, bernapas, dan ekskresi.

4. Menentukan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik:
a. Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya.
b. Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi, tanya jawab, e-learning dan sebagainya.

5. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran
a. Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Langkah-langkah minimal yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan
 Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan illustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan slide animasi dan sebagainya.
 Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang akan diajarkan.
 Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi, bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dsb.
 Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar.
 Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelak-sana¬an pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).

2. Kegiatan Inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta didik untuk dapat mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-masing. Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar peserta didik dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan pembelajaran dan indikator.
Untuk memudahkan, biasanya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembaran Kerja Siswa (LKS), baik yang berjenis cetak atau noncetak. Khusus untuk pembelajaran berbasis ICT yang online dengan koneksi internet, langkah-langkah kerja peserta didik harus dirumuskan detil mengenai waktu akses dan alamat website yang jelas. Termasuk alternatif yang harus ditempuh jika koneksi mengalami kegagalan.

3. Kegiatan penutup
 Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan.
 Guru memeriksa hasil belajar peserta didik. Dapat dengan memberikan tes tertulis atau tes lisan atau meminta peserta didik untuk mengulang kembali simpulan yang telah disusun atau dalam bentuk tanya jawab dengan mengambil ± 25% peserta didik sebagai sampelnya.
 Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remidi-/pengayaan.

b. Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.

6. Memilih Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional, dan bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan bahan ajar yang sebenarnya.
Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
Jika menggunakan bahan ajar berbasis ICT, maka harus ditulis nama file, folder penyimpanan, dan bagian atau link file yang digunakan, atau alamat website yang digunakan sebagai acuan pembelajaran.

7. Menentukan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai.

Contoh minimal Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah sebagai berikut :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

A. Identitas
Nama Sekolah : ……………………………..
Mata Pelajaran : ……………………………..
Kelas, Semester : ……………………………..
Standar Kompetensi : ……………………………..
Kompetensi Dasar : ……………………………..
Indikator : ……………………………..
Alokasi Waktu : ….. x … menit (… pertemuan)

B. Tujuan Pembelajaran
C. Materi Pembelajaran
D. Metode Pembelajaran
E. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah :
Pertemuan 1
 Kegiatan Awal
 Kegiatan Inti
 Kegiatan Penutup
Pertemuan 2
 Kegiatan Awal
 Kegiatan Inti
 Kegiatan Penutup
Pertemuan 3. dst
F. Sumber Belajar
G. Penilaian
Mengetahui
Kepala Sekolah……………….,                      Guru Mata Pelajaran,

……………………………                                  . ……………………….
NIP.                                                            NIP.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SMK Villa Anggrek
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : X / 1
Pertemuan Ke : 1 dan 2
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran

Standar Kompetensi : Memahami hakekat bangsa dan negara Negara Kesatuan Republik Indonesia

Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan Hakekat bangsa dan negara Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Unsur terbentuknya negara

Indikator : – Mendeskripsikan peran dan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan mahluk sosial
– Mendeskripsikan pengertian bangsa
– Menganalisis unsur-unsur terbentuknya bangsa
– Menerapkan perilaku yang mencerminkan sikap kasih sayang kepada sesama makhluk hidup dan alam sekitarnya

Tujuan Pembelajaran : – Siswa dapat mendeskripsikan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan mahluk sosial, memiliki rasa kasih sayang ke sesama makhluk hidup dan alam sekitarnya, serta dapat menganalisis pengertian bangsa.
– Siswa dapat mendeskripsikan unsur-unsur terbentuknya bangsa
Materi Pembelajaran : Bangsa dan Negara
• Hakekat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
• Peran makhluk hidup dan alam sekitarnya dalam ekosistem
• Hakekat bangsa
Unsur-unsur terbentuknya negara
• Rakyat
• Wilayah
• Pemerintah yang berdaulat
• Pengakuan dari negara lain

Metode/model pembelajaran: Diskusi
Debat

Langkah-langkah Kegiatan:
Pertemuan 1
Kegiatan Pendahuluan
• Absensi (dapat dilakukan dilalam kegiatan inti) dan Apersepsi
• Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, teknik penilaian yang digunakan serta kegiatan yang akan dilaksanakan
• Siswa dikelompokkan ke dalam kelompok berdasarkan informasi awal yang sudah diperoleh sebelum KBM berlangsung.
• Tiap kelompok diberi materi dengan topik a. Mahluk individu, b. Mahluk sosial, c. Peran makhluk hidup dan alam sekitarnya dalam ekosistem atau d. Pengertian bangsa

Kegiatan Inti
• (Dalam kelompok) Mendiskusikan dan mendeskripsikan berdasarkan berbagai sumber topik yang ditugaskan
• Setiap anggota kelompok berpindah ke kelompok lain yang membahas topik yang berbeda. Anggota tsb menjelaskan dan berdiskusi dengan anggota kelompok lain yang didatangi tentang isi topik dari kelompok asal.
• Setiap anggota kelompok kembali kekelompok asal dan mendiskusikan masukan-masukan yang didapat
• Wakil dari tiap kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya

Kegiatan Penutup
• Guru memberikan pelurusan berdasarkan presentasi setiap kelompok, agar tidak terjadi kesalahan konsep
• Guru bersama siswa mengambil kesimpulan akhir tentang topik-topik tersebut
• Guru melakukan pos tes secara lisan
• Guru bersama siswa melakukan refleksi
• Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat laporan secara tertulis berdasarkan hasil diskusi kelas. Laporan tersebut diserahkan pada pertemuan berikutnya
• Guru menutup pelajaran dengan salam

Pertemuan 2
Kegiatan Pendahuluan
• Absensi dan Apersepsi
• Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, teknik penilaian yang digunakan serta kegiatan yang akan dilaksanakan
• Siswa dikelompokkan ke dalam 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
• Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok tentang unsur-unsur terbentuknya negara dari berbagai sumber buku

Kegiatan inti
• Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara kemudian ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
• Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis inti/ide-ide tentang unsur-unsur terbentuknya negara di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
• Sampai batas waktu berakhir, bila ada unsur yang belum terungkap guru menambahkan konsep/ide tersebut.

Kegiatan Penutup
• Dari data-data di papan tulis tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman dan melakukan pelurusan agar tidak terjadi kesalahan konsep tentang unsur terbentuknya negara
• Guru melakukan pos tes secara lisan tentang materi yang dipelajari
• Guru bersama siswa melakukan refleksi
• Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat laporan secara tertulis berdasarkan hasil diskusi kelas. Laporan tersebut diserahkan pada pertemuan berikutnya
• Guru menutup pelajaran dengan salam

Sumber Belajar : – Kewarganegaraan Kelas X, Nur Wahyu Rochmadi, Yudhistira
– Tata Negara Kelas III IPS, Budiyanto, Erlangga

Penilaian
Teknik Penilaian : Test Tertulis dan Lisan
Bentuk Instrumen : Tes Isian, tes Pilihan ganda, dan pengamatan
Contoh Instrumen : – Bangsa ditinjau dari aspek daerah, budaya dan politik dikemukakan oleh ……
a. Nur Wahyu Rochmadi
b. J. J. Rousseau
c. Hans Kohn
d. Ernest Renan
– Sebutkan 3 (tiga) unsur pembentuk bangsa !
– Jelaskan sifat negara Memonopoli !

Mengetahui, Cisarua, 17 Feb 2009

Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,

…………………………. ………………………….
NIP. 131 ……. NIP. 131 ………

Panduan Umum Pengembangan Silabus

I. PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum

Pemberlakuan peraturan dan perundangan-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan otonomi pendidikan menuntut adanya upaya pembagian kewenangan dalam berbagai bidang pemerintahan. Hal tersebut membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu:

1. Diversifikasi Kurikulum yang merupakan proses penyesuaian, perluasan, pendalaman materi pembelajaran agar dapat melayani keberagaman kebutuhan dan tingkat kemampuan peserta didik serta kebutuhan daerah/lokal dengan berbagai kompleksitasnya.
2. Penetapan Standar Kompetensi (SK), dimaksudkan untuk menetapkan ukuran minimal atau secukupnya, mencakup kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dilakukan, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan secara maju dan berkelanjutan sebagai upaya kendali dan jaminan mutu.
3. Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Provinsi/ Kabupaten/Kota sebagai Daerah Otonomi merupakan pijakan utama untuk lebih memberdayakan daerah dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan potensi daerah yang bersangkutan.

Untuk merespon ketiga hal tersebut di atas, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah melakukan penyusunan Standar Isi (SI), yang kemudian dituangkan kedalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 tahun 2006, yang mencakup komponen:

1. Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.
2. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.

B. Pendidikan Berbasis Kompetensi

Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bemartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Standar kompetensi lulusan (SKL) suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional mencakup komponen ketakwaan, akhlak, pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, dan kewarganegaraan. Semua komponen pada tujuan pendidikan nasional harus tecermin pada kurikulum dan sistem pembelajaran pada semua jenjang pendidikan. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, tugas sekolah adalah mengembangkan potensi peserta didik secara optimal menjadi kemampuan untuk hidup di masyarakat dan ikut menyejahterakan masyarakat. Lulusan suatu jenjang pendidikan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan serta berperilaku yang baik.

Untuk itu peserta didik harus mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar yang ditetapkan.

SKL merupakan bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan yang diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, seni, serta pergeseran paradigma pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik.

SKL adalah satu dari 8 standar nasional pendidikan (SNP), yang merupakan kompetensi lulusan minimal yang berlaku di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan adanya SKL, kita memiliki patok mutu, baik evaluasi bersifat mikro seperti kualitas proses dan kualitas produk pembelajaran, maupun evaluasi makro seperti efektivitas dan efisiensi program pendidikan, sehingga ke depan pendidikan kita akan melahirkan standar mutu yang dapat dipertanggungjawabkan pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan. SKL mata pelajaran selanjutnya dijabarkan ke dalam SK dan KD.

Selain mengacu pada SKL, pengembangan SK peserta didik dalam suatu mata pelajaran juga mengacu pada struktur keilmuan dan perkembangan peserta didik, yang dikembangkan oleh para pakar mata pelajaran, pakar pendidikan dan pakar psikologi perkembangan, dengan mengacu pada prinsip-prinsip:

1. Peningkatan Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Penghayatan Nilai-Nilai Budaya.
Keimanan, budi pekerti luhur, dan nilai-nilai budaya perlu digali, dipahami, dan diamalkan untuk mewujudkan karakter dan martabat bangsa.

2. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika.
Kegiatan Pembelajaran dirancang dengan memperhatikan keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.

3. Penguatan Integritas Nasional.
Penguatan integritas nasional dicapai melalui pendidikan yang menumbuhkembangkan dalam diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia melalui pemahaman dan penghargaan terhadap perkembangan budaya dan peradaban bangsa Indonesia yang mampu memberikan sumbangan terhadap peradaban dunia.
4. Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi.
Kemampuan berpikir dan belajar dengan cara mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian serta menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.

5. Pengembangan Kecakapan Hidup.
Kurikulum mengembangkan kecakapan hidup melalui budaya membaca, menulis, dan kecakapan hitung; keterampilan, sikap, dan perilaku adaptif, kreatif, kooperatif, dan kompetitif; dan kemampuan bertahan hidup.

6. Pilar Pendidikan.
Kurikulum mengorganisasikan fondasi belajar ke dalam lima pilar sesuai dengan Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) belajar untuk memahami dan menghayati; (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

7. Menyeluruh dan Berkesinambungan.
Kompetensi mencakup keseluruhan dimensi kemampuan yaitu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, pola pikir dan perilaku yang disajikan secara berkesinambungan mulai dari usia taman kanak-kanak atau raudhatul athfal sampai dengan pendidikan menengah.

8. Belajar Sepanjang Hayat.
Pendidikan diarahkan pada proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlanjut sepanjang hayat dengan mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, sambil memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

SK peserta didik dalam suatu mata pelajaran dijabarkan dari SKL lulusan, yakni kompetensi-kompetensi minimal yang harus dikuasai lulusan tertentu. Kemampuan yang dimiliki lulusan dicirikan dengan pengetahuan dan kemampuan atau kompetensi lulusan yang merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat global, karena persaingan yang terjadi adalah pada kemampuan sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi di tingkat regional, nasional, dan global.

Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Sesuai dengan prinsip otonomi dan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), pelaksana pembelajaran, dalam hal ini guru, perlu diberi keleluasaan dan diharapkan mampu menyiapkan silabus, memilih strategi pembelajaran, dan penilaiannya sesuai dengan kondisi dan potensi peserta didik dan lingkungan masing-masing. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu dibuat buku pedoman cara mengembangkan silabus berbasis kompetensi. Pedoman pengembangan silabus yang meliputi dua macam, yaitu pedoman umum dan pedoman khusus untuk setiap mata pelajaran.

Pedoman umum pengembangan silabus memberi penjelasan secara umum tentang prosedur dan cara mengembangkan SK dan KD menjadi indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, sumber belajar. Sedangkan pedoman khusus menjelaskan mekanisme pengembangan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang disertai contoh-contoh untuk lebih memperjelas langkah-langkah pengembangan silabus.

C. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, paedagogi dan penilaian. Oleh karena itu, pengembangan KTSP memiliki pendekatan berbasis kompetensi karena merupakan konsekuensi dari pendidikan berbasis kompetensi. Di dalam SI dinyatakan bahwa: KTSP yang berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar tuntas). Bimbingan diperlukan untuk melayani perbedaan individual melalui program remidial dan pengayaan.

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi harus berkaitan dengan tuntutan SKL, SK dan KD, organisasi kegiatan pembelajaran, dan aktivitas untuk mengembangkan dan memiliki kompetensi seefektif mungkin. Proses pengem¬bangan kurikulum berbasis kompetensi menggunakan asumsi bahwa peserta didik yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi tertentu.

D. Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Pembelajaran berbasis kompetensi adalah program pembelajaran di mana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, sistem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai (McAshan, 1989:19).

Dalam pembelajaran berbasis kompetensi perlu ditentukan standar minimum kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Sesuai pendapat tersebut, komponen materi pembela¬jaran berbasis kompetensi meliputi: (1) kompetensi yang akan dicapai; (2) strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi; (3) sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi.

Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik perlu dirumuskan dengan jelas dan spesifik. Perumusan dimaksud hendaknya didasarkan atas prinsip “relevansi dan konsistensi antara kompetensi dengan materi yang dipelajari, waktu yang tersedia, dan kegiatan serta lingkungan belajar yang digunakan” (McAshan, 1989:20). Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mendapatkan perumusan kompetensi yang jelas dan spesifik, antara lain dengan melaksanakan analisis kebutuhan, analisis tugas, analisis kompetensi, penilaian oleh profesi dan pendapat pakar mata pelajaran, pendekatan teoritik, dan telaah buku teks yang relevan dengan materi yang dipelajari (Kaufman, 1982: 16; Bratton, 1991: 263).

Konsep pembelajaran berbasis kompetensi menyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan tolokukur pencapaian kompetensi maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik akan terhindar dari mempelajari materi yang tidak perlu yaitu materi yang tidak menunjang tercapainya penguasaan kompetensi.

Pencapaian setiap kompetensi tersebut terkait erat dengan sistem pembelajaran. Dengan demikian komponen minimal pembelajaran berbasis kompetensi adalah:
a. pemilihan dan perumusan kompetensi yang tepat.
b. spesifikasi indikator penilaian untuk menentukan pencapaian kompetensi.
c. pengembangan sistem penyampaian yang fungsional dan relevan dengan kompetensi dan sistem penilaian.

Penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan bermanfaat untuk:
a. menghindari duplikasi dalam pemberian materi pembelajaran yang disampaikan guru harus benar-benar relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai.
b. mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai dalam mengajarkan suatu mata pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapa pun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.
c. meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan kesempatan peserta didik.
d. membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi akan lebih dipermudah dengan menggunakan tolokukur SK.
e. memperbarui sistem evaluasi dan pelaporan hasil belajar peserta didik. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi, keberhasilan peserta didik diukur dan dilaporkan berdasar pencapaian kompetensi atau subkompetensi tertentu, bukan didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar peserta didik yang lain.
f. memperjelas komunikasi dengan peserta didik tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar yang harus dilakukan dan cara yang digunakan untuk menentukan keberhasilan belajarnya.
g. meningkatkan akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun, divalidasikan, dan dikomunikasikan kepada publik, sehingga dapat digunakan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan pembelajaran kepada publik.
h. memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi yang lebih spesifik dan terperinci, sekolah dapat mengeluarkan sertifikat atau transkrip yang menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.

E. Standar Kompetensi

1. Standar Kompetensi Lulusan SMA

Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni: Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan: meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Acuan untuk merumuskan kompetensi lulusan dapat berupa landasan yuridis yaitu peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan atau dunia kerja (workplace). Secara yuridis, kompetensi lulusan SMA dapat dijabarkan dari perumusan tujuan pendidikan yang terdapat di dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Selain berdasarkan peraturan perundang-undangan, kompetensi lulusan SMA juga dapat dirumuskan berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan atau dunia kerja (workplace/stakeholder). Sebagai contoh di Australia, dalam mengatasi masalah relevansi pendidikan, selalu diusahakan adanya jalinan kerja sama antara sekolah dengan dunia industri.

Usaha dimaksud dengan melalui pengintegrasian SK yang ditentukan oleh industri ke dalam kurikulum sekolah. “Dunia industri menentukan standar kompetensi lulusan berupa pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai seseorang agar memiliki kompetensi untuk memasuki dunia kerja” (Adams, 1995: 3). Secara garis besar, kompetensi dimaksud merupakan paduan antara pengetahuan, keterampilan, dan penerapan pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam melaksanakan tugas di lapangan kerja. Secara rinci, kompetensi dimaksud meliputi: (a) keterampilan melaksanakan tugas pokok; (b) keterampilan mengelola; (c) keterampilan melaksanakan pengelolaan dalam keadaan mendesak; (d) keterampilan berinteraksi dengan lingkungan kerja dan bekerja sama dengan orang lain; dan (e) keterampilan menjaga kesehatan dan keselamatan kerja.
Perumusan aspek-aspek kompetensi secara rinci dapat dilakukan dengan menganalisis kompetensi. Bloom et al. (1956: 17) menganalisis kompetensi menjadi tiga aspek, dengan tingkatan yang berbeda-beda setiap aspeknya, yaitu kompetensi:
a. kognitif, meliputi tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
b. afektif, meliputi pemberian respons, penilaian, apresiasi, dan internalisasi.
c. psikomotorik, meliputi keterampilan gerak awal, semi rutin dan rutin.

Berbeda dengan Bloom, Hall & Jones (1976: 48) membagi kompetensi menjadi 5 macam, yaitu kompetensi:
a. kognitif yang mencakup pengetahuan, pemahaman, dan perhatian.
b. afektif yang menyangkut nilai, sikap, minat, dan apresiasi.
c. penampilan yang menyangkut demonstrasi keterampilan fisik atau psikomotorik.
d. produk atau konsekuensi yang menyangkut keterampilan melakukan perubahan terhadap pihak lain.
e. eksploratif atau ekspresif, menyangkut pemberian pengalaman yang mempunyai nilai kegunaan di masa depan, sebagai hasil samping yang positif.

Sehubungan dengan kompetensi yang dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional, ada dua butir kompetensi yang perlu mendapatkan perhatian yaitu pertama kecakapan hidup (life skill) dan kedua keterampilan sikap.

Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan untuk menciptakan atau menemukan pemecahan masalah-masalah baru (inovasi) dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur yang telah dipelajari. Penemuan pemecahan masalah baru itu dapat berupa proses maupun produk yang bermanfaat untuk mempertahankan, meningkatkan, atau memperbarui hidup dan kehidupan peserta didik.

Kecakapan hidup tersebut diharapkan dapat dicapai melalui berbagai pengalaman belajar peserta didik. Dari berbagai pengalaman mempelajari berbagai materi pembelajaran, diharapkan peserta didik memperoleh hasil samping yang positif berupa upaya memanfaatkan pengetahuan, konsep, prinsip dan prosedur untuk memecahkan masalah baru dalam bentuk kecakapan hidup. Di samping itu, hendaknya kecakapan hidup tersebut diupayakan pencapaiannya dengan mengintegrasikannya pada topik dan pengalaman belajar yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, seorang peserta didik tinggal di sebuah kampung pedalaman di tepi sungai. Di sekolah dia telah mempelajari dinamo pembangkit tenaga listrik dan sifat-sifat arus air yang antara lain dapat menggerakkan turbin atau baling-baling. Peserta didik tersebut kemudian memanfaatkan air sungai untuk menggerakkan baling-baling yang dihubungkan dengan dinamo yang digantungkan di permukaan air di tengah sungai, sehingga diperoleh aliran listrik yang dapat digunakan untuk penerangan. Contoh lain, peserta didik yang telah mempelajari bejana berhubungan dan sifat-sifat air yang tidak menghantarkan udara, lalu menciptakan “leher angsa” dari bahan tanah liat untuk penahan bau dalam pembuatan WC, dapat membuat alat untuk menyiram tanaman hias yang digantung.

Selain kecakapan yang bersifat teknis (vokasional), kecakapan hidup mencakup juga kecakapan sosial (social skills), misalnya kecakapan mengadakan negosiasi, kecakapan memilih dan mengambil posisi diri, kecakapan mengelola konflik, kecakapan mengadakan hubungan antar pribadi, kecakapan memecahkan masalah, kecakapan mengambil keputusan secara sistematis, kecakapan bekerja dalam sebuah tim, kecakapan berorganisasi, dan lain sebagainya.

Keterampilan sikap (afektif) mencakup dua hal. Pertama, sikap yang berkenaan dengan nilai, moral, tata susila, baik, buruk, demokratis, terbuka, dermawan, jujur, teliti, dan lain sebagainya. Kedua, sikap terhadap materi dan kegiatan pembelajaran, seperti menyukai, menyenangi, memandang positif, menaruh minat, dan lain sebagainya. Mengingat sulitnya merumuskan, mengajarkan, dan mengevaluasi aspek afektif, seringkali kompetensi afektif tersebut tidak dimasukkan dalam program pembelajaran. Sama halnya dengan kecakapan hidup, kompetensi afektif hendaknya diupayakan pencapaiannya melalui pengintegrasian dengan topik-topik dan pengalaman belajar yang relevan.

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh lulusan atau tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA.) dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Berkenaan dengan aspek afektif, peserta didik memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama masing-masing yang tercermin dalam perilaku sehari-hari; memiliki nilai-nilai etika dan estetika, serta mampu mengamalkan dan mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari; memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik dalam lingkup nasional maupun global.
b. Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
c. Berkenaan dengan aspek psikomotorik, memiliki keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global; memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan rumusan tersebut, maka kompetensi dapat dikelompokkan menjadi kompetensi yang berkenaan dengan bidang moral keagamaan, kemanusiaan (humaniora), komunikasi, estetika, dan IPTEK.

Hal ini tercantum dalam Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Pasal 1:
(1) Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
(2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi Lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
(3) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini.

SKL Satuan Pendidikan untuk SMA sebagaimana yang tercantum pada lampiran Permendiknas nomor 23 tahun 2006, adalah:
a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja;
b. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya;
c. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya;
d. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial;
e. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global;
f. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan putusan;
h. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri;
i. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik;
j. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks;
k. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial;
l. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab;
m. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah NKRI;
n. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya;
o. Mengapresiasi karya seni dan budaya;
p. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok;
q. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan;
r. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun;
s. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;
t. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain;
u. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis;
v. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris;
w. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi.

Berdasarkan profil kompetensi lulusan tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam sejumlah SK dan Kompetensi mata pelajaran yang relevan yang diperlukan untuk mencapai kebulatan kompetensi tersebut.

2. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

a. Pengertian Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Untuk memantau perkembangan mutu pendidikan diperlukan SK. SK dapat didefinisikan sebagai “pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran” (Center for Civ¬ics Education, 1997:2).

Menurut definisi tersebut, SK mencakup dua hal, yaitu standar isi (content standards), dan standar penampilan (performance stan-dards).
SK yang menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu seperti Kewarganegaraan, Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris. SK yang menyangkut tingkat penampilan adalah pernyataan tentang kriteria untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap SI.

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa SK memiliki dua penafsiran, yaitu: (a) pernyataan tujuan yang menjelaskan apa yang harus diketahui peserta didik dan kemampuan melakukan sesuatu dalam mempelajari suatu mata pelajaran dan (b) spesifikasi skor atau peringkat kinerja yang berkaitan dengan kategori pencapaian seperti lulus atau memiliki keahlian.
SK merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. SK juga merupakan fokus dari penilaian, sehingga proses pengembangan kurikulum adalah fokus dari penilaian, meskipun kurikulum lebih banyak berisi tentang dokumen pengetahuan, keterampilan dan sikap dari pada bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa peserta didik yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal.
Dengan demikian SK diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam:
 melakukan suatu tugas atau pekerjaan.
 mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan.
 melakukan respon dan reaksi yang tepat bila ada penyimpangan dari rancangan semula.
 melaksanakan tugas dan pekerjaan dalam situasi dan kondisi yang berbeda.

Penyusunan SK suatu jenjang atau tingkat pendidikan merupakan usaha untuk membuat suatu sistem sekolah menjadi otonom, mandiri, dan responsif terhadap keputusan kebijakan daerah dan nasional. Kegiatan ini diharapkan mendorong munculnya standar pada tingkat lokal dan nasional. Penentuan standar hendaknya dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Sebab, jika setiap sekolah atau setiap kelompok sekolah mengembangkan standar sendiri tanpa memperhatikan standar nasional maka pemerintah pusat akan kehilangan sistem untuk mengontrol mutu sekolah. Akibatnya kualitas sekolah akan bervariasi, dan tidak dapat dibandingkan kualitas antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. Lebih jauh lagi kualitas sekolah antar wilayah yang satu dengan wilayah yang lain tidak dapat dibandingkan. Pada gilirannya, kualitas sekolah secara nasional tidak dapat dibandingkan dengan kualitas sekolah dari negara lain.

Pengembangan SK perlu dilakukan secara terbuka, seimbang, dan melibatkan semua kelompok yang akan dikenai standar tersebut. Melibatkan semua kelompok sangatlah penting agar kesepakatan yang telah dicapai dapat dilaksanakan secara bertanggungjawab oleh pihak sekolah masing-masing. Di samping itu, kajian SK di negara-negara lain perlu juga dilakukan sebagai bahan rujukan agar lulusan kita tidak jauh ketinggalan dengan lulusan negara lain. SK yang telah ditetapkan berlaku secara nasional, namun cara mencapai standar tersebut diserahkan pada kreasi masing-masing wilayah.

b. Penentuan Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Perlu diingat kembali, bahwa kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan, atau ditampilkan oleh peserta didik sebagai hasil belajar. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka SK, adalah standar kemampuan yang harus dikuasai peserta didik untuk menunjukkan bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu berupa penguasaan atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu telah dicapai.

Langkah-langkah menganalisis dan mengurutkan SK adalah:
 menganalisis SK menjadi beberapa KD;
 mengurutkan KD sesuai dengan keterkaitan baik secara prosedur maupun hierarkis.

Dick & Carey (1978: 25) membedakan dua pendekatan pokok dalam analisis dan urutan SK di samping pendekatan yang ketiga yakni gabungan antara kedua pendekatan pokok tersebut. Dua pendekatan dimaksud adalah pertama pendekatan prosedural, dan kedua pendekatan hierarkis (berjenjang). Sedangkan gabungan antara kedua pendekatan tersebut dinamakan pendekatan kombinasi.

 Pendekatan Prosedural

Pendekatan prosedural (procedural approach) dipakai bila SK yang harus dikuasai berupa serangkaian langkah-langkah secara urut dalam mengerjakan suatu tugas pembelajaran.

Diagram umum pendekatan prosedural adalah sebagai berikut :

Diagram 1. Pendekatan Prosedural

Contoh dalam pelajaran Ilmu Sosial Terpadu (IST) ada beberapa SK yang diharapkan dapat dipelajari secara berurutan. Guru diharapkan dapat menyajikan mana yang akan didahulukan. Misalnya kompetensi; (1) Mengidentifikasi konsep-konsep yang membangun IST, (2) Mendeskripsikan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya, dan (3) Mendeskripsikan perubahan sosial budaya masyarakat. Dari ketiga kompetensi tersebut, maka kompetensi untuk mengidentifikasi konsep-konsep yang membangun IST harus paling dahulu dipelajari, setelah itu baru mempelajari dua kompetensi berikutnya. Di antara kedua kompetensi berikutnya maka penguasaan terhadap kompetensi mendeskripsikan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya lebih didahulukan agar peserta didik dengan mudah mendeskripsikan perubahan sosial budaya masyarakat, mengingat perubahan yang terjadi justru sebagai salah satu akibat hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Bila disajikan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada Diagram 2 berikut.

Diagram 2. Pendekatan Prosedural

Beberapa hal yang perlu dicatat dari contoh tersebut:
– peserta didik harus menguasai SK tersebut secara berurutan.
– Masing-masing SK dapat diajarkan secara terpisah (independent)
– Hasil (output) dari setiap langkah merupakan masukan (input) untuk langkah berikutnya.

 Pendekatan Hierarkis

Pendekatan hierarkis menunjukkan hubungan yang bersifat subordinatif antara beberapa SK yang ingin dicapai. Dengan demikian ada yang mendahului dan ada yang kemudian. SK yang mendahului merupakan prasyarat bagi SK berikutnya.

Untuk mengidentifikasi beberapa SK yang harus dipelajari lebih dulu agar peserta didik dapat mencapai SK yang lebih tinggi dilakukan dengan jalan mengajukan pertanyaan “Apakah yang harus sudah dikuasai oleh peserta didik, agar dengan pengajaran yang seminimal mungkin dapat diketahui SK yang diperlukan sebelum peserta didik dapat menguasai SK berikutnya?”

Untuk memperjelas, berikut disajikan diagram analisis SK menurut pendekatan hierarkis dalam mata pelajaran matematika.

Diagram 3. Pendekatan Hierarkis
II. PENGEMBANGAN SILABUS
A. Pengertian Silabus

Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai “Garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran” (Salim, 1987: 98). Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari SK dan KD yang ingin dicapai, dan materi pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai SK dan KD. Seperti diketahui, dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditentukan SK yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui pencapaian SK. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum dan pembelajaran menjawab pertanyaan (1) Apa yang akan diajarkan (SK, KD, dan Materi Pembelajaran); (2) Bagaimana cara melaksanakan kegiatan pembelajaran, metode, media); (3) Bagaimana dapat diketahui bahwa SK dan KD telah tercapai (indikator dan penilaian).

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengem¬bangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu SK maupun satu KD. Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi sistem penilaian selalu mengacu pada SK, KD, dan indikator yang terdapat di dalam silabus.

B. Prinsip Pengembangan Silabus

Untuk memperoleh silabus yang baik, dalam penyusunan silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Di samping itu, strategi pembelajaran yang dirancang dalam silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran dan teori belajar.

2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. Prinsip ini mendasari pengembangan silabus, baik dalam pemilihan materi pembelajaran, strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penetapan waktu, strategi penilaian maupun dalam mempertimbangkan kebutuhan media dan alat pembelajaran. Kesesuaian antara isi dan pendekatan pembelajaran yang tercermin dalam materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran pada silabus dengan tingkat perkembangan peserta didik akan mempengaruhi kebermaknaan pembelajaran.

3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. SK dan KD merupakan acuan utama dalam pengembangan silabus. Dari kedua komponen ini, ditentukan indikator pencapaian, dipilih materi pembelajaran yang diperlukan, strategi pembelajaran yang sesuai, kebutuhan waktu dan media, serta teknik dan instrumen penilaian yang tepat untuk mengetahui pencapaian kompetensi tersebut.

4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara KD, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, serta teknik dan instrumen penilaian. Dengan prinsip konsistensi ini, pemilihan materi pembelajaran, penetapan strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan sumber dan media pembelajaran, serta penetapan teknik dan penyusunan instrumen penilaian semata-mata diarahkan pada pencapaian KD dalam rangka pencapaian SK.

5. Memadai
Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian KD. Dengan prinsip ini, maka tuntutan kompetensi harus dapat terpenuhi dengan pengembangan materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan. Sebagai contoh, jika SK dan KD menuntut kemampuan menganalisis suatu obyek belajar, maka indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan teknik serta instrumen penilaian harus secara memadai mendukung kemampuan untuk menganalisis.

6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Banyak fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi dan dapat mendukung kemudahan dalam menguasai kompetensi perlu dimanfaatkan dalam pengembangan pembelajaran. Di samping itu, penggunaan media dan sumber belajar berbasis teknologi informasi, seperti komputer dan internet perlu dioptimalkan, tidak hanya untuk pencapaian kompetensi, melainkan juga untuk menanamkan kebiasaan mencari informasi yang lebih luas kepada peserta didik.

7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas silabus ini memungkinkan pengembangan dan penyesuaian silabus dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.

8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Prinsip ini hendaknya dipertimbangkan, baik dalam mengembangkan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, maupun penilaiannya. Kegiatan pembelajaran dalam silabus perlu dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kemampuannya, bukan hanya kemampuan kognitif saja, melainkan juga dapat mempertajam kemampuan afektif dan psikomotoriknya serta dapat secara optimal melatih kecakapan hidup (life skill).

C. Unit Waktu Silabus

1. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk setiap mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
2. Penyusunan silabus suatu mata pelajaran memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
3. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan SK dan KD untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum.

D. Pengembangan Silabus

Pengembangan silabus dilakukan oleh kelompok guru mata pelajaran sejenis pada satu sekolah atau beberapa sekolah pada kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

1. Disusun secara mandiri oleh kelompok guru mata pelajaran sejenis pada setiap sekolah apabila guru-guru di sekolah yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi sekolah/ madrasah dan lingkungannya.
2. Sekolah/madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah/madrasah lain melalui forum MGMP untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup MGMP setempat. Dapat pula mengadaptasi atau mengadopsi contoh model yang dikeluarkan oleh BSNP.

E. Komponen Silabus

Silabus merupakan salah satu bentuk penjabaran kurikulum. Produk pengembangan kurikulum ini memuat pokok-pokok pikiran yang memberikan rambu-rambu dalam menjawab tiga pertanyaan mendasar dalam pembelajaran, yakni (1) kompetensi apa yang hendak dikuasai peserta didik, (2) bagaimana memfasilitasi peserta didik untuk menguasai kompetensi itu, dan (3) bagaimana mengetahui tingkat pencapaian kompetensi oleh peserta didik. Dari sini jelas bahwa silabus memuat pokok-pokok kompetensi dan materi, pokok-pokok strategi pembelajaran dan pokok-pokok penilaian.

Pertanyaan mengenai kompetensi yang hendaknya dikuasai peserta didik dapat terjawab dengan menampilkan secara sistematis, mulai dari SK, KD dan indikator pencapaian kompetensi serta hasil identifikasi materi pembelajaran yang digunakan. Pertanyaan mengenai bagaimana memfasilitasi peserta didik agar mencapai kompetensi, dijabarkan dengan mengungkapkan strategi, pendekatan dan metode yang akan dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Pertanyaan mengenai bagaimana mengetahui ketercaiapan kompetensi dapat dijawab dengan menjabarkan teknik dan instrumen penilaian. Di samping itu, perlu pila diidentifikasi ketersediaan sumber belajar sebagai pendukung pencapaian kompetensi.

Berikut disajikan ikhtisar tentang komponen pokok dari silabus yang lazim digunakan:

1. Komponen yang berkaitan dengan kompetensi yang hendak dikuasai, meliputi :
a. SK
b. KD
c. Indikator
d. Materi Pembelajaran

2. Komponen yang berkaitan dengan cara menguasai kompetensi, memuat pokok pokok kegiatan dalam pembelajaran.

3. Komponen yang berkaitan dengan cara mengetahui pencapaian kompetensi, mencakup
a. Teknik Penilaian :
 Jenis Penilaian
 Bentuk Penilaian
b. Instumen Penilaian

4. Komponen Pendukung, terdiri dari :
a. Alokasi waktu
b. Sumber belajar.

III. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS

A. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji SK dan KD mata pelajaran sebagaimana tercantum pada SI, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI dalam tingkat;
2. keterkaitan antara SK dan KD dalam mata pelajaran;
3. keterkaitan antar KD pada mata pelajaran;
4. keterkaitan antara SK dan KD antar mata pelajaran.

B. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan:
1. potensi peserta didik;
2. karakteristik mata pelajaran;
3. relevansi dengan karakteristik daerah;
4. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spritual peserta didik;
5. kebermanfaatan bagi peserta didik;
6. struktur keilmuan;
7. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
8. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
9. alokasi waktu.

C. Melakukan Pemetaan Kompetensi

1. mengidentifikasi SK, KD dan materi pembelajaran
2. Mengelompokkan SK, KD dan materi pembelajaran
3. Menyusun SK, KD sesuai dengan keterkaitan

D. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah:
1. Disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik (guru), agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
2. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai KD.
3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
4. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi.

E. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

Kata Kerja Operasional (KKO) indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkret ke abstrak (bukan sebaliknya).

Kata kerja operasional pada KD benar-benar terwakili dan teruji akurasinya pada deskripsi yang ada di kata kerja operasional indikator.

F. Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

G. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

H. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penulisan buku sumber harus sesuai kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia.

Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
I. Contoh Model Silabus

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : X
Semester : 1
SK : 1. Memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Alokasi waktu : 8 X 45 Menit

KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER BELAJAR

1.1 Mendeskripsikan hakikat bangsa dan unsur-unsur terbentuknya negara

Bangsa dan negara
• Manusia sebagai mahkluk individu dan mahkluk sosial

• Pengertian dan unsur terbentuknya bangsa
• Pengertian Negara dan Unsur-unsur terbentuknya negara
– Rakyat
– Wilayah
– Pemerintah yang berdaulat
– Pengakuan dari negara lain

Mengkaji berbagai literatur tentang
kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Mendiskusikan hasil kajian literatur Pengertian dan unsur terbentuknya bangsa, Pengertian Negara dan Unsur-unsur terbentuknya negara
• Mendeskripsikan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
• Menguraikan pengertian bangsa dan unsur terbentuknya bangsa
• Menganalisis pengertian negara dan unsur terbentuknya Negara

Tes tertulis (Uraian, pilihan ganda, lainnya)
2 x 45

• Darji Darmo-diharjo, (1990), Pendidiikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Malang: Penerbit IKIP Malang
• Budiyanto,(1999) Tata negara untuk SMA, Jakarta Penerbit Erlangga

J. Pengembangan Silabus Berkelanjutan

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran di kelas, dari sebuah silabus perlu dikembangkan dan dibuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rancangan secara menyeluruh kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik. dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, dan strategi pembelajaran serta penilaian yang akan dilakukan oleh guru dalam proses pembekalan kompetensi peserta didik.

Guru dapat mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan menentukan bahan ajar dalam berbagai bentuk (Lembar Kerja Siswa, Lembar Tugas Siswa, Lembar Informasi, dan lain-lain), sesuai dengan strategi pembelajaran dan penilaian yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Anna R. (1999). Industry Standards Based Curricu¬lum. Australian National Training Authority.

Adams, Anna R. (1995). Competency Based Training. Di¬rectorate Vocational Education, IATVEP A Project.

Abdul Gafur (1986). Disain Instruksional: Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.

Abdul Gafur (1987). Pengaruh Strategi Urutan Penyampaian, Umpan Balik, dan Keterampilan Intelektual Terhadap Hasil Belajar Konsep. Jakarta: PAU – UT.

Abdul Gafur, dkk. (1986). Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali.

Abdul Gafur (1985). Media Besar Media Kecil: Alat dan Teknologi Pengajaran. Semarang: IKIP Press.

Anglin Gary J. (1991). Instructional Technology: Past, Present, and Future. Colorado: Englewood Cliffs.

Bloom et al. (1956). Taxonomy of educational objectives: the classification of educational goals. New York: McKay.

Bratton, Barry. (1991). Professional Competencies and Certifcation in the Instructional Technology Field. Colo¬rado: Englewood Cliffs, Inco.

Center for Civics Education (1997). National Standard for Civics and Government. Calabasas CA: CEC Publ.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1992). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Sekjen Debdikbud.

Dick, W. & Carey L. (1978). The Systematic Design of In¬struction. Illinois: Scott & Co. Publication.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001). Kebijakan Pendidikan Menengah Umum. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Edwards, H. Cliford, et.all (1988). Planning, Teaching, and Evaluating: A Competency Approach. Chicago: Nelson-Hall.

Gronlund, Norman E. (1984). Determining Accountability for Classroom Instruction. New York: Macmillan Publish¬ing Company.
Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976). Competency-Based Edu¬cation: A process for the improvement of education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc.

Hall, William C. (1995). Course Planning. Adelaide: Advi¬sory Center for University, the University of Adelaide.

Hooper, R. (1975). The Curriculum. Edinburg: Oliver &Boyd: The Open University.

Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of Teaching. New Jer¬sey: Englewood Cliffs, Publ.

Kemp, Jerold (1977). Instructional Design: A Plan for Unit and Curriculum Development. New Jersey: Sage Publi¬cation.

Kaufman, Roger A. (1992). Educational Systems Planning. New Jersey: Englewood Cliffs.

Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing standard-based districts, schools, and classrooms. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

McAshan, H.H. (1989). Competency-Based Education and Behavioral Objectives. New Jersey: Educational Tech¬nology Publications, Engelwood Cliffs.

Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for Instructional Sys¬tems Development. New York: Academic Press.

Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional Theories in Ac¬tion: Lessons Illustrating Selected Theories and Models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publ.

Rosset, A. (1991). A Handbook of Job Aids. San Diego: Pfeiffer Publ.

Russell, James D. (1984). Modular Instruction: A Guide to Design, Selection, Utilization and Evaluation of Modular Materials. Minneapolis: Burgess Publishing Company.

Salim, Peter (1987). The Contemporary English Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English Press.

GLOSARIUM
Kecakapan hidup (lifeskill): kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat, misalnya: kemampuan berfikir kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakan peran sebagai warganegara yang bertanggung jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia kerja.

Kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran yang memadai untuk menunjang penguasaan KD maupun SK.

Kompetensi dasar (KD): kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan; kemampuan mini¬mum yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik untuk standar kompensi tertentu dari suatu mata pelajaran.

Kompetensi lulusan: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan lulusan suatu jenjang pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Konsistensi (ketaatazasan): keselarasan hubungan antar komponen dalam silabus (kemampuan dasar, materi pembelajaran dan pengalaman belajar).

Materi pokok/pembelajaran: bahan ajar minimal yang harus dipelajari peserta didik untuk menguasai KD.

Pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pendekatan hierarkis: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas penjenjangan materi pokok/pembelajaran.

Pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas urutan penyelesaian suatu tugas pembelajaran.

Pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pembe¬lajaran berdasarkan atas lingkup lingkungan, yaitu dari lingkup lingkungan yang paling dekat dengan peserta didik menuju ke lingkup lingkungan yang lebih jauh.

Pendekatan tematik: strategi pengembangan materi pembelajaran yang bertitik tolak dari sebuah tema.

Pendekatan terjala (webbed): strategi pengembangan pelajaran, dengan menggunakan topik dari beberapa mata pelajaran yang relevan sebagai titik sentral, dan hubungan antara tema dan sub-tema dapat digambarkan sebagai sebuah jala (webb).

Ranah afektif: aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.

Ranah kognitif: aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir; kemampuan memperoleh pengetahuan; kemam¬puan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.

Ranah psikomotor: aspek yang berkaitan dengan kemam¬puan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.

Relevansi: keterkaitan.

Silabus: susunan teratur materi pembelajaran mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu.

Standar Kompetensi (SK): kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk satu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajari tertentu yang harus dimiliki oleh peserta didik; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

Daftar katakerja operasional yang digunakan dalam perumusan SK dan KD/kompetensi minimal.

SK Kompetensi Dasar
Membandingkan Menghitung Mensaripatikan
Menganalisis Mendeskripsikan Meragakan
Mengklasifikasikan Menguraikan Menemukan
Mengidentifikasi Mengurutkan Menggunakan
Mengoperasikan Mendemonstrasikan Melaporkan
Mengkontruksi Mensimulasikan Membuat
Menafsirkan Melafalkan Mengukur
Menerapkan Menyusun Menghitung
Membuktikan Menunjukkan Membedakan
Mengevaluasi Menggerakkan Menggambar
Mengelola Melakukan Melukis

Keterangan:
1. Satu kata kerja tertentu misalnya “mengidentifikasi” dapat digunakan baik pada standar kompotensi maupun KD. Hanya saja cakupan materi pembela¬jaran pada standar kompotensi lebih luas daripada materi pada KD.
2. Satu SK dapat dijabarkan menjadi 3 sampai 6 KD/kompetensi minimal.
3. Satu KD/kompetensi minimal dapat dijabarkan menjadi sekurang-kurangnya 3 butir indikator.
4. Pada SK dan KD belum memuat indikator.

Lampiran 2

Contoh
Format Silabus Dan Cara Mengisinya

Nama sekolah : Diisi nama sekolah tempat peserta didik belajar
Mata Pelajaran : Diisi nama mata pelajaran
Kelas/Program : Diisi kelas berapa SK tersebut harus dicapai melalui proses pembelajaran
Semester : Diisi semester berapa SK tersebut harus dicapai melalui proses pembelajaran
SK : Diisi rumusan SK

No. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar

Memuat KD hasil penjabaran dari SK yang telah dirumuskan dalam SI.

Memuat materi pembelajaran hasil penjabaran masing-masing KD yang telah dirumus¬kan.
Memuat alternatif pengalaman belajar peserta didik yang terpilih yang dapat dipakai untuk mencapai penguasaan KD.

Memuat Indikasi ketercapaian KD yang telah dirumuskan dalam SI.

Memuat Jenis, bentuk, dan macam penilaian yang akan digunakan untuk melihat hasil belajar.

Memuat alokasi waktu yang diperlukan untuk menguasai masing-masing KD
Memuat jenis sumber bahan/alat yang digunakan.

(Materi MK 01) Teknik Penyusunan KTSP & Silabus SMK

KATA PENGANTAR

Sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menyelesaikan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang kemudian dikukuhkan menjadi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Nomor 24 Tahun 2006 yang disempurnakan dengan Nomor 6 tahun 2007 tentang ketentuan pelaksanaannya. BSNP juga telah menerbitkan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pengalaman melakukan persiapan untuk penyusunan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (KTSP-SMK), ternyata berbagai ketentuan tentang penyusunan KTSP yang termuat pada peraturan-peraturan tersebut, termasuk pedoman penyusunannya, masih memerlukan analisis dan upaya pensistematisan yang tidak sederhana, terutama karena ada beberapa ketentuan yang saling terkait tapi berada pada dokumen yang berbeda-beda. Atas dasar itulah, maka sesuai dengan tugas dan fungsinya, Direktorat Pembinaan SMK berupaya merevisi Bahan Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2006 menjadi Edisi 2008 yang sepenuhnya diturunkan secara sistematis dari peraturan-peraturan tersebut dan pedoman pelaksanaannya.
Bahan bimbingan teknis hasil revisi ini diharapkan dapat membantu para pihak yang terlibat dalam pengembangan dan implementasi KTSP-SMK serta satuan pendidikan SMK pada umumnya, dalam upaya menerapkan peraturan-peraturan dimaksud. Pada gilirannya, seperti yang diharapkan, setiap SMK atau kelompok SMK akan mampu menyiapkan sendiri KTSP yang akan diimplementasikannya.
Seri bahan bimbingan teknis (Bimtek) ini meliputi judul-judul berikut.
1. Teknik Penyusunan KTSP dan Silabus SMK;
2. Teknik Penyusunan RPP;
3. Teknik Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal SMK;
4. Teknik Penyusunan Modul Bahan Ajar);
5. Teknik Pelaksanaan Pengembangan Diri pada SMK;
6. Model-model Pembelajaran SMK;
7. Penilaian dan Pelaporan Hasil Belajar Peserta Didik SMK;
8. Implementasi Sistem Kridit Semester pada SMK.
Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi sehingga terwujudnya seri buku bahan bimbingan teknis ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Jakarta, November 2008
Direktur Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan,

Dr. Joko Sutrisno
NIP. 131415680

DAFTAR ISTILAH (GLOSARIUM)
1. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Badan Standar Nasional Pendidikan yang disingkat BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan.
3. Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi lulusan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
4. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
5. Kerangka Dasar Kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
6. Keunggulan Lokal dan Global adalah potensi unggulan daerah dan atau internasional dalam bentuk sumberdaya alam dan sosial budaya (seni, produk, jasa, kerajinan, bahasa, teknologi dan lain-lain).
7. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
8. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
9. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.
10. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Standar Kompetensi Lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata pelajaran.
11. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran yang mencakup kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan.
12. Standar Kompetensi Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester untuk mata pelajaran tertentu.
13. Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional.
14. Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.
15. Pendidikan Kecakapan Hidup adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri.
16. Beban Belajar adalah rumusan satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam mengikuti kompetensi pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk mencapai standar kompetensi lulusan serta kemampuan lainnya dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
17. Kegiatan Tatap Muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik, materi pembelajaran, pendidik dan lingkungan.
18. Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Penugasan terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan, dan percepatan
19. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.
20. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan kompetensi pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh kompetensi pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan, untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.
21. Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan kompetensi pendidikan, yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester, dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks).
22. Kalender Pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
23. Permulaan Tahun Ajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan.
24. Minggu Efektif Belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
25. Waktu Pembelajaran Efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
26. Waktu Libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal, pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum (termasuk hari-hari besar nasional), dan hari libur khusus.
27. Struktur Kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Susunan mata pelajaran tersebut terbagi dalam lima kelompok, yaitu kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika; jasmani, olahraga dan kesehatan.
28. Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
29. Kategori Standar, SMK yang belum memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP).
30. Kategori Mandiri, SMK kategori mandiri adalah SMK yang hampir atau telah memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP).
31. SKK adalah Standar Kompetensi Kerja
32. SKKNI adalah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang merupakan salah satu bentuk dari SKK.

DAFTAR ISI
PENGANTAR i
DAFTAR ISTILAH(Glosarium) iii
DAFTAR ISI vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Landasan 1
B. Tujuan Bahan Bimbingan Teknis Penyusunan KTSP SMK 2
C. Pengertian 2
D. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP SMK 2
E. Acuan Operasional Penyusunan KTSP SMK 5
BAB II KOMPONEN DAN PENYUSUNAN KTSP SMK
A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan SMK 9
B. Struktur dan Muatan KTSP SMK 9
C. Kalender Pendidikan ……………….. 32
D. Pelaksanaan Penyusunan KTSP 34
BAB III PENGEMBANGAN SILABUS
A. Pengertian Silabus 45
B. Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus 45
C. Langkah-langkah Pengembangan Silabus 46
D. Unit Waktu Silabus 53
E. Pengembangan Silabus Berkelanjutan 53
F. Komponen dan Format Silabus 53
LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Struktur Kurikulum 61
Lampiran 2. Contoh KTSP 67
Lampiran 3. Contoh Silabus 100
Lampiran 4. Keputusan Dirjen Mandikdasmen No.
251/C/KEP/MN/2007. ………………….. 104

BAB I
PENDAHULUAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, mengamanatkan tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah, mengacu kepada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Berdasarkan Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Panduan yang dikeluarkan oleh BSNP, setiap satuan pendidikan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), diharapkan dapat menyiapkan kurikulum yang akan digunakan sebagai kurikulum operasional.
Direktorat Pembinaan SMK sesuai dengan tugas dan fungsinya berkewajiban untuk memberikan bimbingan teknis kepada setiap SMK melalui berbagai strategi dan pendekatan, agar pada saatnya setiap SMK memiliki kemampuan untuk menyiapkan kurikulum sebagaimana diharapkan.

A. Landasan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
4. Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
5. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 yang disempurnakan dengan Permendiknas Nomor 6 tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan SKL pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
6. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

7. Panduan Penyusunan KTSP yang dikeluarkan BSNP
8. Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku.
B. Tujuan Bahan Bimbingan Teknis Penyusunan KTSP SMK
Bahan bimbingan teknis penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMK ini disiapkan sebagai upaya mengoperasionalkan Panduan yang disiapkan oleh BSNP, untuk digunakan oleh para pihak yang terlibat dalam pengembangan KTSP SMK, sehingga harapan setiap SMK memiliki KTSP sendiri segera terwujud.
C. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri atas tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
D. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP SMK
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah, di bawah koordinasi dan supervisi
dinas pendidikan, mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh BSNP.
Sebagaimana Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada umumnya, KTSP SMK dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut.
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Peserta didik memiliki posisi sentral, berarti segala kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum harus memberikan kegiatan pembelajaran peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha/industri dan dunia kerja. Oleh karena itu, upaya pengembangan kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
E. Acuan Operasional Penyusunan KTSP SMK
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum yang disusun harus memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan sosial, spiritual, dan kinestetik peserta didik.
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus ditampung secara berimbang dan saling mengisi.
5. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh-kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan IPTEKS.
7. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa dan akhlak mulia.
8. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antar bangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
11. Kesetaraan jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan jender.
12. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas masing-masing satuan pendidikan.
BAB II
KOMPONEN DAN PENYUSUNAN KTSP SMK

A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan SMK
Tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
B. Struktur dan Muatan KTSP SMK
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam Standar Isi meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
(1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
(2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
(3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
(4) Kelompok mata pelajaran estetika
(5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kelima kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK disusun dengan memperhatikan kelompok mata pelajaran tersebut dan cakupan sebagaimana tertuang pada tabel 1.

Tabel 1. Cakupan Kelompok Mata Pelajaran
No Kelompok Mata Pelajaran Cakupan Mata Pelajaran Terkait
1. Agama dan Akhlak Mulia Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Agama, Pendidikan Kewarga-negaraan, Pengembangan Diri, IPA, Seni Budaya, IPS, Penjaskes, Matematika dan Kejuruan.
2. Kewarga-negaraan dan Kepribadian Kelompok mata pelajaran kewarga-negaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Agama, Kewarga-negaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Budaya, Penjaskes, dan Pengembangan Diri.
3. Ilmu Penge-tahuan dan Teknologi Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMK dimaksudkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kompetensi, kecakapan, dan kemandirian kerja.

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Kejuruan, KKPI, dan Muatan Lokal.
4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Budaya, KKPI, Kejuruan dan Muatan Lokal.
5. Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMK dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat.
Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan, seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah. Penjaskes, IPA, dan Muatan Lokal.
Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
1. Mata pelajaran
Merujuk pada penjelasan Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan menengah kejuruan utamanya adalah mempersiapkan peserta didik untuk mampu bekerja pada bidang tertentu.
Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta dapat mengembangkan keahlian dan keterampilan, peserta didik harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri, maka struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37, kurikulum SMK wajib memuat:
a. Pendidikan Agama;
b. Pendidikan kewarganegaraan;
c. Bahasa;
d. Matematika;
e. Ilmu Pengetahuan Alam;
f. Ilmu Pengetahuan Sosial;
g. Seni dan budaya;
h. Pendidikan jasmasi dan olah raga;
i. Keterampilan/kejuruan, dan
j. Muatan lokal.
Atas dasar itu, maka mata pelajaran wajib pada kurikulum SMK terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Keterampilan/Kejuruan (terdiri atas Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, Kewirausahaan dan mata pelajaran kejuruan). Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja.

Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) dan Kompetensi Kejuruan (KK), dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja (SKK) melalui proses analisis.

Jika standar kompetensi mata pelajaran kelompok DKK tidak dijumpai pada SKK, maka Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dapat dirumuskan melalui analisis kompetensi kejuruan melalui langkah-langkah :

a. Mendata standar kompetensi yang terdapat pada SKK;
b. Mengidentifikasi kompetensi yang sifatnya mendasar dan melandasi prinsip-prinsip keilmuan, dan kompetensi yang menjadi prasyarat untuk kompetensi kejuruan;
c. Mengidentifikasi materi-materi pendukung pada indikator kompetensi kejuruan.
Selanjutnya kompetensi-kompetensi yang tertuang dalam DKK dan KK dikelompokkan dalam standar kompetensi baru yang menjadi nama mata pelajaran sesuai dengan Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan berdasarkan Keputusan Dirjen Mandikdasmen nomor 251/C/KEP/MN/2008 tanggal 22 Agustus 2008.
2. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum SMK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dapat diperpanjang hingga empat tahun, mulai kelas X sampai dengan kelas XII atau kelas XIII. Mata pelajaran beserta alokasi waktu pada struktur kurikulum SMK tercantum pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu pada Struktur Kurikulum SMK
Komponen Durasi Waktu (Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 192
2. Pendidikan Kewarganegaraan 192
3. Bahasa Indonesia 192
4. Bahasa Inggris 440 a)
5. Matematika
5.1 Matematika Kelompok Seni, Pariwisata, dan Teknologi Kerumahtanggaan 330 a)
5.2 Matematika Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan Akuntansi 403 a)
5.3 Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian
516 a)
6. Ilmu Pengetahuan Alam
6.1 IPA
192 a)
6.2 Fisika
6.2.1 Fisika Kelompok Pertanian
6.2.2 Fisika Kelompok Teknologi

192 a)

276 a)
6.3 Kimia
6.3.1 Kimia Kelompok Pertanian
6.3.2 Kimia Kelompok Teknologi dan Kesehatan

192 a)
192 a)
6.4 Biologi
6.4.1 Biologi Kelompok Pertanian
6.4.2 Biologi Kelompok Kesehatan

192 a)

192 a)
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 128 a)
8. Seni Budaya 128 a)
9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 192
10. Kejuruan
10.1 Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi
202
10.2 Kewirausahaan 192
10.3 Dasar Kompetensi Kejuruan b)
140
10.4 Kompetensi Kejuruan b) 1044 c)
B. Muatan Lokal 192
C. Pengembangan Diri d) (192)
Keterangan notasi :
a) Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap Kompetensi Keahlian. Kompetensi Keahlian yang memerlukan waktu lebih, jam tambahannya diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sama di luar jumlah jam yang dicantumkan.
b) Terdiri dari berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan setiap Kompetensi Keahlian.
c) Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan standard kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang dari 1044 jam.
d) Ekuivalen 2 jam pembelajaran (per minggu).

Durasi jam yang tertulis pada struktur kurikulum adalah jumlah jam pembelajaran tatap muka, dua jam pembelajaran praktik di sekolah atau empat jam pembelajaran praktIk di DU/DI setara dengan satu jam tatap muka. Alokasi waktu untuk Praktik Kerja Industri (Prakerin) diambil dari durasi waktu mata pelajaran Kompetensi Kejuruan (1044 jam).
Implikasi dari struktur kurikulum diatas dijelaskan sebagai berikut:
a. Di dalam penyusunan struktur kurikulum SMK, mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok program normatif, adaptif, dan program produktif. Kelompok program normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Kelompok program adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan. Kelompok program produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Kelompok program adaptif dan produktif adalah mata pelajaran yang alokasi waktunya disesuaikan dengan kebutuhan Kompetensi Keahlian, dan dapat diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain.
b. Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan disesuaikan dengan kebutuhan Kompetensi Keahlian untuk memenuhi standar kompetensi di dunia kerja.
c. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu standar kompetensi atau beberapa penyelesaian kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
d. Pendidikan SMK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem ganda.
e. Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit.
f. Beban belajar SMK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri ekuivalen dengan 36 jam pelajaran per minggu.
g. Minggu efektif penyelenggaraan pendidikan SMK adalah 38 minggu dalam satu tahun pelajaran.
Berdasarkan struktur kurikulum dan implikasinya disusun struktur kurikulum untuk masing-masing satuan pendidikan sesuai Kompetensi Keahlian masing-masing (lihat Lampiran 1).
3. Perhitungan jam terstruktur
Penghitungan jam terstruktur untuk kompetensi produktif dilakukan melalui langkah-langkah berikut :
a. Penentuan alokasi waktu mata pelajaran didasarkan hasil analisis kebutuhan waktu pada silabus yang terdiri atas jam tatap muka (TM) / teori, praktik di sekolah (PS) dan praktik industri (PI). Kolom jam untuk praktik di sekolah (PS) atau praktik di industri (PI) tidak harus selalu terisi jam, tergantung pada tuntutan waktu kebutuhan penugasan kompetensi.
b. Mengkonversi jam estimasi untuk TM, PS dan PI dengan ketentuan konversi 1 – 2 – 4.
c. Menghitung jumlah total jam terstruktur berdasarkan rumus :

Misalnya satu Kompetensi Dasar membutuhkan jam belajar sbb :
• tatap muka (TM) = 6 jam
• praktik di sekolah (PS) = 8 jam
• praktik di industri (PS) = 20 jam
Maka :
• Jumlah jam terstruktur :
6 + 8 + 20 = 15 jam
1 2 4
• Jumlah jam belajar di sekolah : 6 + 8 = 14 jam
• Jumlah jam di industri
(dalam bentuk prakerin) = 20 jam
• Total jam belajar di sekolah dan industri (jam terjadwal) adalah :
6 + 8 + 20 = 34

4. Penentuan Jam Prakerin
Jumlah jam untuk praktik di industri (Prakerin) tergantung pada ketentuan yang dipersyaratkan industri dan seberapa erat hubungan sekolah dengan industri. Untuk menentukan jam Prakerin dapat dihitung dengan langkah-langkah berikut :
a. Menjumlahkan estimasi jam real untuk praktik di industri bagi setiap kompetensi yang tertuang dalam silabus,
b. Menghitung total jam praktik di industri untuk seluruh kompetensi sehingga diperoleh jumlah/angka tertentu, misalnya 800 jam.
c. Menghitung total kebutuhan waktu Prakerin (dalam bulan) sbb :
Total jam PI X Bulan = ……………. bulan
200

800 jam X bulan = 4 bulan
200

d. Menghitung jumlah kebutuhan jam terstruktur untuk praktik di industri sbb :

Total jam PI X jam = ……………. jam
4
800 X jam = 200 jam
4
Jumlah jam 200 akan diambil dari jumlah jam terstruktur mata pelajaran Kompetensi Kejuruan (1044).

5. Alokasi Jam Mata Pelajaran Program Produktif

Program Produktif terdiri dari beberapa mata pelajaran yang dikelompokkan ke dalam mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) dan Kompetensi Kejuruan (KK), dengan alokasi jam 140 jam untuk DKK dan 1044 jam untuk KK. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mendistribusikan jam DKK dan KK dengan menggunakan tabel 3 berikut.

Tabel 3. Perhitungan Distribusi Jam Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan
No
Mata Pe-lajaran Standar Kompe-tensi ∑ jam / per-temu-an ∑ per-temu-an Total Jam Alokasi Waktu Jam Ter-struktur
TM PS PI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penjelasan Tabel 3. :
Kolom 1 : Diisi dengan nomor urut
Kolom 2 : Diisi dengan nama mata pelajaran (hasil analisis pengelompokan kompetensi yang ditetapkan oleh Direktorat PSMK)
Kolom 3 : Diisi dengan sejumlah stándar kompetensi mata pelajaran dimaksud (kolom 2)
Kolom 4 : Diisi dengan jumlah kebutuhan jam per pertemuan (berdasarkan empirik dan hasil analisis silabus).
Kolom 5 : Diisi dengan prediksi jumlah / frekuensi pertemuan
Kolom 6 : Diisi dengan hasil perkalian kolom 4 dan 5
Kolom 7 dan 8 : Diisi dengan alokasi jam untuk TM, PS yang merupakan distribusi dari Total jam (kolom 6)
Kolom 9 : Diisi dengan estimasi jam untuk PI
Kolom 10 : Diisi dengan hasil perhitungan jam TM, PS, PI dengan perbandingan 1:2:4
Selanjutnya kolom 4 dan 5 dari tabel 3 diatas digunakan untuk menyusun jadwal pelajaran. Penyusunan jadwal kompetensi per mata pelajaran harus memperhatikan urutan kompetensi yang tertera pada diagram pencapaian kompetensi. Pelaksanaan sistem blok juga tetap dapat dilakukan karena total jam TM dan PS sudah diperoleh, tinggal membagi dengan blok waktu yang diinginkan.
Sedangkan kolom 10 merupakan alokasi jam yang akan tertera pada struktur kurikulum.

6. Muatan lokal
a. Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang kompetensinya tidak dapat diwadahi pada mata pelajaran yang telah ada, karena itu setiap satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator.
Satuan pendidikan dan komite sekolah mempunyai tugas dan wewenang penuh mengembangkan mata pelajaran muatan lokal. Pengembangan muatan lokal meliputi latar belakang, tujuan, ruang lingkup, SK, KD dan arah pengembangan mata pelajaran dilaksanakan melalui kegiatan :
1) Menganalisis informasi tentang potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang ada di daerah, serta prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang selaras dengan Kompetensi Keahlian dan perkembangan usia peserta didik.
2) Mengembangkan SK dan KD muatan lokal. Pengembangan SK dan KD muatan lokal sama seperti pada SKK Kompetensi Keahlian, diawali dengan mengidentifikasi bidang, lingkup dan tugas-tugas pekerjaan. Contoh : Bidang pekerjaan adalah “Pengolahan makanan”, lingkup “makanan pembuka”, uraian tugas misalnya “menyiapkan makanan pembuka”. Selanjutnya diuraikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang diperlukan untuk menyiapkan makanan pembuka yang perumusannya mengacu pada rambu-rambu yang telah dijelaskan.
3) Menetapkan nama mata pelajaran muatan lokal dan menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan.
4) Mengembangkan silabus mata pelajaran muatan lokal.

b. Ruang Lingkup muatan lokal terdiri atas :
1) Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah
 Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya.
 Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
2) Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal, dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah dan selaras dengan kompetensi keahliannya. Secara skematis langkah-langkah pengembangannya digambarkan dalam diagram alur berikut,
7. Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik dan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan lainnya yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
Pengembangan diri pada SMK terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karir.
a. Pengembangan kreativitas
Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler antara lain pramuka, paskibra, PMR, karya ilmiah siswa, pameran hasil karya siswa, lomba karya ilmiah siswa (LKS), dan pentas seni.
b. Pengembangan karir.
Pengembangan karir dapat dilakukan antara lain melalui pemberian informasi lapangan kerja, bimbingan tata cara mancari pekerjaan, bimbingan profesi, pengenalan serta pengembangan kepribadian.

8. Pengaturan beban belajar
Beban belajar adalah rumusan satuan waktu yang dibutuhkan peserta didik dalam mengikuti kompetensi pembelajaran melalui sistem tatap muka (teori, praktik di sekolah dan praktik di industri), penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Penugasan terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik, didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian kompetensi pada kegiatan tatap muka, termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan dan percepatan. Sedangkan kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian kompetensi yang waktu penyelesaiannya diatur oleh peserta didik.
a. SMK kategori standar menggunakan pengaturan beban belajar dalam sistem paket dan dapat menggunakan pengaturan beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS). SMK kategori standar adalah SMK yang belum memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP).
SMK kategori mandiri menggunakan pengaturan beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS). SMK kategori mandiri adalah SMK yang hampir atau telah memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP).
b. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum (Tabel 2). Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat) jam pelajaran per minggu secara keseluruhan. Penambahan 4 jam pelajaran per minggu dapat dilakukan terhadap satu atau lebih mata pelajaran yang ada, atau menambah mata pelajaran baru yang dianggap penting tetapi tidak terdapat pada struktur kurikulum yang tercantum pada standar isi.
Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
c. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SMK 0% – 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan, contoh : mata pelajaran dasar pengolahan dan penyajian makanan 114 jam pelajaran, maka penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur maksimum adalah 60% x 114 jam = 68 jam . Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
Pengertian tentang penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dapat dilihat pada glosarium.
d. Dua jam pembelajaran kegiatan praktik di sekolah atau empat jam pembelajaran kegiatan praktik di luar sekolah, setara dengan satu jam pembelajaran tatap muka yang tercantum pada struktur kurikulum.
9. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar untuk setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar yang ditentukan oleh satuan pendidikan, berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator kompetensi normatif dan adaptif adalah 75%.
a. KKM Kompetensi Normatif dan Adaptif
KKM kompetensi normatif dan adaptif ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi dan kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran dengan rincian sebagai berikut :
1) Tingkat Kemampuan rata-rata peserta didik
• Rata-rata nilai 80 – 100, diberi skor 3
• Rata-rata nilai 60 – 79, diberi skor 2
• Rata-rata nilai < 60 , diberi skor 1
2) Tingkat kompleksitas/kesulitan kompetensi
• Kompleksitas/kesulitan rendah, diberi skor 3
• Kompleksitas/kesulitan sedang, diberi skor 2
• Kompleksitas/kesulitan tinggi, diberi skor 1
3) Sumber daya pendukung pembelajaran (SDM, alat dan bahan)
• Dukungan tinggi, diberi skor 3
• Dukungan sedang, diberi skor 2
• Dukungan rendah, diberi skor 1

Tabel 4 Contoh Perhitungan KKM Pogram Normatif dan Adaftif.

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Skor Nilai KKM KKM Mata Pelajaran
Intake
Siswa
(A) Kom
pleks
(B) Daya dkng (C) Indi
kator KD SK
Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat Semenjana Menyimak untuk memahami lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak Reaksi kinetik …. 2 2 3 77,78 77,24 78,89
Komentar atau ungkapan … 3 2 1 66,67
Menyimak untuk memahami informasi lisan dalam konteks bermasyarakat • Pengidentifikasian sumber informasi … 3 3 2 88,89 80,55
• Pencatatan isi pokok informasi …. 3 3 2 88,89
• Pengenalan ragam/laras bahasa…; 2 2 2 66,67
Pembedaan proses dan hasil dengan … 2 3 2 77,78
Nilai KKM indikator = (A+B+C)/9 X 100
Dengan menghitung seluruh nilai KKM Indikator, KKM KD diperoleh dari rerata KKM indikator, dan KKM SK diperoleh dari rerata KKM KD, pada akhirnya KKM Mata Pelajaran adalah rerarta dari KKM SK pada semester berjalan.

b. KKM Program Produktif
KKM program produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan kompetensi yang berlaku di dunia kerja yang bersangkutan. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator pada KD program produktif pada dasarnya adalah lulus/tidak lulus atau kompeten/tidak kompeten. Peserta didik yang mencapai kompetensi minimal diberi skor 70 atau 7,0. Penentuan nilai ketuntasan belajar program produktif dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1) Tentukan proporsi pembobotan untuk pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan indikator/ kompetensi dasar/standar kompetensi mengarah pada kebutuhan ranah taksonomi.
2) Tentukan batas kompeten untuk pengetahuan, keterampilan dan sikap. Batas kompeten adalah cerminan penguasaan indikator yang dipersyaratkan pada setiap SK/KD/indikator yang merupakan kemampuan minimal. Peserta didik dinyatakan kompeten jika memenuhi persyaratan minimal berikut :
– Pengetahuan : sesuai dengan kisi-kisi soal teori.
– Keterampilan dan sikap : sesuai dengan indikator yang dijabarkan menjadi aspek penilaian pada lembar observasi (lihat lampiran RPP Perangkat Penilaian).
3) Menghitung perolehan nilai untuk setiap ranah dan menggabungkannya sesuai dengan bobot yang telah ditentukan.

Peserta didik yang telah mencapai standar minimal sesuai dengan indikator dinyatakan kompeten dan memperoleh nilai konversi 70. Gradasi nilai hanya diberikan kepada peserta didik yang telah dinyatakan kompeten, yang berarti nilai 70 telah dimiliki peserta didik. Jika peserta didik memiliki performansi/unjuk kerja melebihi standar minimal yang ditetapkan dalam aspek penilaian seperti : Lebih cepat, lebih presisi, lebih indah, lebih kreatif, lebih bersih, dan lebih teliti, maka peserta didik dapat memperoleh nilai lebih dari 70.
10. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Yang dimaksud dengan kenaikan kelas adalah pernyataan yang menegaskan bahwa peserta didik telah kompeten dan berhak melanjutkan ke jenjang kompetensi-kompetensi tahun selanjutnya. Pernyataan kompeten atau yang berarti dapat melanjutkan, ditetapkan berdasarkan pertimbangan kinerja peserta didik yang meliputi aspek :
a. Akademik : sesuai dengan KKM
b. Nonakademik :
1). Kehadiran ≥ 80%
2). Sikap/kepribadian minimal B

Pernyataan kenaikan kelas dilakukan melalui pembagian buku rapor yang dilakukan di akhir tahun pelajaran. Setiap siswa akan memperoleh buku rapor yang berisi laporan hasil belajar sesuai dengan jumlah kompetensi yang telah dinyatakan kompeten.

Yang dimaksud kelulusan menurut ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1) adalah bahwa peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh kompetensi pembelajaran; yang berarti peserta didik telah dinyatakan tuntas atau kompeten oleh gurunya untuk seluruh kompetensi pendidikan dan pembelajaran yang diikuti.
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Berarti peserta didik memperoleh nilai kepribadian minimal B (baik) atau telah dinyatakan kompeten untuk mata pelajaran kompetensi normatif.
c. lulus ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; Berarti telah mengikuti ujian sekolah dan dinyatakan lulus atau kompeten untuk mata pelajaran yang diujikan. Program produktif tidak menjadi bagian dari ujian sekolah. Pelaksanaan ujian sekolah mengikuti ketentuan Permendiknas dan SOP yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
d. lulus Ujian Nasional untuk mata pelajaran yang diujikan (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ujian Kompetensi Keahlian). Pelaksanaan Ujian Nasional mengikuti Permendiknas yang dikeluarkan setiap tahun oleh Depdiknas dan SOP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Ke empat persyaratan di atas merupakan urutan prasyarat, artinya kelulusan bukan semata-mata hanya ditentukan oleh kelulusan ujian nasional; tetapi untuk bisa mengikuti ujian nasional dan ujian sekolah syarat sebelumnya harus dilalui.
11. Penjurusan
Yang dimaksud penjurusan pada SMK menyangkut 2 hal:
a. Pembukaan dan penutupan Bidang/Program Studi Keahlian dan Kompetensi Keahlian di SMK yang diatur dalam Kepmendiknas No.60/U/2002 dan Keputusan Dirjen Mandikdasmen No.251/C/KEP/MN/2008.
b. Persyaratan siswa memilih masuk Kompetensi Keahlian tertentu, meliputi:
1) persyaratan akademik : seperti nilai hasil UN, nilai tes masuk.
2) persyaratan non akademik : antara lain persyaratan administrasi, persyaratan tidak buta warna, tinggi badan (tergantung pada Kompetensi Keahlian).

12. Pendidikan kecakapan hidup
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup yaitu pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri (penjelasan Pasal 26 ayat (3) UU Nomor 20 Tahun 2003).
b. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara khusus.
c. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan melalui kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan organisasi siswa dan atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal, seperti kegiatan kepemudaan, pemberdayaan perempuan, kursus, dan lain-lain.
13. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
a. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan atau dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
d. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau non formal.
C. Kalender Pendidikan
1. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
2. Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
3. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
4. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
5. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
6. Kalender pendidikan ditetapkan oleh sekolah, apabila ada perubahan sekolah melaporkan kepada dinas pendidikan

Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan
No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan
1. Minggu efektif belajar Minimum 34 minggu dan maksimum 38 minggu Digunakan untuk kegiatan pembelajaran efektif pada setiap satuan pendidikan

2. Jeda tengah semester Maksimum 2 minggu Satu minggu setiap semester
3. Jeda antarsemester Maksimum 2 minggu Antara semester I dan II
4. Libur akhir tahun pelajaran Maksimum 3 minggu Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran
5. Hari libur keagamaan 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan libur keagamaan lebih panjang dapat mengaturnya sendiri tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
6. Hari libur umum/nasional Maksimum 2 minggu Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
7. Hari libur khusus Maksimum 1 minggu Untuk satuan pendidikan sesuai dengan ciri kekhususan masing-masing
8. Kegiatan khusus sekolah/madrasah Maksimum 3 minggu Digunakan untuk kegiatan yang diprogramkan secara khusus oleh sekolah/madrasah tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
D. Pelaksanaan Penyusunan KTSP
1. Analisis Konteks
a. Analisis potensi serta kekuatan dan kelemahan yang ada di sekolah, meliputi: peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, serta kompetensi keahlian yang ada di sekolah.
b. Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar, antara lain: komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia usaha/industri, dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya.
c. Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Mekanisme Penyusunan
a. Tim penyusun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh sekolah dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK terdiri atas:
1) guru;
2) konselor;
3) kepala sekolah;
4) komite sekolah (sebagai wadah keterlibatan pihak du/di, asosiasi, dunia kerja, dan anggota institusi pasangan lainnya), dan
5) nara sumber.
Kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, Dinas Pendidikan bertindak sebagai koordinator dan supervisor.
Guru, konselor, komite sekolah (khususnya DU/DI, Asosiasi, Dunia Kerja, dan anggota Institusi Pasangan lainnya) dan nara sumber bertindak sebagai anggota tim penyusun KTSP.
b. Kegiatan
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah dan/atau kelompok sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pembelajaran baru.
Tahap kegiatan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan secara garis besar meliputi :

1) Penyiapan dan penyusunan draf;
2) Review dan revisi;
3) Finalisasi.
Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.
c. Pemberlakuan
Dokumen KTSP SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas pendidikan.

Alur pelaksanaan penyusunan KTSP SMK adalah sebagai berikut.
3. Langkah-langkah Penyusunan KTSP
a. Penulisan cover kurikulum
Penulisan judul kurikulum yang tertera pada lembar cover mengacu pada nama sekolah, seperti berikut :
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan ………………
Kompetensi Keahlian : ……………………………………….
b. Merumuskan tujuan pendidikan menengah kejuruan
Rumusan tujuan pendidikan menengah kejuruan pada dasarnya merupakan tujuan yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai jabaran dari UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 dan penjelasan Pasal 15.
c. Merumuskan visi dan misi SMK
Setiap satuan SMK merumuskan visi dan misinya masing-masing dengan memperhatikan acuan operasional penyusunan KTSP. Rumusan visi dan misi secara jelas menggambarkan eksistensi SMK yang bersangkutan serta gambaran masa depannya. Visi dan misi yang dirumuskan akan mengarahkan penyusunan kurikulum.
d. Merumuskan tujuan SMK
Setiap satuan SMK merumuskan tujuan masing-masing mengacu kepada visi dan misi SMK yang telah ditetapkannya. Rumusan tujuan SMK menggambarkan tujuan institusional satuan pendidikan yang bersangkutan.
e. Merumuskan tujuan Kompetensi Keahlian
Setiap Kompetensi Keahlian yang dibuka memiliki rumusan tujuan, yang merupakan kristalisasi dari kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk dapat bekerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang dijadikan acuan dan berlaku di dunia kerja, serta untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan Kompetensi Keahliannya.
f. Menetapkan standar kompetensi
Penetapan standar kompetensi dalam penyusunan KTSP SMK menggunakan acuan sebagai berikut.
1) Standar kompetensi lulusan, meliputi:
• Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP), merupakan profil lulusan SMK yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
• Standar Kompetensi Lulusan Kelompok Mata Pelajaran, sebagaimana tercantum dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006.
• Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP), merupakan kompetensi minimum setiap mata pelajaran sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
• Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD), merupakan kompetensi minimum setiap substansi mata pelajaran yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Keseluruhan standar kompetensi lulusan tersebut adalah kompetensi minimum yang harus dilaksanakan. Setiap satuan pendidikan dapat menambahkan kompetensi-kompetensi yang dinilai penting untuk menunjang mutu dan relevansi kompetensi lulusan.

2) Standar Kompetensi Program Produktif
Standar Kompetensi Program Produktif ditetapkan mengacu ke Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku di dunia kerja. Direktorat Pembinaan SMK telah menyiapkan Standar Kompetensi dimaksud dalam bentuk SK dan KD.
Mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) dan Kompetensi Kejuruan (KK) yang dimuat dalam Spektrum Keahlian meliputi :
• Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan, diambil dari Standar Kompetensi Kerja (SKK) atau standar kompetensi kerja lain yang berlaku di dunia kerja untuk level kualifikasi lulusan SMK.
• Standar Kompetensi Mata Pelajaran Dasar Kejuruan, diambil Standar Kompetensi Kerja (SKK) atau standar kompetensi kerja lain yang berlaku di dunia kerja yang merupakan kompetensi prasyarat untuk Kompetensi Keahlian tertentu, atau berdasarkan akar keilmuan yang disusun oleh SMK bersama Komite Sekolah berdasarkan tuntutan kebutuhan mata pelajaran kompetensi kejuruan untuk Kompetensi Keahlian tertentu.
3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal, disusun oleh SMK dan komite SMK sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah termasuk keunggulan daerah, serta selaras dengan Kompetensi Keahlian
g. Menyusun diagram pencapaian kompetensi
Diagram pencapaian kompentensi merupakan tahapan atau tata urutan logis kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta didik dalam kurun waktu yang dibutuhkan, serta kemungkinan dilaksanakan multi entry-multi exit. Diagram pencapaian kompetensi cukup dibuat untuk mata pelajaran kompetensi kejuruan.
h. Menyusun struktur kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran.
Susunan mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok program, yaitu kelompok program normatif, program adaptif, dan program produktif. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, selaras dengan Kompetensi Keahlian yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran yang ada, atau terlalu banyak sehingga perlu menjadi mata pelajaran tersendiri. Pengembangan diri meskipun bukan mata pelajaran dan dapat diperoleh dari kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan atau ekstrakurikuler yang ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan pelayanan bimbingan karir, tetap harus tercantum dalam struktur kurikulum.
Di dalam struktur kurikulum harus memuat durasi waktu, yaitu estimasi jumlah jam yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Kecakapan hidup, keunggulan lokal dan global, lingkungan hidup serta materi lain yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang sesuai. Contoh Struktur Kurikulum untuk SMK tertera pada Lampiran.
i. Menetapkan beban belajar
Beban belajar SMK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah, dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri dengan jumlah 36-40 jam pelajaran per minggu @ 45 menit. Penyelenggaraan pendidikan SMK maksimum 38 minggu efektif dalam satu tahun pelajaran.
j. Menetapkan kalender pendidikan
Setiap satuan pendidikan SMK dapat menyusun dan menetapkan kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pendidikan sistem ganda (pembelajaran di sekolah dan pembelajaran di dunia kerja), pembelajaran berbasis kompetensi, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut.
1) Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
2) Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah Kabupaten/Kota. Organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
3) Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan-satuan pendidikan.
4) Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi dengan memperhatikan ketentuan dari Pemerintah/pemerintah daerah.

Out Line KTSP
i. Cover
ii. Lembar Penetapan
iii. Kata Pengantar
iv. Daftar Isi
1. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
2. Visi dan Misi SMK
3. Tujuan Sekolah (SMK)
4. Tujuan Kompetensi Keahlian
5. Standar Kompetensi
A. Standar Kompetensi Lulusan SMK
B. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
2. Pendidikan Agama Kristen
3. Pendidikan Agama Katolik
4. Pendidikan Agama Hindu
5. Pendidikan Agama Buddha
6. Pendidikan Kewarganegaraan
7. Bahasa Inggris
8. Bahasa Indonesia
9. Matematika
10. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
11. Físika
12. Kimia
13. Biologi
14. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
15. Seni Budaya
16. Pendidikan Jasmani dan Olah Raga
17. KKPI
18. Kewirausahaan
19. Dasar Kompetensi Kejuruan
20. Kompetensi Kejuruan (+ diagram Pencapaian Kompetensi Kejuruan)
C. SK dan KD semua mata pelajaran dari No. 1 sd no 20 (sesuai dengan kubutuhan masing-masing Kompetensi Keahlian)
D. SK dan KD Muatan Lokal
6. Struktur Kurikulum (Struktur Kurikulum yang dioperasionalkan di sekolah)
7. Kalender Pendidikan

Silabus
Mencakup seluruh mata pelajaran yang yang terdapat pada struktur dan muatan KTSP Kompetensi Keahlian masing-masing.
BAB III
PENGEMBANGAN SILABUS

A. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
B. Prinsip-prinsi Pengembangan Silabus
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.

5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor).
C. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
Langkah-langkah pengembangan silabus disajikan pada diagram alir berikut.

Diagram Alir Penyusunan Silabus Mata Pelajaran

Komponen-komponen pengembangan silabus mencakup unsur-unsur di bawah ini (sistem penomoran yang ada bukan merupakan urutan sedangkan urutan pengembangan silabus disajikan pada diagram alir di atas).
1. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Kompetensi Lulusan/SKL (Permendiknas No. 23 Tahun 2006), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak selalu harus sesuai dengan urutan yang ada dalam dokumen SKL;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
2. Merumuskan indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang diwujudkan dalam bentuk perubahan perilaku yang dapat diukur dan diamati, mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dapat juga diartikan sebagai tingkat kinerja yang akan didemonstrasikan untuk setiap kompetensi dasar atau sejauh mana setiap uraian dalam kompetensi dasar dapat tercapai dan terukur.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Perumusan indikator harus memperhatikan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai, sehingga rumusan indikator tidak lebih tinggi dari KD (berdasarkan prinsip taksonomi Bloom).

3. Penentuan jenis penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, pembelajaran remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan pembelajaran pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
4. Mengidentifikasi materi pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
a. potensi peserta didik;
b. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik ;
c. kebermanfaatan bagi peserta didik;
d. struktur keilmuan;
e. aktualitas, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran;
f. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, khususnya dunia kerja;
g. alokasi waktu.
Untuk program produktif penyusunan materi pembelajaran memperhatikan indikator (kriteria kinerja) dan lingkup variable/kondisi kinerja yang tertuang dalam SKK Kompetensi Keahlian bersangkutan.
5. Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Atau dengan kata lain, pada kegiatan pembelajaran akan tergambar bahwa peserta didik tidak hanya akan memperoleh pengalaman belajar tentang substansi yang dipelajari tetapi juga tentang kompetensi generik/kompetensi kunci/soft skill.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c. Kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik sebagai subjek/student center, sehingga guru lebih berperan sebagai fasilitator.
d. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
e. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembelajaran siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
f. Praktik Kerja Industri
Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan kegiatan pembelajaran mata pelajaran kelompok program produktif. Kegiatan Prakerin dirancang dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Prakerin bertujuan untuk memberikan pengalaman kerja nyata bagi peserta didik dalam pembentukan kompetensi secara utuh dan lebih bermakna, terutama pembentukan sikap (etos) kerja sesuai dengan tuntutan kebutuhan di lapangan kerja.
2) Waktu pelaksanaan Prakerin dialokasikan dari waktu yang tersedia pada mata pelajaran Kompetensi Kejuruan, dengan ketentuan empat jam praktik di industri setara dengan satu jam tatap muka yang terstruktur dalam kurikulum.
3) Kegiatan Prakerin sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, juga dimanfaatkan sebagai bagian dari penilaian hasil belajar (kompetensi) peserta didik.
4) Ketersediaan sarana dan prasarana/sumber daya yang dimiliki sekolah untuk mendukung proses pencapaian kompetensi lulusan sesuai dengan standar kompetensi yang berlaku.
5) Prakerin dapat dilaksanakan secara bertahap untuk setiap standar kompetensi dan atau di blok dalam satuan waktu tertentu, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing Kompetensi Keahlian dan kondisi tempat Prakerin.
6. Menentukan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
7. Menentukan sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/atau alat/bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

D. Unit Waktu Silabus
1. Silabus mata pelajaran
a. Disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
b. Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama oleh guru yang mengajarkan mata pelajaran yang sama pada tingkat satuan pendidikan untuk satu sekolah atau kelompok sekolah, dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-masing sekolah.
2. Implementasi pembelajaran per semester
a. Penggalan silabus kelompok program normatif dan adaptif sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum.
b. Penggalan silabus kelompok program produktif ditetapkan berdasarkan satuan kompetensi sesuai dengan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning).
E. Pengembangan Silabus Berkelanjutan
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru.
Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan data evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.
F. Komponen dan Format Silabus
1. Komponen Silabus
a. Identitas
Berisi identitas sekolah, Kompetensi Keahlian, standar kompetensi, mata pelajaran, kelas/semester, durasi pembelajaran, kode kompetensi (khusus untuk kompetensi kejuruan).
b. Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya kualifikasi peserta didik. Khusus kompetensi kejuruan mengacu kepada SKKD yang dikembangkanoleh Direktorat Pembinaan SMK atau standar kompetensi kerja lain yang berlaku di dunia kerja/industri terkait.
c. Kode kompetensi
Yang dimaksud dengan kode kompetensi asalah kode standar kompetensi yang merupakan identitas standar kompetensi. Bagi mata pelajaran yang belum memiliki kode standar kompetensi, SMK dapat mengembangkan model kodefikasi sendiri.
d. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar merupakan sejumlah tugas/kemampuan untuk mendukung ketercapaian standar kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati.
e. Indikator
Indikator merupakan pernyataan yang mengindikasikan ketercapaian kompetensi dasar yang dipersyaratkan, dapat diukur, dan durumuskan dalam kata kerja operasional.
f. Materi pembelajaran
Merupakan substansi pembelajaran utama yang berfungsi menunjang pencapaian kompetensi dasar, mencakup keseluruhan ranah kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap).
Materi pokok/materi pembelajaran dirumuskan mengacu pada indikator pencapaian kompetensi.
g. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan fisik dan atau mental yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar sesuai dengan indikator.
Kegiatan pembelajaran dirancang secara utuh (komprehensif), sistematis dan berpusat pada peserta didik.
Kegiatan pembelajaran disusun dengan mengintegrasikan aspek kecakapan hidup/kompetensi kunci (untuk kompetensi kejuruan), keunggulan lokal dan global, serta lingkungan hidup.
h. Penilaian
Penilaian merupakan proses membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan indikator pencapaian kompetensi.
Metode penilaian yang digunakan dalam bentuk tes dan non tes disesuaikan dengan karakteristik indikator pencapaian kompetensi dan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
i. Alokasi waktu
Alokasi waktu adalah estimasi jumlah jam pembelajaran yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar yang dirinci ke dalam jumlah jam pembelajaran untuk tatap muka (teori), praktik di sekolah, dan praktik di industri.
j. Sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

2. Format Silabus
Format silabus dapat dikembangkan oleh satuan pendidikan dalam bentuk narasi atau tabel yang berisi komponen: identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Urutan komponen di atas didasarkan atas konsep tentang Pengembangan Kompetensi Diklat Berbasis Kompetensi yang dikemukakan oleh Blank, William E. (1982). yang menyatakan bahwa indikator merupakan indikasi seseorang telah menguasai Kompetensi Dasar, sehingga urutannya terletak setelah Kompetensi Dasar. Namun demikian sekolah dapat menggunakan format yang dikeluarkan oleh BSNP, tetapi prinsip pengembangan silabus mengikuti alur pikir yang menyatakan bahwa indikator akan menentukan ruang lingkup materi dan penilaian, seperti terlihat pada bagan berikut.

Contoh. FORMAT SILABUS (Bentuk tabel)

NAMA SEKOLAH :
MATA PELAJARAN :
KELAS/SEMESTER :
KOMPETENSI KEAHLIAN :
KODE KOMPETENSI :
DURASI PEMBELAJARAN :

KOMPETENSI
DASAR INDIKATOR MATERI POKOK PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN ALOKASI WAKTU
SUMBER
BELAJAR
TM* PS PI

*TM : Tatap Muka (teori)
PS : Praktik di sekolah
PI : Praktik di industri

Keterangan :

Nama sekolah : diisi dengan nama SMK.
Mata Pelajaran : diisi dengan mata pelajaran yang tertuang pada struktur kurikulum.
Kelas/Semester : diisi dengan kelas dan semester berapa mata pelajaran tersebut diberikan.
Kompetensi Keahlian : diisi dengan nama kompetensi keahlian (jurusan) sesuai dengan keputusan Dirjen Mandikdasmen No.251/C/KEP/MN/2008.
Standar Kompetensi : diisi dengan nama/judul kompetensi yang akan diajarkan yang tertuang pada silabus.
Kode Kompetensi : diisi dengan kode kompetensi, untuk normatif dan adaptif dapat menggunakan nomor urut mata pelajaran (1,2 dst;). Untuk komponen produktif menggunakan kode kompetensi yang tertuang pada deskripsi kompetensi keahlian yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMK.
Durasi Pembelajaran : diisi dengan jumlah jam belajar yang telah dikonversikan dari tatap muka, praktik di sekolah dan praktik di industri dengan perbandingan 1:2:4.
Kompetensi Dasar : diisi dengan kompetensi dasar sebagaimana tertulis pada silabus.
Indikator : diisi dengan penanda pencapaian kompetensi dasar berupa perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk mata pelajaran program produktif dapat menggunakan kriteria unjuk kerja (KUK)/kinerja yang terdapat pada SKK.
Materi Pokok : diisi dengan materi apa yang akan diajarkan agar siswa dapat mencapai indikator yang diharapkan. Materi yang disusun mengacu pada indikator yang harus dicapai, khusus untuk program produktif dapat mengacu pada KUK dan batasan variabel/lingkup variabel/range of variabel.
Kegiatan Pembelajaran : diisi dengan strategi mengajar guru yang akan diterapkan agar siswanya aktif dan dapat mencapai indiaktor yang diharapkan, minimal mengandung unsur kegiatan dan materi. Pengajaran aspek kecakapan hidup generik (misalnya kerjasama, toleransi, berkomunikasi dll) harus tergambar pada kegiatan belajar.
Penilaian : diisi dengan metode penilaian yang akan digunakan baik bentuk tes maupun non tes disesuaikan dengan karakteristik indikator antara lain; tes tertulis, tes lisan, pengamatan kinerja, produk dan lain-lain; baik untuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Alokasi Waktu : diisi dengan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk teori, praktik di sekolah dan praktik di industri.
Sumber Belajar : rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1a.
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
Bidang Studi Keahlian: Seni , Kerajinan, dan Pariwisata
NO. Komponen Durasi Waktu (Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Normatif
1.1 Pendidikan Agama 192
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3 Bahasa Indonesia 192
1.4 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 192
1.5 Seni Budaya 128
2. Adaptif
2.1 Matematika 330
2.2 Bahasa Inggris 440
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
2.4 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
2.5 KKPI 202
2.6 Kewirausahaan 192
3. Produktif
3.1 Dasar Kompetensi Kejuruan
a. …………….
b. ……………. 140
3.2 Kompetensi Kejuruan
a. ……………
b. …………… 1044
B. Muatan Lokal
a. …………….
b. …………… 192
C. Pengembangan Diri (192)
3948
Lampiran 1b.
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
Bidang Studi Keahlian: Bisnis dan Manajemen
NO Komponen Durasi Waktu (Jam)
A. Mata Pelajaran
a. 1. Normatif
b. 1.1 Pendidikan Agama 192
c. 1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
d. 1.3 Bahasa Indonesia 192
e. 1.4 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 192
f. 1.5 Seni Budaya 128
a. 2. Adaptif
g. 2.1 Matematika 403
h. 2.2 Bahasa Inggris 440
i. 2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
j. 2.4 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
k. 2.5 KKPI 202
l. 2.6 Kewirausahaan 192
a. 3. Produktif
m. 3.1 Dasar Kompetensi Kejuruan
a. …………….
b. ……………. 140
3.2 3.3 Kompetensi Kejuruan
a. ……………
b. …………… 1044
B. Muatan Lokal
b. …………….
c. …………… 192
C. Pengembangan Diri (192)
4021
Lampiran 1c.
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
Bidang Studi Keahlian: Teknologi dan Rekayasa
NO Komponen Durasi Waktu (Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Normatif
1.1 Pendidikan Agama 192
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3 Bahasa Indonesia 192
1.4 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 192
1.5 Seni Budaya 128
2. Adaptif
2.1 Bahasa Inggris 440
2.2 Matematika 516
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
2.4 Fisika 276
2.5 Kimia 192
2.6 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
2.7 KKPI 202
2.8 Kewirausahaan 192
3. Produktif
3.4 Dasar Kompetensi Kejuruan
a. …………….
b. …………… 140
3.5 Kompetensi Kejuruan
a. …………………
b. ………………… 1044
B. Muatan Lokal
a. …………….
b. …………… 192
C. Pengembangan Diri (192)
Jumlah 4602
Lampiran 1d.
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
Bidang Studi Keahlian: Agribisnis dan Agroteknologi
NO Komponen Durasi Waktu (Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Normatif
1.1 Pendidikan Agama 192
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3 Bahasa Indonesia 192
1.4 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 192
1.5 Seni Budaya 128
2. Adaptif
2.1 Bahasa Inggris 440
2.2 Matematika 516
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
2.4 Fisika 192
2.5 Kimia 192
2.6 Biologi 192
2.7 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
2.8 KKPI 202
2.9 Kewirausahaan 192
3. Produktif
3.1 Dasar Kompetensi Kejuruan
a. ……………………..
b. …………………….. 140
3.2 Kompetensi Kejuruan
a. ……………………..
b. …………………….. 1044
B. Muatan Lokal
a. ……………………………….
b. ………………………………. 192
C. Pengembangan Diri (192)
Jumah 4710

Lampiran 1e.
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
Bidang Studi Keahlian: Kesehatan
No Komponen Durasi Waktu (Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Normatif
1.1 Pendidikan Agama 192
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3 Bahasa Indonesia 192
1.4 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 192
1.5 Seni Budaya 128
2. Adaptif
2.1 Bahasa Inggris 440
2.2 Matematika 516
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
2.4 Kimia 192
2.5 Biologi 192
2.6 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
2.7 KKPI 202
2.8 Kewirausahaan 192
3. Produktif
3.1 Dasar Kompetensi Kejuruan
a. ………………………….
b. …………………………. 140
3.2 Kompetensi Kejuruan
a. ………………………….
b. …………………………. 1044

B. Muatan Lokal
a. ………………………….
b. …………………………. 192
C. Pengembangan Diri (192)
Jumlah 4518

Lampiran 2.
CONTOH KTSP
KURIKULUM
SMK ABDI LUHUR JAKARTA
KOMPETENSI KEAHLIAN: JASA BOGA

I. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
II. Visi dan Misi SMK Abdi Luhur Jakarta
Visi
Menjadikan SMK Abdi Luhur Jakarta sebagai lembaga pendidikan unggulan di bidang pariwisata yang berstandar internasional.
Misi
a. Bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b. Berbudi pekerti luhur;
c. Terampil, mandiri dan memiliki daya suai;
d. Memberikan pelayanan prima;
e. Memiliki wawasan luas.
III. Tujuan SMK Abdi Luhur Jakarta
1. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan Kompetensi Keahlian pilihannya.
2. Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam Kompetensi Keahlian yang diminatinya.
3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

IV. Tujuan Kompetensi Keahlian Jasa Boga
Tujuan Kompetensi Keahlian Jasa Boga membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam:
1. mengolah dan menyajikan makanan kontinental yang terdiri dari makanan pembuka, makanan utama, dan makanan penutup;
2. mengolah dan menyajikan makanan Indonesia yang terdiri dari makanan pembuka, makanan pokok, lauk pauk, dan makanan penutup;
3. melayani makan dan minum baik di restoran maupun di kamar tamu, serta menata meja makan dan meja prasmanan;
4. mengolah dan menyajikan aneka minuman non-alkohol;
5. mengorganisasikan operasi pelayanan makan dan minum di restoran.
V. Standar Kompetensi
A. Standar Kompetensi Lulusan SMK
1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja;
2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya;
3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya;
4. Berpartisipasi dalam menegakkan aturan-aturan sosial
5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global;
6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan;
8. Menunjukkan kemampuan budaya belajar untuk pemberdayaan diri;
9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik;
10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks;
11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial;
12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggungjawab;
13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya;
15. Mengapresiasi karya seni dan budaya;
16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok;
17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan;
18. Berkomunikasi lisan dna tulisan secara efektif dan santun;
19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;
20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain;
21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estesis;
22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris;
23. Menguasai Kompetensi Keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya.
B. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran SMK
1. Pendidikan Agama Islam
a. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna;
c. Berperilaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raja’ dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabdzir dan fitnah;
d. Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam;
e. Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah serta perkembangan Islam di Indonsia dan di dunia.
2. Pendidikan Agama Kristen
a. Mewujudkan nilai-nilai kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan kehidupan sosial;
b. Merespon berbagai bentuk kehidupan modern, perkembangan budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan mengacu pada ajaran Kristen;
c. Bertanggung jawab sebagai orang Kristen dalam kehidupan gereja, masyarakat dan bangsa;
d. Menyampaikan berita damai dan menjadi pembawa damai sejahtera.
3. Pendidikan Agama Katolik
a. Peserta didik dapat menguraikan pemahaman tentang pribadinya sebagai pria dan wanita serta sebagai Citra Allah yang memiliki akal budi untuk berpikir kritis serta memiliki suara hati dan kehendak yang bebas untuk bertindak secara bertanggung jawab;
b. Peserta didik menguraikan pemahaman tentang pribadi Yesus Kristus yang diwartakan oleh Kitab Suci dan diajarkan oleh Gereja dan bagaimana upaya nyata meneladani dalam hidup sehari-hari;
c. Peserta didik dapat menguraikan pemahaman makna Gereja, fungsi dan sifat-sifatnya serta hubungannya dengan dunia dan bagaimana menghayati dalam hidup bergereja;
d. Peserta didik menguraikan fungsi Gereja yaitu melanjutkan perutusan Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah dan melibatkan diri dalam perutusan itu untuk memperjuangkan martabat dan hak asasi manusia dengan menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah, antara lain: keadilan, kejujuran dan keutuhan lingkungan hidup.
4. Pendidikan Agama Hindu
a. Memahami Atman sebagai sumber hidup, Hukum Karma dan Punarbhawa, dan ajaran Moksa sebagai tujuan tertinggi;
b. Memahami sifat-sifat Tri Guna dan Dasa Mala, ajaran Tat Twam Asi, Catur Warna, Catur Asrama, dan Catur Purusartha;
c. Memahami tata cara persembahyangan, pelaksanaan Yadnya dalam kehidupan, dan perkawinan menurut Hindu (Wiwaha);
d. Memahami pokok-pokok ajaran Weda (Weda Sruti dan Smerti) sebagai sumber hukum Hindu;
e. Memahami struktur, hakikat dan pelestarian kesucian tempat suci;
f. Memahami perhitungan hari-hari suci menurut Hindu;
g. Memahami kepemimpinan menurut Niti Sastra dan hakekatnya;
h. Memahami proses penciptaan dan pralaya alam semesta;
i. Memahami nilai-nilai budaya Dharma Gita, seni keagamaan Hindu dan sejarah perkembangan agama Hindu di India dan negara lainnya.

5. Pendidikan Agama Buddha
a. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tri Ratna dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam moralitas (sila), meditasi (samadhi), dan kebijaksanaan (panna);
b. Memiliki kemampuan untuk memahami dan meyakini hukum alam;
c. Membaca Paritta dan Dhammapada serta mengerti artinya;
d. Beribadah (kebaktian) dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan masing-masing aliran;
e. Meneladani sifat, sikap dan kepribadian Buddha, Bodhisattva, dan para siswa utama Buddha;
f. Memiliki kemampuan dasar berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk memecahkan masalah;
g. Memahami sejarah kehidupan Buddha Gotama;
h. Memahami peran agama dalam kehidupan sehari-hari;
i. Memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
6. PKN
a. Memahami hakekat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hukum, peradilan nasional, dan tindakan anti korupsi;
c. Menganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri;
d. Menganalisis peran dan hak warganegara dan sistem pemerintahan NKRI;
e. Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi , kedaulatan negara, keterbukaan dan keadilan di Indonesia;
f. Mengevaluasi hubungan internasional dan sistem hukum internasional;
g. Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
h. Menganalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan internasional, regional, dan kerja sama global lainnya;
i. Menganalisis sistem hukum internasional, timbulnya konflik internasional, dan mahkamah internasional.
7. Bahasa Inggris
Level Novice
a. Mendengarkan
Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk mendengarkan permintaan dan perintah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari;
b. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan permintaan dan perintah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari;
c. Membaca
Memahami makna dalam wacana tulis interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyimak permintaan dan perintah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari;
d. Menulis
Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan secara tertulis permintaan dan perintah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari;

Level Elementary
a. Mendengarkan
Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk mendengarkan permintaan dan perintah yang berkaitan dengan pekerjaan;
b. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan permintaan dan perintah yang berkaitan dengan pekerjaan;
c. Membaca
Memahami makna dalam wacana tulis interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyimak permintaan dan perintah yang berkaitan dengan pekerjaan;
d. Menulis
Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan secara tertulis permintaan dan perintah yang berkaitan dengan pekerjaan.
Level Intermediate
a. Mendengarkan
Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk mendengarkan permintaan dan perintah yang berkaitan dengan keprofesian;
b. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan permintaan dan perintah yang berkaitan dengan keprofesian;

c. Membaca
Memahami makna dalam wacana tulis interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyimak permintaan dan perintah yang berkaitan dengan keprofesian;
d. Menulis
Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan secara tertulis permintaan dan perintah yang berkaitan dengan keprofesian.
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
a. Mempraktekkan keterampilan permainan dan olahraga dengan menggunakan peraturan;
b. Mempraktekkan rangkaian senam lantai dan irama serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya;
c. Mempraktekkan pengembangan mekanik sikap tubuh, kebugaran jasnani serta aktivitas lainnya;
d. Mempraktekkan gerak ritmik yang meliputi senam pagi, senam aerobik, dan aktivitas lainnya;
e. Mempraktekkan kegiatan dalam air seperti renang, permainan di air dan keselamatan di air;
f. Mempraktekkan kegiatan-kegiatn di luar kelas seperti melakukan perkemahan, penjelajahan alam sekitar, mendaki gunung, dan lain-lain;
g. Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti perawatan tubuh serta lingkungan yang sehat, mengenal berbagai penyakit dan cara mencegahnya serta menghindari narkoba dan HIV.

9. Bahasa Indonesia
Tingkat Semenjana
a. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
b. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
c. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
d. Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
Tingkat Madia
a. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan
b. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi yang berkaitan dengan pekerjaan
c. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan pekerjaan

d. Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tingkat Unggul
a. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan informasi yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana
b. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana
c. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana
d. Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana
10. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Jasa Boga
a. Melaksanakan Prosedue Hygiena, Sanitasi dan Keselamatan Kerja
• Melaksanakan prosedur hygiene di tempat kerja
• Membersihkan lokasi, area kerja dan peralatan
• Memberikan pertolongan pertama
b. Menyiapkan Bahan Makanan dan Bumbu (mise en place)
• Mengorganisir dan menyiapkan makanan
• Menyiapkan dan membuat bumbu
c. Mengolah dan Menyajikan Makanan
• Menggunakan metode dasar memasak
• Menyajikan makanan
11. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Jasa Boga
a. Mengolah dan Menyajikan Makanan Kontinental
1) Menyiapkan stock dan saus
2) Menyiapkan sup
3) Meyipakan appetizer dan salad
4) Menyiapkan sandwich
5) Menyiapkan hidangan yang terbuat dari sayuran, telur, dan makanan yang terbuat dari tepung terigu
6) Menyiapkan dan memasak unggas dan binatang buruan
7) Menyiapkan dan memasak seafood
8) Mengidentifikasi dan menyiapkan daging
9) Menyiapkan dessert yang disajikan panas dan dingin
b. Mengolah dan Menyajikan Makanan Indonesia
1) Menyiapkan dan membuat salad (gado-gado, urap dan rujak)
2) Menyiapkan dan membuat kaldu dan sup (soto)
3) Menyiapkan dan membuat hidangan nasi dan mie
4) Menyiapkan dan membuat sate/jenis makanan panggang
c. Menyiapkan Layanan Makan dan Minum
1) Menyiapkan layanan makanan dan minuman
2) Menyediakan room service
3) Menyiapkan dan menghidangkan minuman non alkohol
4) Menyediakan penghubung antara dapur dan area pelayanan
d. Merencanakan Menú Sehat
1) Merencanakan hidangan harian untuk meningkatkan kesehatan

e. Mengelola Usaha Jasa Boga
1) Menerima dan menyimpan persedian makanan
2) Merencanakan dan menyiapkan makanan untuk buffet
3) Memilih sistem jasa boga
4) Memilih, menyiapkan, dan menghidangkan jenis makanan khusus
5) Mengorganisir operasi makanan dalam jumlah besar
6) Mengoprasikan outlet makanan cepat saji
7) Merencanakan dan mengontrol jasa boga berdasarkan menu

Diagram Pencapaian Kompetensi

Diagram pada halaman berikut ini menunjukkan tahapan atau tata urutan kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta didik dalam kurun waktu yang dibutuhkan serta kemungkinan multi exit-multi entry yang dapat diterapkan dengan menperhatikan tata urutan/tahapan logis pemebelajaran kompetensi :

Keterangan
ITHHGHS01AIS Melaksanakan prosedur hygiene di tempat kerja
ITHHBKTA04AIS Membersihkan lokasi.area kerja dan peralatan
ITHHGHS03AIS Memberikan pertolongan pertama
ITHHBKTA01AIS Mengorganisir dan menyiapkan makanan
ITHHBKTA02AIS Menyajikan makanan
ITHHBCMC01AIS Menggunakan metode dasar memasak
ITHHBCMC04AIS Menyiapkan stock dan saus
ITHHBCMC05AIS Menyiapkan sup
ITHHBFBS03AIS Menyediakan layanan makanan dan minuman
ITHHBCMC02AIS Menyiapkan appetizer dan salad
ITHHINA02AIS Menyiapkan dan membuat bumbu
ITHHINA04AIS Menyiapkan dan membuat salad (gado-gado, urap dan rujak)
ITHHINA05AIS Menyiapkan dan membuat kaldu dan sup (soto)
ITHHINA07AIS Menyiapkan dan membuat hidangan nasi dan mie
ITHHBCMC03AIS Menyiapkan sandwich
ITHHBCMC06AIS Menyiapkan hidangan yang terbuat sayuran, telur, dan makanan yang terbuat dari tepung terigu
ITHHBCMC07AIS Menyiapkan dan memasak unggas dan binatang buruan
ITHHBCMC08AIS Menyiapkan dan memasak seafood
ITHHACAT01AIS Merencanakan hidangan harian untuk meningkatkan kesehatan
ITHHBFBS08AIS Menyediakan room service
ITHHBFBS10AIS Menyiapkan dan menghidangkan minuman non-alkohol
ITHHINA08AIS Menyiapkan dan membuat sate/ jenis makanan panggang
ITHHBKTA03AIS Menerima dan menyimpan persediaan makanan
ITHHBCMC09AIS Mengidentifikasi dan menyiapkan daging
ITHHBCMC10AIS Menyiapkan dessert yang disajikan panas dan dingin
ITHHBCMC12AIS Merencanakan dan menyiapkan makanan untuk buffet
ITHHACAT03AIS Memilih system Jasa Boga
ITHHAPSF01AIS Memilih, menyiapkan dan menghidangkan jenis makanan khusus
ITHHBCMC16AIS Mengorganisir operasi makanan dalam jumlah besar
ITHHBCAT04AIS Mengoperasikan outlet makanan cepat saji
ITHHBCMC15AIS Merencanakan dan mengontrol jasa boga berdasarkan menu
ITHHBFBS12AIS Menyediakan penghubung antara dapur dan area pelayanan

C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
2. Pendidkan Agama Islam
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Al Qur’an
1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi 1.1 Membaca QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminum: 12-14, Az-Zariyat: 56 dan Al-Hajj: 5
1.2 Menyebutkan arti QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminum: 12-14, Az-Zariyat: 56 dan Al-Hajj: 5
1.3 Menampilkan perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminum: 12-14, Az-Zariyat: 56 dan Al-Hajj: 5

2. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah 2.1 Membaca QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5
2.2 Menyebutkan arti QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5
2.3 Menampilkan perilaku ikhlas dalam beribadah seperti terkandung dalam QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5
Aqidah
3. Meningkatkan keimanan kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam Al Asma 3. 1 Menyebutkan 10 sifat Allah dalam Al-Asma al-Husna
3. 2 Menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam Al-Asma al-Husna
3. 3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam Al-Asma al-Husna

Akhlak
4. Membiasakan perilaku terpuji 4. 1 Menyebutkan pengertian perilaku husnudhan
4. 2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku husnudhan terhadap Allah, diri sendiri dan sesama manusia
4. 3 Membiasakan perilaku husnudhan dalam kehidupan sehari-hari

Fiqih
5. Memahami sumber hukum Islam, hukum taklifi, dan hikmah ibadah 5. 1 Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al Qur’an, Al Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
5. 2 Menjelaskan pengertian, kedudukan, dan fungsi hukum taklifi dalam hukum Islam
5. 3 Menjelaskan pengertian dan hikmah ibadah
5. 4 Menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan sehari-hari
Tarikh dan Peradaban Islam
6. Memahami keteladanan Rasulullah dalam membina umat periode Makkah
6.1 Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Mekkah
6.2 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Makkah
Al Qur’an
7. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang demokrasi 7. 1 Membaca QS Ali Imran: 159 dan QS Asy Syura: 38
7. 2 Menyebutkan arti QS Ali Imran: dan QS Asy Syura: 38
7. 3 Menampilkan perilaku hidup demokratis seperti terkandung dalam QS Ali Imran: dan QS Asy Syura: 38 dalam kehidupan sehari-hari

Aqidah
8. Meningkatkan keimanan kepada Malaikat

8. 1 Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat
8. 2 Menampilkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Malaikat
8. 3 Menampilkan perilaku sebagai cerminan beriman kepada Malaikat dalam kehidupan sehari-hari
Akhlak
9. Membiasakan perilaku terpuji

9.1 Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu, dan bepergian
9.2 Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu, dan bepergian
9.3 Mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu, dan bepergian dalam kehidupan sehari-hari

10. Menghindari perilaku tercela
10.1 Menjelaskan pengertian hasud, riya dan aniaya
10.2 Menyebutkan contoh perilaku hasud, riya, dan aniaya
10.3 Menghindari perilaku hasud, riya dan aniaya dalam kehidupan sehari-hari
Fiqih
11. Memahami hukum Islam tentang infak, zakat, haji dan wakaf
11. 1 Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan infak, zakat, haji dan wakaf
11. 2 Menyebutkan contoh-contoh pengelolaan infak, zakat, haji dan wakaf
11. 3 Membiasakan berinfak
Tarikh dan Peradaban Islam
12. Memahami keteladanan Rasulullah SAW dalam membina umat periode Madinah 12. 1 Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah periode Madinah
12. 2 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
Al Qur’an
13. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan 13. 1 Membaca QS Al Baqarah: 148 dan QS Al-Fatir: 32
13. 2 Menjelaskan arti QS Al Baqarah: 148 dan QS Al-Fatir: 32
13. 3 Menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperi terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan QS Al-Fatir: 32
14. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang perintah menyantuni kaum dhuafa 14. 1 Membaca QS Al Isra: 26–27 dan QS Al-Baqarah: 177
14. 2 Menjelaskan arti QS Al-Isra: 26-27 dan QS Al Baqarah: 177
14. 3 Menampilkan perilaku menyantuni kaum du’afa seperti terkandung dalam QS Al-Isra: 26-27 dan QS Al Baqarah: 177
Aqidah
15. Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah 15. 1 Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah
15. 2 Menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah
15. 3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari
Akhlak
16. Membiasakan berperilaku terpuji 16. 1 Menjelaskan pengertian taubat dan raja`
16. 2 Menampilkan contoh-contoh perilaku taubat dan raja`
16. 3 Membiasakan perilaku bertaubat dan raja` dalam kehidupan sehari hari
Fiqih
17. Memahami hukum Islam tentang muamalah 17. 1 Menjelaskan asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam
17. 2 Memberikan contoh transaksi ekonomi dalam Islam
17. 3 Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari

Tarikh dan Peradaban Islam
18. Memahami perkembangan Islam pada abad pertengahan
18. 1 Menjelaskan perkembangan Islam pada abad pertengahan
18. 2 Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad pertengahan
Al Qur’an
19. Memahami ayat-ayat Al Qur’an tentang perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup 19. 1 Membaca QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A’raf: 56-58, dan QS Ash Shad: 27
19. 2 Menjelaskan arti QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A’raf: 56-58, dan QS Ash Shad: 27
19. 3 Membiasakan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup seperti terkandung dalam QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A’raf: 56-58, dan QS Ash Shad: 27
Aqidah
20. Meningkatkan keimanan kepada Kitab-kitab Allah 20. 1 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Kitab-kitab Allah
20. 2 Menerapkan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah

Akhlak
21. Membiasakan perilaku terpuji
21. 1 Menjelaskan pengertian dan maksud menghargai karya orang lain
21. 2 Menampilkan contoh perilaku menghargai karya orang lain
21. 3 Membiasakan perilaku menghargai karya orang lain dalam kehidupan sehari-hari
22. Menghindari perilaku tercela
22. 1 Menjelaskan pengertian dosa besar
22. 2 Menyebutkan contoh perbuatan dosa besar
22. 3 Menghindari perbuatan dosa besar dalam kehidupan sehari-hari
Fiqih
23. Memahami ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah 23. 1 Menjelaskan tatacara pengurusan jenazah
23. 2 Memperagakan tatacara pengurusan jenazah
24. Memahami khutbah, tabligh, dan dakwah 24. 1 Menjelaskan pengertian khutbah, tabligh, dan dakwah
24. 2 Menjelaskan tatacara khutbah, tabligh, dan dakwah
24. 3 Memperagakan khutbah, tabligh, dan dakwah

Tarikh dan Peradaban Islam
25. Memahami perkembangan Islam pada masa modern
25. 1 Menjelaskan perkembangan Islam pada masa modern
25. 2 Menunjukkan contoh peristiwa perkembangan Islam masa modern

Al Qur’an
26. Memahami ayat–ayat Al-Qur’an tentang anjuran bertoleransi 26. 1 Membaca QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi: 29
26. 2 Menjelaskan arti QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi: 29
26. 3 Membiasakan perilaku bertoleransi seperti terkandung dalam QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi: 29
27. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang etos kerja 27. 1 Membaca QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumuah: 9-10
27. 2 Menjelaskan arti QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumuah: 9-10
27. 3 Mebiasakan beretos kerja seperti terkandung dalam QS Al-Mujadalah: 11, dan QS Al-Jumuah: 9-10
Aqidah
28. Meningkatkan keimanan kepada Hari Akhir
28. 1 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir
28. 2 Menerapkan hikmah beriman kepada Hari Akhir
Akhlak
29. Membiasakan perilaku terpuji 29. 1 Menjelaskan pengertian adil, ridla, dan amal shaleh
29. 2 Menampilkan contoh perilaku adil, ridla, dan amal shaleh
29. 3 Membiasakan perilaku adil, ridla, dan amal shaleh dalam kehidupan sehari-hari

Fiqih
30. Memahami hukum Islam tentang hukum keluarga 30. 1 Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam Islam
30. 2 Menjelaskan hikmah perkawinan
30. 3 Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di Indonesia
Tarikh dan Peradaban Islam
31. Memahami perkembangan Islam di Indonesia
31. 1 Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia
31. 2 Menampilkan contoh perkembangan Islam di Indonesia
31. 3 Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di Indonesia
Al Qur’an
32. Memahami ayat–ayat Al Qur’an tentang pengembangan IPTEK

32. 1 Membaca QS Yunus:101 dan QS Al-Baqarah: 164
32. 2 Menjelaskan arti QS Yunus: 101 dan QS Al-Baqarah: 164
32. 3 Melakukan pengembangan iptek seperti terkandung dalam QS Yunus: 101 dan QS Al-Baqarah: 164
Aqidah
33. Meningkatkan keimanan kepada qadha’ dan qadar
33. 1 Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada qadha’ dan qadar
33. 2 Menerapkan hikmah beriman kepada qadha’ dan qadar
Akhlak
34. Membiasakan perilaku terpuji
34. 1 Menjelaskan pengertian dan maksud persatuan dan kerukunan
34. 2 Menampilkan contoh perilaku persatuan dan kerukunan
34. 3 Membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari
35. Menghindari perilaku tercela

35. 1 Menjelaskan pengertian isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah
35. 2 Menjelaskan contoh perilaku isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah
35. 3 Menghindari perilaku isyraf, tabzir, ghibah, dan fitnah dalam kehidupan sehari-hari
Fiqih
36. Memahami hukum Islam tentang waris 36. 1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris
36. 2 Menjelaskan ketentuan hukum waris di Indonesia
36. 3 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris di Indonesia
Tarikh dan Peradaban Islam
37. Memahami perkembangan Islam di dunia
37. 1 Menjelaskan perkembangan Islam di dunia
37. 2 Memberikan contoh perkembangan Islam di dunia
37. 3 Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia

3. Agama Kristen

Kelas X semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Nilai-Nilai Kristiani
1. Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan kehidupan sosial dengan menunjukkan bahwa remaja Kristen bertumbuh sebagai pribadi dewasa yang tidak kehilangan identitas 1.1 Mengalami proses pertumbuhan sebagai pribadi yang dewasa dan memiliki karakter yang kokoh dengan pola pikir yang komprehensif dalam segala aspek
1. 2 Mengidentifikasi berbagai pergumulan dalam keluarga dalam kaitannya dengan pengaruh modernisasi
Kelas X semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Nilai-Nilai Kristiani
1. Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan kehidupan sosial dengan menunjukkan bahwa remaja Kristen bertumbuh sebagai pribadi dewasa yang tidak kehilangan identitas 1.1 Mengalami proses pertumbuhan sebagai pribadi yang dewasa dan memiliki karakter yang kokoh dengan pola pikir yang komprehensif dalam segala aspek
1. 2 Mengidentifikasi berbagai pergumulan dalam keluarga dalam kaitannya dengan pengaruh modernisasi
Kelas X, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Nilai-Nilai Kristiani
2. Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan kehidupan sosial dengan menunjukkan bahwa remaja Kristen bertumbuh sebagai pribadi dewasa yang tidak kehilangan identitas 2.1 Mengidentifikasi berbagai pergumulan dalam keluarga serta kaitannya dengan pengaruh modernisasi
2.2 Menjelaskan makna kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas

Kelas XI, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Nilai-Nilai Kristiani
1. Merespon nilai-nilai Kristiani yang diperhadapkan dengan gaya hidup modern serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan menjelaskan cara mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari 1.1 Mengidentifikasikan dan mewujudkan nilai-nilai Kristiani
1.2 Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan sosial
D. Standar Kompetensi Muatan Lokal
1. Bahasa Prancis
a. Memahami bahasa lisan dalam menerima/menyambut tamu
b. Menggunakan bahasa lisan untuk menyampaikan informasi kepada tamu
c. Memahami bahasa tulisan dalam membaca resep-resep masakan

VI. Struktur Kurikulum
Kompetensi Keahlian : Jasa Boga
Lama Pendidikan*) : 3 Tahun

NO. Komponen Durasi Waktu (Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Normatif
1.1 Pendidikan Agama 192
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3 Bahasa Indonesia 192
1.4 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 192
1.5 Seni Budaya 128
2. Adaptif
2.1 Matematika 330
2.2 Bahasa Inggris 440
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
2.4 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
2.5 KKPI 202
2.6 Kewirausahaan 192
3. Produktif
3.3 Dasar Kompetensi Jasa Boga
a. Melaksanakan prosedur Hygiene, Sanitasi dan Keselamatan Kerja
b. Menyiapkan Bahan makanan dan Bumbu
c. Mengolah dan Menyajikan Makanan 140***)
28
34
78
3.4 Kompetensi Kejuruan Jasa Boga
a. Mengolah dan Menyajikan Makanan Kontinental
b. Mengolah dan Menyajikan Makanan Indonesia
c. Merencanakan Hidangan Sehat
d. Melayani makan dan minum
e. Mengelola Usaha Boga 1044***)
B. Muatan Lokal
a. …………………………..
b. ……………………………
c. …………………………… 192
C. Pengembangan Diri
Paskibra/PMR/KIR/dll 192**)
Jumlah 3772

*) Jumlah jam keseluruhan pada struktur kurikulum akan menentukan lamanya pendidikan.
**) tidak dihitung dalam penjumlahan jam pelajaran.
***) dialokasikan untuk beberapa mata pelajaran

VII. KALENDER PENDIDIKAN
BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
JULI 2008
AGUSTUS 2008
SEPTEMBER 2008 x
OKTOBER 2008
NOVEMBER 2008 x
DESEMBER 2008
JANUARI 2009
FEBRUARI 2009 x x x
MARET 2009
APRIL 2009 x
MEI 2009
JUNI 2009 x
JULI 2009 Tahun Pelajaran 2007 – 2008

Contoh KALENDER PENDIDIKAN SMK TAHUN PELAJARAN 2008 – 2009

Keterangan:

= Hari Pertama Sekolah / MOS = Libur Umum

= Hari Ahad / Minggu = Perkiraan Ujian Nasional

= Libur Semester = Laporan hasil Belajar

= = Uji Kompetensi / Project Work Kelas III

= Hari Efektif Belajar = Perkiraan Ujian Sekolah
Lampiran 3.
Contoh Silabus
Nama Sekolah : SMK ………………………
Mata Pelajaran : Melaksanakan Prosedur Hygiene, Sanitasi dan Keselamatan Kerja
Kelas/Semester : X/01
Standar Kompetensi : Melaksanakan Prosedur Hygiena di Tempat Kerja (Follow Workplace Hygiene Procedures)
Kompetensi Keahlian : Jasa Boga
Kode Kompetesi : ITHHGHS 01AIS
Durasi Pembelajaran : 14 x 45 menit

Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
/Alat/Bahan
Tatap Muka (Teori) Praktik di Sekolah Praktik di DU/DI
*)
1. Mengikuti prosedur hygiene • Prosedur hygiene tempat kerja harus diikuti secara baik sesuai dengan standar perusahaan, dan persyaratan hukum.

• Penanganan dan penyimpan-an seluruh barang-barang dilengkapi sesuai dengan standar perusahaan, dan persyaratan hukum. • Prosedur Hygiene
 Hygiene Perorangan
 Hygiene tempat kerja (dapur)

• Penyimpanan bahan (makanan dan bahan Kimia) • Mencari informasi secara berkelompok tentang prosedur hygine perorangan, hygine dapur dan penyimpanan
• Berdiskusi dan presentasi kelompok tentang prosedur hygine perorangan, hygine dapur dan penyimpanan
• Praktik penyimpan-an bahan makanan dan bahan kimia sesuai prosedure hygiene
• Membuat laporan hasil diskusi
• Tes tertulis bentuk

 Uraian tetang hygiene perorangan, hygiene dapur, penyimpan-an
• Laporan kelompok
• Observasi (praktik)

6 1 (2) • Modul hygiene
• Sarana penyimpanan
• Bahan informasi lainnya
• Bahan tayangan
2. Mengiden-tifikasi dan mencegah resiko hygiene
• Resiko hygiene harus di identifikas secepatnya
• Tindakan diambil untuk meminimal-kan atau menghilang-kan resiko tersebut dalam ruang lingkup tanggung jawab individu dan sesuai dengan persyaratan hukum per-usahaan • Identifikasi dan pencegahan Resiko hygiene :
 Kerusakan makanan
 Keracunan makanan

• Pencegahan kerusakan dan keracunan makanan • Mencari informasi secara berkelompok tentang kasus keracunan makanan yang terjadi di Indonesia, penyebab dan cara pencegahan-nya
• Diskusi dan presentasi tentang kasus keracunan makanan yang terjadi di Indonesia, penyebab dan cara pencegahan-nya
• Berdiskusi dan presentasi tentang kerusakan makanan, faktor penyebab dan pencegahannya
• Melakukan identifikasi secara kelompok jenis-jenis kerusakan makanan (berdasarkan bahan • Tes tertulis bentuk
a. pilihan ganda tentang kerusak-an dan keracun-an makan-an
b. Uraian dan kasus tentang Ke-rusakan dan ke-racunan makan-an
• Laporan hasil identifikasi kerusakan makanan
• Observasi 6 1(2) • Modul hygiene
• Bahan informasi lainnya
• Bahan makanan yang rusak
• Bahan tayangan
Keterangan : *) Jam PI hanya berlaku pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan